Sawit "mesin" penyumbang devisa tertinggi Indonesia

id Gapki, sawit, Sekjen Gabungan Pengusaha, Kelapa Sawit Indonesia, Togang Sitanggang, komoditas sawit, unggulan, perekonomian, devisa tertinggi

Sawit "mesin" penyumbang devisa tertinggi Indonesia

Perkebunan kelapa sawit . (ANTARA)

Pontianak (Antarasumsel.com) - Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Togang Sitanggang mengatakan saat ini komoditas sawit telah menjadi komoditas unggulan, terbukti telah menjadi "mesin" penyumbang devisa tertinggi di Indonesia.

"Komoditas sawit telah menjadi komoditas strategis di Indonesia. Dilihat dari devisa yang disumbangkan kepada negara sudah mengalahkan minyak dan gas," ujarnya dalam sambutan saat pengukuhan Gapki Kalbar di Pontianak, Senin.

Pada sisi lain paparnya pencapaian kinerja industri sawit Indonesia yang telah menjadi mesin devisa Indonesia sepertinya tidak pandang serius oleh pemerintah pusat.

"Dengan belum dipandang serius pemerintah maka menjadi tantangan industri sawit Indonesia untuk membuktikan industri sawit adalah industri yang ramah lingkungan dan penghasil minyak nabati paling efisien," kata dia.

Ia memaparkan berdasarkan laporan dari kajian ekonomi khusus di sektor kelapa sawit dari perusahaan di Inggris menyebutkan pada tahun 2025 pertumbuhan dunia mencapai 8 miliar jiwa sehingga diproyeksikan kebutuhan minyak nabati di tahun itu sebanyak 226,7 juta ton.

"Artinya dengan proyeksi penduduk tahun 2025 tersebut maka dibutuhkan suplai minyak nabati sebanyak 51 juta ton dari produksi nabati saat ini atau 5 juta ton tiap tahun," sebutnya.

Ia menambahkan dari proyeksikan kebutuhan dan jika minyak nabati ditumpukkan ke minyak sawit maka dibutuhkan areal baru seluas  12,9 juta hektare untuk memenuhi 51 juta ton dengan asumsi rata - rata 4 ton per hektare. Sedangkan jika bergantung pada minyak kedelai maka dibutuhkan 97,8 juta hektare lahan baru dengan produktivitas hanya 0,52 ton per hektare,
"Dari efisiensi dan peluang bisnis sawit yang berkaca kepada kebutuhan penduduk dunia maka itu harus menjadi perhatian pemerintah. Namun hal itu kembali kepada pemerintah Indonesia apakah memanfaatkan potensi yang ada atau sebaliknya," kata dia.

Ia memastikan untuk pengelolaan sawit di Indonesia sudah sangat ramah lingkungan dan keberlangsungan sudah sesuai sertifikasi ISPO. Pihaknya juga mendukung program pemerintah untuk mendukung bagi perusahaan yang belum memiliki sertifikasi ISPO.

"Mari kita bersama menjaga keberlangsungan sawit dan menepis isu negatif terhadap sawit. Terpenting kita meminta pemerintah pusat dan daerah tidak mengeluarkan kebijakan yang bisa menghambat produktivitas sawit," kata dia.