Sumsel terima bantuan cairan herbisida cegah pembakaran lahan

id Erwin Noor Wibowo, cairan herbisida, kebakaran hutan, membuka lahan

Sumsel terima bantuan cairan herbisida cegah pembakaran lahan

Ilustrasi- Asap mengepul dari lahan gambut yang terbakar . (ANTARA/FB Anggoro)

Palembang (Antarasumsel.com) - Provinsi Sumatera Selatan menerima bantuan cairan kimia herbisida sebanyak 1.000 liter dari Kementerian Petanian untuk mencegah petani menerapkan cara bakar saat membuka lahan.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel Erwin Noor Wibowo di Palembang, Jumat, mengatakan, Sumsel menjadi satu-satunya provinsi dibantu pemerintah pusat karena pada tahun 2015 sempat terjadi kejadian kebakaran hutan dan lahan yang berujung bencana kabut asap.

"Seperti diketahui bahwa petani memilih cara bakar karena ingin praktis mengingat dana dan tenaga kerjanya sangat terbatas. Untuk itu, pemerintah memandang perlu dicarikan solusi yakni bagaimana caranya agar petani tidak membakar," kata Erwin.

Ia mengatakan, cairan ini cukup disemprotkan pada lahan gambut pasca panen dengan jumlah 4 liter/hektare. Di pasaran, harga cairan kimia ini mencapai Rp200.000-Rp250.000 per liter.

Kemudian, setelah menunggu setidaknya satu pekan, terjadi pembusukan dan lahan bisa langsung ditanami kembali. Apabila ingin lebih efektif, maka petani dapat ditambahkan cairan dekomposer.

Ia menerangkan, biasanya kegiatan membakar lahan itu terjadi pada saat musim tanam yakni sekitar bulan Maret setelah sebelumnya pada November-Februari diketahui lahan petani terendam air.

Menurut Erwin, saat pembukaan lahan ini menjadi titik paling krusial dalam periode satu tahun karena dilakukan pada musim kemarau.

"Lahan gambut yang kering akan sangat mudah terbakar. Jika sudah terbakar maka sangat mudah menjalar dan sulit untuk dihentikan. Jadi jangan sampai terbakar," kata dia.

Dinas Pertanian sejauh ini telah menyosialisasikan larangan untuk membakar lahan dalam kegiatan penanaman kembali.

Bantuan sektor pertanian, berupa alat mesin pertanian pada tahun lalu diharapkan dapat digunakan dengan baik sehingga petani tidak lagi memilih cara bakar tapi menggunakan traktor.

Kebakaran hutan dan lahan masih menjadi ancaman bagi Sumatera Selatan yang tercatat mengalami bencana kabut asap hebat pada 2015. Kala itu, kurang lebih 736.000 hektare terbakar yang sebagian besar berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Pada 2016, kebakaran hutan dan lahan berhasil ditekan hingga 99,87 persen yang sebagian besar dipengaruhi hal positif yakni iklim kemarau basah.

Namun, pada 2017 terdapat ancaman lebih karena musim kemarau diperkirakan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang diperkirakan mulai Maret.