Upaya Batan mewujudkan industri logam tanah jarang

id logam tanah jarang, ltj, belum dimanfaatkan optimal, industri bahan magnet, industri ltj, batan, batan gandeng perguruan tinggi teli ltj

Upaya Batan mewujudkan industri logam tanah jarang

Kepala Batan Prof Djarot Sulistio Wisnubroto berbincang-bincang dengan Rektor Unsri Badia Perizade. (Foto Antarasumsel.com/15/Yudi Abdullah)

...LTJ saat ini telah menjadi komoditas penting dan isu strategis di seluruh dunia karena keterbatasan ketersediaannya...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Logam Tanah Jarang atau LTJ terkandung dalam mineral monasit yang tersimpan dalam jumlah cukup besar sebagai limbah industri tambang timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hingga kini belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.

Melihat kondisi tersebut Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berupaya mendorong berbagai pihak melakukan pengolahan dan pemanfaatan Logam Tanah Jarang (LTJ) yang selama ini sebagai limbah menjadi barang bernilai ekonomi tinggi atau komoditas penyumbang devisa.

Untuk mendorong pengolahan dan pemanfaatan secara optimal LTJ itu pada tahun ini Batan bekerja sama dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya menggelar seminar tentang pengolahan dan pemanfaatan logam tanah jarang di Palembang pada 19-21 Oktober 2015.

Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama Batan Totti Tjiptosumirat menjelaskan "Seminar on Magnetic" itu merupakan seminar dua tahunan yang digagas pihaknya sejak tahun 2000 bekerja sama dengan Universitas Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang penyelenggaraannya melibatkan universitas negeri di tempat pelaksanaan acara seperti dilakukan dengan Unsri pada tahun ini

Pengolahan dan pemanfaatan Logam Tanah Jarang (LTJ) dipilih sebagi tema seminar mengingat pentingnya LTJ dalam pengembangan berbagai aplikasi bahan khususnya magnet di bidang elektronika, transportasi, energi, kesehatan dan lainnya.

LTJ saat ini telah menjadi komoditas penting dan isu strategis di seluruh dunia karena keterbatasan ketersediaannya terutama setelah pemerintah Tiongkok mengambil kebijakan untuk mengurangi ekspor LTJ sejak 2011.

Potensi pengembangan dan industri LTJ juga telah disadari oleh pemerintah dan telah dituangkan dalam buku II Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Berdasarkan RPJMN beberapa kementerian/lembaga dan institusi yang melipiuti Kementerian Perindustrian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Batan, BPPT, Perguruan Tinggi dan lainnya ditugaskan untuk mengembangkan potensi LTJ dari awal penambangan, pemurnian dan litbang aplikasi LTJ baik dalam bentuk produk magnet permanen maupun untuk aplikasi energi lain.

Saat ini konsorsium LTJ lintas lembaga telah dibentuk untuk menjadi wadah komunikasi para pemangku kepentingan (stake holder) dalam pengelolaan dan pemanfaatan LTJ.

Sebelum diselenggarakan seminar, pada 19 Oktober 2015 diadakan pertemuan konsorsium LTJ dalam bentuk Forum Group Discussion (FGD) yang dihadiri berbagai pihak terkait di bawah koordinasi Kemenperin.

Dalam forum diskusi tersebut dibahas langkah-langkah strategis untuk menjalankan amanah yang dimuat dalam RPJMN, kata Totti.

         Gandeng Perguruan Tinggi

Badan Tenaga Nuklir Nasional menjalin kerja sama dengan Universitas Sriwijaya Palembang dalam melakukan penelitian dan pengembangan pemanfaatan limbah industri tambang timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tersebut.

Logam tanah jarang terkandung dalam mineral monasit sebagai limbah industri tambang timah bisa menjadi komoditas ekspor, untuk mengolah limbah tersebut mengajak akademisi termasuk dari Universitas Sriwijaya (Unsri) bersama-sama melakukan kajian dan menyiapkan tenaga dalam memanfaatkannya secara optimal, kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Prof Djarot Sulistio Wisnubroto seusai acara penandatanganan nota kesepakatan (MoU) penelitian dan pengembangan iptek dengan Unsri di Palembang, Rabu (21/10).

Batan dalam 15 tahun terakhir telah melakukan penelitian dan pengembangan LTJ atau bahan magnet yang akan menjadi kunci masa depan dunia karena sangat dibutuhkan dalam teknologi modern.

Adanya jalinan kerja sama dengan Unsri, diharapkan dapat dilakukan penelitian LTJ lebih maksimal dan pengembangan bahan magnet itu untuk kepentingan yang lebih besar.

Limbah yang mengandung bahan radio aktif itu selama ini terbuang begitu saja, dengan pemanfaatan teknologi dan dukungan para ahli dari berbagai perguruan tinggi diharapkan segara bisa diolah dan dimanfaatkan secara optimal menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri dalam dan luar negeri.

Berdasarkan data yang dihimpun dari perusahaan tambang PT Timah di Pulau Bangka Belitung, mereka memiliki potensi LTJ sekitar 180 ribu ton, namun hingga kini belum dikelola dan dimanfaatan sebagai sumber penghasilan baru.

Perusahaan tambang timah itu berkeinginan segera menyiapkan industri pengolahan LTJ memanfaatkan limbahnya menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor LTJ atau bahan magnet terbesar di dunia menggantikan posisi Tiongkok.

Melihat besarnya potensi tersebut, Indonesia dilirik oleh negara produsen elektronika, alat kesehatan, dan kendaraan bermotor seperti Jepang untuk mengolah LTJ menjadi bahan magnet memenuhi kebutuhan bahan baku pendukung industri tersebut, katanya.

Sementara Rektor Unsri Palembang Prof Badia Perizade seusai melakukan penandatangan MoU dengan Batan terkait pemanfaatan LTJ mengatakan, pihaknya memiliki tenaga ahli yang mengembangkan penelitian pemanfaatan limbah industri tambang timah itu.

LTJ merupakan bahan baku untuk pembuatan produk berteknologi canggih dan berkekuatan tinggi.

Unsur-unsur yang terkandung dalam logam tanah jarang mempunyai ciri istimewa yaitu mampu bereaksi dengan unsur-unsur lain untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

Kerja sama ini akan dimanfaatkan dengan baik, sehingga tenaga ahli Unsri dapat melakukan penelitian lebih maksimal karena dapat memanfaatkan peralatan yang dimiliki oleh Batan serta hasilnya bisa disinergikan dengan penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari perguruan tinggi lainnya.

Dengan sinergisitas yang dibangun Batan, diharapkan akademisi dan peneliti Unsri mampu menghasilkan neomagnet yaitu magnet berkekuatan tinggi dari LTJ yang terkandung dalam mineral monasit sebagai limbah industri tambang timah di Provinsi Bangka Belitung.

Tidak hanya itu, diharapkan pula dapat dikembangkan penelitian menghasilkan bahan yang mampu meningkatkan kemampuan material berupa kekuatan, kekerasan, dan ketahanan terhadap panas, serta bahan pembuat superkonduktor, laser, optik elektronik, glass, keramik, dan peralatan vital militer seperti sonar kapal perang, alat pembidik meriam tank, perangkat pelacak sasaran pada peluru kendali yang lebih baik.