Limbah industri timah bisa jadi komoditas ekspor

id komoditas ekspor, limbah industri timah, batan olah jadi komoditas ekspor, batan, kembangkan penelitian

Limbah industri timah bisa jadi komoditas ekspor

Jumpa pers Kepala Batan dengan wartawan di Palembang. (Foto Antarasumsel.com/15/Yudi Abdullah)

...Untuk mengolah logam tanah jarang yang tersimpan dalam jumlah cukup besar sebagai limbah industri tambang timah saat ini terus dilakukan penelitian dan pengembangan bersama pakar berbagai perguruan tinggi...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Logam tanah jarang sebagai limbah industri tambang timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bisa menjadi komoditas ekspor yang dapat menyumbang devisa negara.

Untuk mengolah logam tanah jarang yang tersimpan dalam jumlah cukup besar sebagai limbah industri tambang timah saat ini terus dilakukan penelitian dan pengembangan bersama pakar berbagai perguruan tinggi, kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Prof Djarot Sulistio Wisnubroto seusai menutup seminar tentang pengolahan dan pemanfaatan logam tanah jarang di Palembang, Rabu.

Dia menjelaskan, logam tanah jarang dibutuhkan dalam pengembangan berbagai aplikasi bahan khususnya magnet di bidang elektronika, transportasi, energi, kesehatan dan lainnya.

Logam tanah jarang atau bahan magnet itu saat ini telah menjadi komoditas penting dan isu strategis di seluruh dunia karena keterbatasan ketersediaannya, lebih lagi ketika pemerintah Tiongkok mengambil kebijakan untuk mengurangi ekspor komoditas itu sejak 2011, katanya.

Menurut dia, berdasarkan data yang dihimpun dari perusahaan tambang di Pulau Bangka Belitung, PT Timah mereka memiliki potensi logam tanah jarang sekitar 180 ribu ton, namun hingga kini belum dikelola dan dimanfaatan sebagai sumber penghasilan baru.

Potensi logam tanah jarang yang dimiliki perusahaan tambang timah itu, jika dikelola dengan baik dapat mendukung kegiatan produksi bahan baku penunjang industri elektronika, transportasi, energi, kesehatan kurun waktu 10 tahun ke depan.

Selain di Provinsi Bangka Belitung, potensi logam tanah jarang yang cukup besar juga terdapat di Kalimantan Barat.

Namun untuk menghitung secara pasti jumlah potensi bahan magnet yang secara umum di Indonesia mencapai 1,5 miliar ton membutuhkan bantuan para pakar untuk melakukan penelitian lebih lanjut sehingga bisa dieksplorasi, inventarisasi, dan eksploitasi secara optimal.

Melihat besarnya potensi tersebut, Indonesia dilirik oleh negara produsen elektronika, alat kesehatan, dan kendaraan bermotor seperti Jepang untuk mengolah logam tanah jarang menjadi bahan magnet memenuhi kebutuhan bahan baku pendukung industri yang selama ini didominasi oleh Tiongkok, katanya.

Dengan potensi yang tersedia cukup besar, PT Timah berkeinginan segera menyiapkan industri pengolahan logam tanah jarang yang selama ini terbuang sebagai limbah menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri dalam dan luar negeri.

Melalui berbagai persiapan tersebut diharapkan keinginan PT Timah memanfaatkan limbahnya menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi tinggi dapat segera diwujudkan dan menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor LTJ atau bahan magnet terbesar di dunia menggantikan posisi Tiongkok, kata Kepala Batan.