Reksadana mikro, cara tepat memulai investasi pasar modal

id pasar modal, ojk

Reksadana mikro, cara tepat memulai investasi pasar modal

Ilustrasi---Kegiatan di Bursa Efek Jakarta (ANTARA FOTO)

...produk investasi ini sejatinya akan menjadikan kehidupan penduduk suatu negara menjadi lebih baik karena sudah memikirkan masa depan...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Secara ideal setiap orang harus memiliki simpanan dalam bentuk tabungan, surat berharga, properti hingga perhiasan untuk meminimalisasi dampak krisis keuangan akibat pemutusan hubungan kerja, sakit, hingga meninggalnya pencari nafkah keluarga.
     
Direktur Pengaturan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Gonthor B Aziz di Palembang, pada pekan lalu, mengatakan, meski memiliki simpanan adalah sesuatu keharusan untuk mencapai kedaulatan finansial tapi kesadaran untuk menyisihkan pendapatan untuk dipergunakan pada masa datang (berinvestasi) terbilang masih rendah, terutama untuk masyarakat golongan menengah ke bawah.
     
Khusus di pasar modal, berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan 2013 diketahui penetrasi di Indonesia hanya 3,7 persen atau menjadi yang terendah jika dibandingkan lima produk jasa keuangan lainnya, yakni perbankan (21,8 persen), asuransi (17,08 persen), pegadaian (14,85 persen), pembiayaan (9,8 persen), dana pensiun (7,13 persen).
     
Padahal, hanya di pasar modal yang bisa membuat kekayaan seseorang semakin bertumbuh mengalahkan laju inflasi sehingga bisa mewujudkan impian pensiun dini.
     
"Dengan penetrasi hanya 3,7 persen, artinya tidak mudah bagi pemerintah untuk mendekatkan masyarakat dengan produk investasi seperti saham, obligasi, dan reksadana, sehingga diperlukan suatu ide kreatif untuk mengubah cara pandang masyarakat mengenai pasar modal," kata dia.
     
Selama ini, Gonthor tidak membantah bahwa masyarakat berpandangan negatif mengenai pasar modal karena dinilai hanya untuk kalangan berduit dan sangat berisiko. 
     
Padahal, produk investasi ini sejatinya akan menjadikan kehidupan penduduk suatu negara menjadi lebih baik karena sudah dilatih untuk memikirkan masa depan.
     
"Ada perbedaan paradigma di antara penduduk-penduduk negara-negara berkembang dan negara maju, salah satunya yang paling mencolok yakni negara berkembang senang menabung, sementara negara maju senang berinvestasi," kata dia.
     
Menurutnya, masyarakat masih enggan lantaran khawatir pada risiko yang dihadapi mengingat kerap mendengar informasi seputar kegagalan investasi di pasar modal.
     
Padahal, padangan tersebut tidak sepenuhnya benar mengingat di pasar modal terdapat beragam produk yang dapat disesuaikan dengan profil investor, termasuk bagi kalangan menengah ke bawah.
     
"Literasi mengenai pasar modal ini yang sedang digalakkan. Masyarakat harus tahu bahwa di pasar modal itu terdapat beragam produk seperti reksadana yang bisa berinvestasi dengan hanya Rp100 ribu," kata dia.
     
Sejak mulai berdiri di awal tahun 2014, OJK gencar memperkenalkan produk investasi reksadana mikro yang memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan saham dan obligasi.
     
Produk industri jasa keuangan reksadana mikro ini sangat dianjurkan bagi kalangan pemula yang ingin menjajal pasar modal karena pengelolaan dana diserahkan ke perusahaan manajer investasi.
     
"Berdasarkan diskusi panjang dengan kalangan pasar modal Jepang, Indonesia sangat disarankan memperkenalkan reksadana ke masyarakat karena sangat sesuai dengan karakteristik masyarakatnya," kata Gonthor.
     
Ia mengatakan, produk reksadana ini lebih sedikit resikonya jika dibandingkan produk investasi di lantai bursa yang menempatkan nasabah sebagai investor murni.
     
"Menjadi investor murni ini bukan perkara mudah karena seseorang harus mau berpikir sendiri dan menyediakan banyak waktu untuk mengumpulkan informasi dan membaca laporan keuangan," kata dia.
     
Gonthor memastikan bagi kalangan pemula belum memiliki kemampuan ini maka akan lebih baik memberikan mandat ke manajer investasi (perusahaan pengelola).
     
"Berusaha di pasar modal sangat unik sekali karena yang ditawarkan bukan kepastian melainkan kemungkinan. Artinya investasi pasar modal ini sangat bergantung dengan informasi, sehingga akan lebih baik bagi pemula menunjuk manajer investasi dibanding mengelolah sendiri," kata Gonthor.
     
Ia mengemukakan, dalam reksadana ini, para nasabah hanya diminta andal dalam memilih perusahaan manajer investasinya dengan cara memeriksa secara detail  profil dan rasio kemampuan pengembalian investasi nasabah.
     
"Dalam pasar modal itu, intinya nasabah ingin mendapatkan tingkat pengembalian sesuai dengan harapan. Sehingga, jadikan ini sebagai dasar dalam memilih perusahaan manajer investasi," kata dia.
     
                                                                 Cara membeli reksadana
     
Untuk meningkatkan penetrasi pasar modal ini, Gonthor meminta kalangan perbankan dan asuransi aktif dalam mendorong masyarakat untuk mau membeli setelah OJK mengizinkan untuk memasarkan produk-produk investasi.
     
Gonthor mengatakan perbankan dan asuransi sementara ini memiliki finansial inklusif terbaik di masyarakat sehingga diharapkan menjadi pintu masuk penyebarluasan produk investasi.
     
Produk pasar modal ini merupakan produk yang unik sekali karena tidak menawarkan kepastian tapi kemungkinan. 

Oleh karena itu, untuk mempromosikannya juga perlu strategi baru seperti melalui bank dan asuransi.
     
"Beberapa bank sudah memiliki produk reksadana, ini cocok sekali bagi kalangan pemula yang ingin menjajal pasar modal. Harapannya, mereka inilah cikal bakal investor murni andal di pasar modal dalam lima atau sepuluh tahun kemudian," kata dia.
     
Sikap pro-aktif kalangan perbankan dan asuransi dalam menggaet masyarakat untuk berinvestasi ini juga diharapkan menjadi solusi atas kekurangan broker (pialang) dan perusahaan manajer investasi di daerah.      
     
"Jumlah broker di daerah tentunya tidak sebanyak di Jakarta yang memiliki Bursa Efek Jakarta, sementara potensi di daerah luar biasa. Tentunya, akan lama sekali jika harus menunggu jumlah broker bertambah sehingga langkah strategi menggunakan bank dan asuransi ini dipandang tepat," kata dia.
     
Menurutnya, ketertarikan masyarakat luas untuk berinvestasi reksadana ini mulai meningkat seiring dengan makin maraknya program acara dan literasi di berbagai media mengenai perencanaan keuangan.
     
Namun ketertarikan ini harus ditindaklanjuti dengan pemahaman mengenai profil resiko reksadana mengingat peluang mengalami kerugian akibat turunnya nilai investasi itu tetap ada.
     
"Ada lebih dari 800 produk reksadana di Indonesia, artinya wajib hukumnya bagi calon investor untuk membaca prospektus, alternatifnya melalui dokumen 'fund factsheet' yang umumnya diterbitkan setiap bulan sekali oleh Manajer Investasi (MI)," kata dia.
     
'Fund factsheet' ini berisikan laporan kinerja bulanan dan ringkasan informasi penting pada sebuah prospektus, seperti tujuan investasi, strategi investasi, komposisi portofolio, minimal dana investasi, dan sebagainya.
     
Setelah paham, maka dapat dilanjutkan dengan membeli produk dari lembaga yang mengelola dan menerbitkan produk reksadana, yakni manajer investasi.
     
Keuntungan membeli langsung melalui manajer investasi yakni lebih terjangkau dan berbiaya lebih murah, bahkan ada yang menawarkan minimal pembelian sebesar Rp100-250 ribu.
     
"Hanya saja, karena membeli di manajer investasi maka pilihan produk reksadananya menjadi terbatas atau hanya yang dikelola oleh mereka," kata dia.
     
Selain membeli melalui manajer invetasi, peminat juga dapat membeli reksadana melalui bank yang memiliki izin sebagai Agen Penjual Reksadana (APERD) yakni ada di perbankan dan asuransi.
     
"Jika melalui bank maka pilihan produk akan lebih banyak dan transaksi juga akan lebih mudah karena bisa auto debet," kata dia.
    
Terkait dengan ketentuan transaksi reksadana, pembeli harus melakukan pada hari bursa, membuka rekening reksadana dengan memenuhi beragam persyaratan administrasi, dan menyediakan sejumlah uang untuk investasi.
     
Kemudian, dokumen diserahkan kepada manajer investasi, baik secara langsung atau lewat agen penjual dengan dilanjutkan penyetoran dana ke rekening penampungan sesuai produk reksadana yang dipilih.
     
Lalu, transaksi diproses berdasarkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit, atau nilai yang menggambarkan total kekayaan reksadana setiap harinya.
     
Selain harga pasar dari aset reksadana itu sendiri, NAB juga dipengaruhi oleh pembelian dan penjualan reksadana oleh para investor lain.
     
Cara penghitungannya juga cukup mudah yakni dengan menghitung jumlah unit penyertaan reksadana dikalikan dengan selisih dari harga NAB jual dengan harga NAB beli reksadana.
     
Sebagai contoh, setahun yang lalu membeli Reksadana ABC dengan nilai seratus ribu rupiah di harga NAB 1.000, sehingga mendapatkan (Rp100.000/1.000) mendapatkan 100 unit penyertaan. Saat ini harga NAB Reksadana ABC di 1.200.
     
"Apabila Anda melakukan penjualan semua unit Reksadana XYZ pada harga NAB saat ini, maka keuntungan yang didapatkan adalah 100 unit x (1.200-1.000) mendapatkan  Rp20.000. Begitu pula sebaliknya jika terjadi NAB jual lebih kecil dari NAB beli, artinya merealisasikan kerugian," kata dia.

                                                              Membangun kesadaran     
     
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Agus Sugiarto mengatakan OJK telah menemukan solusi untuk mengatasi persoalan lemahnya penetrasi pasar modal yakni dengan membuat beragam produk investasi. 
     
Saat ini, OJK mengenalkan beragam produk investasi yang bisa dibeli oleh masyarakat kelas bawah yakni mulai dari asuransi mikro, reksadana mikro, dan tabungan mikro tanpa biaya administrasi.
     
"Dulu membeli saham harus satu lot yang isinya 500 lembar, kini sudah ada 100 lembar supaya masyarakat ekonomi menengah ke bahwa juga bisa turut berinvestasi, begitu pula dengan asuransi mikro yang bisa dibeli dengan hanya Rp50 ribu per bulan," kata dia.
     
Mengenai sosialisasi, ia mengemukakan, masyarakat harus diberikan pemahaman mengenai pentingnya berinvestasi yang dapat mengatasi persoalan ketika sebuah keluarga diserang "shock" keuangan.
     
"Harus ditanamkan bahwa shock keuangan atau krisis keuangan hanya dapat dihadapi bari mereka yang mau berinvestasi. Jadi dalam literasi OJK, masyarakat didorong untuk tidak konsumtif dan mau berinvestasi," kata dia. 
     
Setelah tahu dan melek jasa keuangan, masyarakat diharapkan mau membeli (finansial inklusi) produk sehingga menumbuhkan industri jasa keuangan karena adanya suatu permintaan.
     
Ia melanjutkan, namun yang terpenting dari 'melek' keuangan ini yakni tidak sebatas mau memanfaatkan produk jasa keuangan (mau membeli) tapi mau mengubah perilaku dalam menggunakan uang yang dimiliki.
     
"Dulu ada yang suka boros, setelah mengerti manfaat industri jasa keuangan jadi gemar menabung dan investasi, atau mulai menyiapkan masa datang dengan ikut program dana pensiun. Intinya mengubah perilaku, karena berdasarkan hasil penelitiah bahwa semakin tinggi finansial inklusi suatu negara maka semakin makmur negara tersebut," kata dia.
     
Ketua Lembaga Sertifikasi Perencana Keuangan Indonesia (FPSB) Tri Joko Santoso mengatakan pengubahan pola tingkah laku masyarkat dalam menggunakan uang bukan perkara mudah, apalagi budaya yang berkembang mengarahkan masyarakat untuk bersikap konsumtif.
     
Lantaran ini, minat keluarga di Indonesia untuk berinvestasi terbilang rendah.
     
Untuk itu, setiap keluarga harus didorong membuat suatu perencanaan agar tujuan dalam berkeluarga tetap tercapai meskipun dihadapkan berbagai tantangan (shock keuangan).
     
Seorang perencana keuangan harus bersikap tegas dalam membuat skala prioritas mengingat pada tahun 2015 juga bakal terjadi pelemahan ekonomi.
     
"Belilah apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan. Ini penting karena gaya hidup masa kini sangat mempengaruhi cara orang menggunakan uangnya," kata dia.
    
Tri menerangkan, setiap keluarga harus menganut prinsip-prinsip dalam perencanaan keuangan, diantaranya menyisihkan sekitar 35 persen dari pendapatan untuk membayar utang yakni cicilan kredit rumah.

"Mengapa hingga 35 persen karena rumah dianggap sebagai aset wajib dalam berkeluarga sehingga ketika tidak produktif lagi akan terbebas dari utang," ujar dia.
     
Kemudian, menyisihkan pendapatan sebesar 10 persen untuk membayar asuransi yang menjadi salah satu upaya untuk mengelola risiko bila terjadi kejadian meninggal dini, cacat, atau sakit kritis terhadap sang pencari pendapatan.
     
Lalu, mengalokasikan sekitar 10 persen untuk tabungan dan investasi sehingga pada masa tua dapat digunakan untuk keperluan saat pensiun dan dana perjalanan ibadah.
     
"Harus dipahami bahwa sebagian dari pendapatan yang diterima hari ini merupakan sumber untuk pengeluaran masa depan," ujarnya.
     
Ia menambahkan, setelah pendapatan dialokasikan untuk cicilan utang, asuransi, investasi, dan tabungan, maka tahapan lanjutannya yakni belanja rumah tangga dan gaya hidup yakni sebesar 45 persen.
     
"Ini masalah sikap jadi memang tidak mudah, kadang orang sudah mengetahui teorinya tapi sulit untuk merealisasikannya. Namun terlepas dari hal ini, semua dapat dimulai dengan langkah awal yang mudah yakni dengan membuat daftar apa yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan," ujar dia.

Berinvestasi di pasar modal, belum menjadi pilihan masyarakat saat ini, seperti yang tergambar dari jumlah investor di Indonesia yakni berjumlah lebih kurang 400 ribu orang dari jumlah penduduk mencapai 270 juta jiwa. Sementara, Malaysia sudah mencapai 4 juta investor atau 13 persen dari populasi, dan Singapura memiliki 1,5 juta investor atau 30 persen dari populasi.

Berkaca dari data ini maka dibutuhkan cara kreatif untuk mendekatkan masyarakat dengan pasar modal, dan salah satunya melalui reksadana.

Mengapa reksadana ? karena produk jasa keuangan ini dikelola oleh para profesional pasar modal yang memiliki akses pada informasi dan pedagangan efek, sehingga selalu dapat meneliti berbagai peluang investasi terbaik bagi para nasabahnya.

Lalu, dana investasi ditempatkan pada beberapa macam instrumen investasi di pasar modal sehingga risiko kerugian investasi secara keseluruhan akan lebih kecil.