Ma'arif Institute: Harkitnas ini Indonesia belum merdeka

id ma'arif institute, hari kebangkitan nasional, harkitnas, indonesia belum merdeka, direktur eksekutif ma'arif institute, fajar riza ul haq

Ma'arif Institute: Harkitnas ini Indonesia belum merdeka

Fajar Riza Ul Haq (maarifinstitute.org)

....Sangat ironis! Sudah terlalu lama Pancasila dikhianati....
Jakarta, (ANTARA Sumsel) - Momentum Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada Rabu (20/5) menandai Indonesia yang belum sepenuhnya merdeka dengan berbagai alasan, kata Direktur Eksekutif Ma'arif Institute Fajar Riza Ul Haq.

"Selama masih banyak anak bangsa yang dihantui rasa takut dan rasa lapar maka sebenarnya kita belum 100 persen merdeka," kata Fajar saat dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Merdeka dari takut dan lapar sangat mendasar dalam bernegara. Namun, kata dia, realitas belum adanya kemerdekaan itu masih bercokol hingga menusuk rasa keadilan.

Bagi Fajar, tolok ukur kemerdekaan juga merujuk pada terwujudnya cita-cita keadilan dan kesejahteraan. Dua hal tersebut hingga saat ini belum terwujud di Indonesia. Maka dari itu, hakikat penjajahan belum kunjung lenyap dari Nusantara atau masih bersemayam di tengah kehidupan rakyat banyak.

Maka dari itu, Direktur Eksekutif Ma'arif Institute mengajak kepada masyarakat agar semangat Harkitnas selalu dimunculkan dalam memerangi ketidakadilan dan belum sejahteranya masyarakat.

"Semangat Hari Kebangkitan Nasional masih penting direaktualisasikan hari ini," kata dia.

Semangat berjuang, kata dia, harus terus dikobarkan meski saat ini Indonesia tidak secara langsung mengalami penjajahan secara fisik seperti prakemerdekaan.

"Sangat ironis! Sudah terlalu lama Pancasila dikhianati dalam laku. Rumusan para pendiri bangsa ini sebenarnya mulia dalam konsep tapi diingkari dalam praktik bernegara," kata dia.

Dalam rangka Harkitnas, Fajar juga mendesak pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk terus berupaya memerdekakan bangsa Indonesia.

"Pemerintahan Jokowi-JK punya kesempatan besar untuk memerdekakan bangsa Indonesia selama konsisten membumikan nilai-nilai Pancasila," kata Fajar.

Momentum Harkitnas, kata dia, harus terus serius menjadi pemicu untuk menyelesaikan persoalan ketimpangan ekonomi yang kian melebar, tidak terkecuali menguatnya gejala segregasi sosial yang bisa merusak kebhinnektunggalikaan bangsa.

Segregasi sendiri merupakan pemisahan suatu golongan dari golongan lainnya. Hal ini, kata dia, merupakan masalah yang kerap muncul di tengah masyarakat yang plural atau memiliki latar belakang berbeda-beda.

"Kami mendesak Jokowi-JK untuk membuktikan revolusi mental ke dalam revolusi berpikir dan budaya bernegara," kata dia.