Hati-hati, beras daur ulang diduga beredar di Lubuklinggau

id beras, daur ulang, pedagang beras, lubuklinggau, disperindag

Hati-hati, beras daur ulang diduga beredar di Lubuklinggau

Ilustrasi - Perdagangan beras di pasar tradisional (ANTARA FOTO)

Lubuklinggau (ANTARA Sumsel) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, mengimbau masyarakat mewaspadai peredaran beras hasil daur ulang karena membahayakan kesehatan.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disprindag) Kota Lubuklinggau Farida Ariyani, Selasa mengatakan beras daur ulang itu diduga sudah beredar di wilayah itu, meskipun hingga saat ini belum ada keluhan masyarakat.

Ia mengatakan bila masyarakat menemukan gejala yang tidak lazim sejak dari proses pencucian, menanak, hingga menjadi nasi agar tidak langsung mengkonsumsinya.

Akibat ketidaklaziman itu akan berdampak terhadap kesehatan bila langsung dimakan, karena berbagai keanehan itu diduga terindikasi hasil beras daur ulang.

"Meskipun hingga saat ini belum ada keluhan dan laporan masyarakat, namun perlu diwaspadai konsumen dengan cerdas," katanya.

Pihaknya menindaklanjuti itu sesuai imbauan Kementerian Perdagangan yang mengingatkan para pedagang agar mematuhi aturan dalam perlindungan konsumen dan tidak boleh menjual beras daur ulang.

Karena beras merupakan bahan pokok harus menjadi perhatian utama. Apabila konsumen menemukan kejanggalan segera melaporkan kepada Badan Pelindungan Konsumen setempat untuk ditindaklanjuti secara hukum.

Kasus beras harus dilihat kebenaran labelnya yang meliputi jenis dan kualitas beras, berat dan tingkat kepecahannya.

Sedangkan ciri-cirinya antara lain cepat basi setelah dimasak, agak lembek dan apabila dimakan akan membuat sakit perut karena ada zat-zat lain yang dimasukkan kedalam beras tersebut.

Agar lebih aman, pihaknya meminta masyarakat pandai memilih jenis beras yang dijual dan dikemas dengan mengecek merek dan tanggal produksinya sesuai standar.

"Lebih baik masyarakat langsung membeli dari tempat mesin penumbuk padi akan lebih aman karena beras hasil petani lokal," ujarnya.

Ke depan pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan pengawasan terhadap peredaran dipasaran, tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau Nawawi Akip menjelaskan kemungkinan bahan yang ada dalam beras daur ulang adalah bahan pengawet.

Ia mengatakan isu tersebut berhembus bukan hanya sekarang namun sejak dulu, banyak sekali isu yang tidak baik mengenai beras seperti beras plastik dan beberapa di antaranya ada yang dicuci dengan bahan pencuci pakaian sehingga kembali bersih kemudian dikeringkan.

Bahan berbahaya seperti itu, serta pewarna dan pengawet sangat bebahaya bagi tubuh manusia, gejala awal bisa terjadi seperti mual, muntah karena zat yang masuk kedalam tubuh adalah racun.

"Kami mengimbau masyarakat tetap waspada, mudah-mudahan di Lubuklinggau tidak ada peredaran beras daur ulang tersebut," ujarnya.