Harap-harap cemas menanti kepastian LSI

id liga super indonesia, lsi, sepak bola, bola

Harap-harap cemas menanti kepastian LSI

Liga Super Indonesia - ISL (Antarasumsel.com/Logo/Aw)

...Kita semua berharap kompetisi di Indonesia menjadi lebih profesional. Tentunya ada hikmahnya dari penundaan jadwal ini, dan semoga saja segera ada kepastian mengenai LSI...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Olahraga Profesional Indonesia beberapa hari lalu mengungkapkan terdapat enam klub dari 18 kontenstan Liga Super Indonesia 2015 yang masih berstatus C atau kelengkapan dokumen wajib belum mencapai 50 persen.
    
Kondisi ini memunculkan kecemasan baru di sejumlah klub profesional mengingat Kementerian Pemuda dan Olahraga menjadikan rekomendasi BOFI sebagai pertimbangan untuk mengizinkan kick off pada 4 April mendatang.
    
Manajer Sriwijaya FC Robert Heri yang diwawacarai terkait persoalan ini mengaku sangat mengkhawatirkan kondisi terbaru ini karena bisa berujung dengan penundaan untuk kali kedua, setelah sebelumnya Kemenpora membatalkan kickoff pada 20 Februari 2015.
    
"Jelas ini mengkhawatirkan karena kickoff tinggal dua minggu lagi. PT Liga harus berani bersikap tegas dengan klub yang hingga kini belum melengkapi dokumen demi kickoff pada 4 April ini, jika ditunda lagi, apa jadinya," kata Robert.
    
Ia mendukung jika otoritas kompetisi LSI ini bertindak tegas seperti dilakukan sebelumnya dengan mengeluarkan Persik Kediri dan Persiwa Wamena dari daftar peserta LSI.
    
"Jika pada akhirnya hanya sepuluh atau 12 klub yang dinyatakan lolos verifikasi oleh BOFI, saya rasa tidak masalah dengan tidak menggunakan format 18 klub," ujar dia.
    
Menurutnya, PT Liga Indonesia harus mempertimbangkan kerugian finansial yang diderita klub jika jadwal kompetisi kembali ditunda. 
    
"Biaya bertambah di luar rencana, persiapan yang disusun pelatih jadi berantakan, kontrak kerja sama dengan sponsor jadi tertunda, belum lagi kerugian secara psikologis karena pemain yang sejatinya sudah siap tempur menjadi kembali ke nol," ujar dia.
    
Ketua umum Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) Noor Aman seusai menghadiri acara diskusi yang digelar APPI (Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia) di Jakarta, Jumat (20/3), mengatakan, terdapat enam klub yang masuk kategori C dan berpeluang tidak akan mendapatkan rekomendasi dari BOPI.
    
Keenam klub itu, Pelita Bandung Raya, Gresik United, Arema Cronus, Persebaya Surabaya, Pusamania Borneo FC, dan Persiram Raja Ampat. Keenam klub itu harus masuk kategori B jika ingin mendapatkan rekomendasi dari BOPI.     
    
Sementara, tiga klub masuk kategori A (kelengkapan dokumen di atas 75 persen) yakni Sriwijaya FC, Persib Bandung, dan Persipura.
    
Dan, tujuh tim lainnya masuk kategori B (kelengkapan dokumen antara 50-75 persen dan dokumen wajib telah terpenuhi) yakni, Persija Jakarta, Persela Lamongan, Persiba Balikpapan, Mitra Kukar, Barito Putera, Perseru Serui, Semen Padang, Bali United, PSM Makassar.
    
Adapun dokumen wajib yang diharuskan BOPI adalah legalitas klub, keuangan dan kontrak profesional pemain serta pelatih, seluruhnya harus dilengkapi klub, sedangkan kontrak pemain dan pelatih dapat dilengkapi secara bertahap.
    
Desakan untuk menggelar liga kasta tertinggi di Indonesia ini bukan hanya dari klub, tapi Komisi X DPR RI juga menyuarakan hal serupa.
    
Ketua Komisi X DPR RI Teuku Riefky Harsya berpendapat Menpora dan BOPI harus mencabut keputusan penundaan LSI agar Indonesia tidak mendapat sanksi dari FIFA.
    
Dalam surat resmi FIFA dinyatakan bahwa PSSI diminta menyelesaikan permasalahan kompetisi secara independen yakni tanpa adanya campur tangan pihak ketiga. 

                                                      Divisi Utama
    
Kegelisahan akan keberlangsungan kompetisi LSI juga dinyatakan sejumlah tim Divisi Utama karena kondisi yang terjadi saat ini juga berimbas terhadap mereka yakni berupa penundaan kompetisi.
    
Pelatih Martapura FC Frans S Hawae mengatakan kericuhan yang terjadi ini sepatutnya tidak berimbas dengan klub Divisi Utama.
    
"Yang bermasalah ini LSI bukan Divisi Utama, masak mau membunuh tikus justru satu rumah dibakar," kata Frans di sela-sela pertandingan turnamen pramusim Piala Gubernur Sumatera Selatan di Palembang, Sabtu (21/3) malam.
    
Ia mengatakan, kompetisi Divisi Utama sejauh ini tidak ada persoalan seperti yang terjadi di klub Liga Super Indonesia. Apalagi, peraturan baru yang mengharuskan minus pemain asing membuat permasalahan terkait kontrak kerja dengan pemain asing menjadi tidak ada.
    
"Saya berharap, kompetisi Divisi Utama jangan dikacaukan. Mulai digelar saja, saat ini klub sudah kesulitan, apalagi aturan pemain asing sudah diterapkan, mau dari mana lagi klub dapat uang," kata Frans.
    
Senada, Pelatih PSPS Pekan Baru Philep Hansen Maramic mengharapkan PSSI bisa mengharapkan berbagai pihak terkait dapat memahami kesulitan klub terutama dari sisi finansial.
    
"Jadwal tidak pasti membuat pengeluaran klub menjadi membengkak. Untung, klub kami masih bagus finansialnya sejauh ini jadi bisa ikut turnamen terbuka seperti Piala Gubernur Sumsel ini," ujar dia.
    
Tak hanya dari finansial, tim pelatih juga kesulitan untuk menjaga psikologis pemain karena jadwal kompetisi yang tidak pasti membuat menurunkan semangat.
    
"Paling sulit adalah memompa semangat pemain. Jika berlatih-berlatih terus tanpa tahu kapan bertandingnya seperti ini, jelas sangat menyulitkan menjaga semangat tim," kata dia.
    
Kementerian Pemuda dan Olahraga memutuskan menunda kick off Liga Super Indonesia dari 20 Februari menjadi 4 April 2015 berdasarkan rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia yang menyatakan sejumlah klub belum menyertakan dokumen wajib.
    
Pemerintah menjadikan musim kompetisi ini sebagai momentum untuk membenahi sepak bola profesional di Indonesia.
    
Beberapa waktu lalu, Indonesia menjadi sorotan di mata dunia setelah seorang pemain bola asing asal Portugal Diego Mendieta meninggal dunia karena sakit pada 2012 setelah sempat terkatung-katung di Solo lantaran penunggakan pembayaran gaji hingga tujuh bulan.
     
Cerita lainnya yakni mengenai pesepakbola asal Rusia, Sergei Litinov yang terpaksa bekerja di warung jus di Solo karena tidak menerima gaji hampir selama tiga bulan. Pemain profesional ini akhirnya dideportasi pemerintah ke Rusia karena telah melewati masa tinggal, pada Juli 2014.
     
Tak kalah tragis, kisah lainnya juga dialami pemain lokal yang kerap tidak menerima gaji selama berbulan-bulan, seperti yang terjadi pada 2013. Belasan pemain PSMS Medan mendatangi kantor PSSI di Jakarta untuk berujuk rasa setelah 10 bulan tidak menerima gaji.
     
Penjaga awang Sriwijaya FC Dian Agus Prasetyo mengatakan keterlambatan pembayaran gaji adalah persoalan yang hingga kini belum bisa dihindari oleh klub profesional di Indonesia.
     
Pascapelarangan penggunaan dana APBD membuat klub profesional harus berusaha sendiri dalam mencari pemasukan klub.
     
Ia menilai, pada akhirnya aturan baru yang harus menyertakan dokumen pelunasan gaji bagi klub untuk ikut dalam kompetisi akan melindungi pesepak bola profesional Tanah Air.
     
"Jadi klub tidak bisa seenaknya lagi dengan pemain. Selama ini, banyak klub yang pura-pura tidak tahu, dengan tidak membayar gaji dua hingga tiga bulan terutama di saat pengujung musim," kata mantan pemain Mitra Kukar ini.

                                                  Turnamen pramusim
Di tengah belum pastinya jadwal kompetisi, sejumlah klub mengikuti turnamen pramusim untuk tetap memanaskan mesin tim.
     
Sebanyak empat tim mengikuti turnamen Piala Gubernur Sumsel, Sriwijaya FC, Martapura FC, Semen Padang, dan PSPS Pekan Baru di Palembang, 17-21 Maret 2015.

Pelatih Semen Padang Nil Maizar mengatakan mengikuti turnamen pramusim ini untuk menjaga performa pemain lantaran penundaan jadwa telah menggangu kondisi psikologis tim.
     
Ia menerangkan, pascapenundaan jadwal kompetisi dari 20 Februari 2015 menjadi 4 April 2015 membuat program latihan yang sudah dijalankan menjadi berantakan dan harus disiasati agar tidak terbuah percuma.
     
"Semen Padang bersyukur sekali ada klub yang mengundang untuk bertanding dalam turnamen terbuka, seperti yang diadakan Sriwijaya FC dalam Piala Gubernur Sumsel. Saya rasa klub lain juga melakukan langkah serupa," kata dia.
     
Mantan pelatih Tim Nasional ini berharap semua pihak terkait menemukan solusi terbaik agar kompetisi yang direncanakan pada 4 April mendatang tidak mengalami penundaan kembali.
     
"Kita semua berharap kompetisi di Indonesia menjadi lebih profesional. Tentunya ada hikmahnya dari penundaan jadwal ini, dan semoga saja segera ada kepastian mengenai LSI," ujar Nil Maizar.