Pertumbuhan ekonomi dunia lebih lambat dari prakiraan

id Bank Indonesia, inflasi, rapat koordinasi tpid, tim pengendali inflasi daerah, ekonomi, global, komoditas

Pertumbuhan ekonomi dunia lebih lambat dari prakiraan

Warga mengecek perdagangan saham menggunakan menggunakan telepon seluler. (ANTARA FOTO)

Palembang (ANTARASumsel) - Kajian ekonomi Bank Indonesia mengemukakan bahwa saat ini pertumbuhan ekonomi dunia lebih lambat dari prakiraan karena pemulihan di sejumlah negara maju dan negara berkembang masih melambat.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Sumatera Bagian Selatan Hamid Ponco Wibowo di Palembang, Jumat, mengatakan, kondisi ini dipengaruhi oleh perekonomian di Amerika Serikat yang belum solid dan prospek perekonomian di Eropa dan Jepang yang masih lemah.

"Kondisi ini juga dibarengi oleh perekonomian Tiongkok yang terus melambat, dan ECB dan BOJ yang terus melanjutkan pelonggaran kebijakan moneternya," kata dia.

Keadaan ini membuat pertumbuhan ekonomi dunia yang semua diperkirakan bakal membaik pada 2016 ini menjadi meleset.

Belum lama ini, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik akan mencapai 6,3 persen pada 2016 dan 6,2 persen pada 2017 atau lebih rendah dari proyeksi awal pada Oktober 2015 lalu yang memprediksi bakal mencapai 6,4 persen pada 2016 dan 6,3 persen pada 2017.

Penurunan proyeksi ini seperti yang dipaparkan Bank Dunia dalam laporan terbarunya yang juga menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok melamban dari 6,9 persen pada 2015 menjadi 6,7 persen pada 2016 dan 6,5 persen pada 2017.

"Banyak faktor lain yang sangat berpengaruh pada perekonomian global seperti volatilitas pasar keuangan dan anjloknya harga beragam komoditas," kata dia.

Karena itu pula, Bank Dunia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 5,1 persen pada 2016 dan 5,3 persen pada 2017.

"Akan tetapi proyeksi Bank Dunia itu berbeda dengan target pemerintah Indonesia yang ingin menjaga pertumbuhan ekonomi di angka 5,3 serta nilai tukar rupiah tetap di sekitar Rp13.400 per satu dolar AS," kata Ponco.