SDN Negeri Sindang OKU tak layak operasional

id sd tak layak, sdn tak layak operasional

SDN Negeri Sindang OKU tak layak operasional

SDN di Kgan Komering Ulu tidak layak operasional karena bangunannya terbuat dari papan dan berlantai tanah (Foto Antarasumsel.com/13/E Permana)

Baturaja (ANTARA Sumsel) - Sekolah Dasar Negeri VII di Talang Padang, Desa Negeri Sindang, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan sangat memprihatinkan tidak layak operasional tempat belajar mengajar, karena  hanya berdinding papan, beratap seng dan berlantai tanah.

"Bangunan sekolah ini merupakan swadaya orang tua murid sendiri bukan dana dari pemerintah. Untuk tanah di tempat bangunan adalah wakaf dari mantan kepala dusun (kadus) setempat Sirin seluas 50 meter x 50 meter," kata Hermadi (32) salah satu guru di Sekolah Dasar (SD) tersebut di Desa Negeri Sindang, Kecamatan Sosoh Buayrayab, Sabtu (30/12).

Dikatakannya, sejak pertama kali berdiri sekitar tujuh tahun lalu, pemerintah setempat hanya memberikan bantuan ke sekolah itu berupa buku dan kapur yang jumlahnya jauh dari cukup.

Untuk gaji honorer tenaga pengajar berasal dari dana bantuan operasional sekolah (bos) sebesar Rp250 ribu, yang dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Saya ihklas mengajar, tujuan kami murni untuk membuat anak murid kami menjadi cerdas dan tidak buta huruf. Bahkan kami berharap anak didik kami menjadi orang yang berguna ke depan tidak mentok menjadi petani saja," katanya.

Ia menguangkapkan, sekolah yang terbuat dari bahan kayu itu, hanya ada dua guru pengajar, yakni dirinya dan Pariyono (52) mengkaper seluruh mata pelajaran untuk 50 siswa-siswi di desa tersebut.

Dijelaskannya, 50 siswa ini terdiri atas tiga orang di kelas VI, dua orang di kelas V, sisanya pelajar duduk di bangku kelas I sampai Kelas IV dan  proses belajar mengajar dimulai sejak pukul 08:00-16:00 WIB dilakukan bergantian secara rutin.

"Jadi bergilir setelah kelas I-III pulang diganti giliran kelas IV sampai kelas VI di jam belajar. Untuk tenaga pengajar sendiri satu guru mengajar dua kelas bergantian," ungkapnya.

Sementara, Sirin mantan Kadus Talang Pandan menceritakan bahwa awalnya sekolah tersebut terletak di bawah rumahnya, karena tidak layak ditempati akhirnya mengumpulkan para orang tua murid mencari solusi untuk pembangunan sekolah yang baru.

"Saat itu saya tidak punya uang hanya memiliki sebidang tanah. Setelah mensosialisasikan dengan para wali murid akhirnya terkumpul uang hanya sebesar Rp5 juta untuk pembangunan lokal seadanya," ujarnya.

Dijelaskannya, meskipun sudah beberapa kali mengajukan usulan untuk membangun sekolah ke Kepala Desa setempat agar disampaikan ke pemerintah, namun hingga saat ini tidak ada realisasi.

"Kalau saya tidak salah ingat bantuan kepala desa setempat baru Rp200 ribu. Selebihnya tidak ada. Dari pemerintah Kabupaten OKU dan Provinsi juga tidak ada," katanya.

Ia mengharapkan, pemerintah lebih perhatian terhadap masyarakat desa khususnya di dunia pendidikan memperbaiki kondisi sekolah dan memperhatikan nasib tenaga pengajar di desa itu. (E Permana)