Palembang (Antarasumsel.com) - Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan akan menembus 5,0 persen pada triwulan IV/2016 karena daerah ini terbantu oleh adanya pembangunan infrastruktur.
Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Sumatera Selatan Hamid Ponco Wibowo di Palembang, Selasa, mengatakan, Sumatera Selatan sebenarnya bisa saja sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yakni tumbuh sekitar 5,2 sampai 5,5 persen hanya saja pada pertengahan tahun terdapat hal yang di luar perkiraan yakni pengurangan dana bagi hasil migas sehingga angka 5,0 dipandang cukup realistis.
"Jika tidak ada pengurangan dana bagi hasil (dbh) migas, saya yakin Sumsel akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun lalu," kata kepala perwakilan bank sentral ini.
Ia mengatakan sejauh ini sektor konsumsi di Sumsel masih mendominasi yakni mencapai 65 persen dari PDRB sehingga ketika terjadi pengurangan dana bagi hasil migas sekitar Rp900 miliar tentunya sangat berpengaruh pada pergerakan ekonomi di daerah ini.
Namun, jika dibandingkan daerah lain penghasil migas di Indonesia, maka sejatinya Sumsel lebih beruntung karena derasnya aliran dana APBN untuk pembangunan sejumlah infrastruktur Asian Games.
Infrastruktur itu, Light Rail Transit dengan total dana Rp7,2 triliun, jalan tol Palembang-Inderalaya Rp4 triliun, Jembatan Musi IV dan Jembatan Musi VI, dan sejumlah jembatan layang.
"Dana diluar APBD Sumsel ini sudah masuk sejak akhir 2015, tentunya memberikan efek pada 2016 ini. Bisa dikatakan, pertumbuhan ekonomi Sumsel masih terselamatkan karena pembangunan infrastruktur ini," kata dia.
Padahal jika melihat kondisi lain terkait pelemahan harga komiditas karet, sawit, dan mineral batu bara, seharusnya Sumsel tidak bisa menyentuh pertumbuhan ekonomi dikisaran 5,0 persen. Namun, faktanya pada triwulan II/2016 mampu membukukan 4,92 persen.
Meski dari sisi pertumbuhan ekonomi tetap terjaga tapi dari sisi inflasi, menurut Ponco terdapat sedikit gejolak lantaran pengaruh cuaca yang berakibat gagal panen di sejumlah sentra produksi pangan.
Bahkan, bukan hanya cabai merah, bawang saja yang mengalami pergerakan, BI justru dikejutkan dengan adanya komponen inflasi baru dalam dua bulan terakhir yakni rokok.
"Saya rasa lantaran maraknya informasi bahwa rokok akan Rp50 ribu membuat harga jual mulai dinaikkan. Dan tahu sendiri, tidak mudah untuk menyuruh orang berhenti merokok meski harga sudah tinggi," kata Ponco.
Realisasi inflasi Sumsel pada tahun 2013 mencapai 7,04 persen, 2014 sebesar 8,48 persen, dan 2015 sebesar 3,10 persen.
Pada 2015, pencapaian inflasi Sumsel lebih rendah dari nasional karena solidnya koordinasi diantara anggota Tim Penggendali Inflasi Daerah.
Namun pada 2016 ini, terjadi kenaikan cukup signifikan karena per November sudah menembus total 3,25 persen. Sedangkan target BI yakni 4,0 persen plus minus 1 persen hingga Desember.
Berita Terkait
Garuda merajut mimpi ke putaran final Piala Dunia 2026
Kamis, 28 Maret 2024 11:23 Wib
"Carbon capture storage" berpeluang jadi bisnis baru
Kamis, 28 Maret 2024 11:18 Wib
BI dan perbankan bukakuota penukaran rupiah 5.000 orang per hari
Kamis, 28 Maret 2024 11:03 Wib
Timnas Indonesia taklukkan Vietnam di Hanoi
Rabu, 27 Maret 2024 2:20 Wib
Tim BI Sumsel susuri Sungai Musi layani tukar rupiah jelang lebaran
Selasa, 26 Maret 2024 19:58 Wib
Tempe punya sejarah panjang dalam peradaban Indonesia
Selasa, 26 Maret 2024 14:52 Wib
Diananda dan Arif Dwi perbanyak konsumsi air putih selama Ramadhan
Selasa, 26 Maret 2024 13:14 Wib
MUI berharap penggunaan istilah dan simbol agama harus pada tempat yang pas
Selasa, 26 Maret 2024 11:13 Wib