Hari Kesaktian Pancasila jangan dilupakan

id hari kesaktian pancasila, hari kesaktian pancasila dilupakan, presiden sby, g 30 s pki

Hari Kesaktian Pancasila jangan dilupakan

Jenderal TNI A Yani, satu dari tujuh jenderal yang menjadi korban G 30 S PKI Tahun 1965 (FOTO ANTARA)

....Di Kota Palembang sekarang ini banyak yang tidak hafal Pancasila secara utuh padahal sebagai warga negara Indonesia wajib memahami dasar negara itu....
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, memimpin upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Selasa (1/10) pagi.

Peringatan hari bersejarah tersebut tahun ini bertema "Mewujudkan Nilai-Nilai Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa".

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila diselenggarakan setiap tahun sebagai bagian dari bentuk pengakuan atas keberhasilan Bangsa Indonesia mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa di era 1960-an.

Sementara di bagian negara Indonesia lainnya, yakni Kota Palembang, Sumatera Selatan, hari bersejarah tersebut terkesan kurang mendapat perhatian.

Banyak masyarakat terutama kalangan anak muda setempat ketika ditanya apakah mengetahui tanggal 1 Oktober 2013 ini merupakan hari bersejarah yakni peringatan hari Kesaktian Pancasila, sebagian besar menjawab tidak tahu dan lupa.  

Pemuda di Kota Palembang, akhir-akhir ini semakin banyak yang melupakan Hari Kesaktian Pancasila.

Kondisi tersebut mendapat perhatian dari tokoh generasi muda dari Pemuda Panca Marga (PPM) Sumatera Selatan.

"Tanggal 1 Oktober hari ini banyak pemuda yang tidak tahu merupakan Hari Kesaktian Pancasila sehingga gaunggnya tidak terlalu terasa," kata Sekretaris PPM Sumsel Devi Iskandar.

Menurut dia, kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan tidak boleh dibiarkan begitu saja.

Bagaimana pemuda bisa mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat, jika mereka tidak mengetahui peristiwa bukti sejarah mengenai kesaktian Pancasila itu, katanya.

Dijelaskannya, peristiwa 30 September 1965 yang dikenal dengan Gerakan 30 September (G30S) PKI merupakan usaha Partai Komunis Indonesia (PKI) mengubah Pancasila menjadi ideologi komunis.

"Tujuan memperingati Hari Kesaktian Pancasila ini untuk mengenang Gerakan 30 September oleh PKI pada 1965 yang akan mengambil alih kekuasaan dan akan menggantikan Pancasila dengan ideologi komunis," ujarnya.

Berbagai peristiwa yang timbul akibat G30S tersebut termasuk pembunuhan terhadap enam jendral terbaik saat itu berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia.

Enam jenderal dan satu letnan di Jakarta tewas karena penculikan dan pembunuhan akibat gerakan tersebut dimasukkan dalam Lubang Buaya, tak jauh dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.    

Ketujuh korban G30S itu ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi yakni Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R. Suprapto, Mayjen TNI MT Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI DI Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu DI Panjaitan.

Gerakan yang diawali dengan penculikan para jenderal Angkatan Darat pada 30 September 1965 itu dapat digagalkan dan ditumpas.    

Berdasarkan peristiwa tersebut, Pemerintah Orde Baru menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila yang hingga kini masih terus diperingati.

Melihat pentingnya mengenang peristiwa tersebut, perlu segera dicarikan solusi yang tepat agar kesaktian Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalam dasar negara itu kembali menjadi perhatian besar masyarakat di Tanah Air serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik, kata tokoh pemuda itu.

                                               Prihatin Tak Hafal Pancasila
Sejak tumbangnya Pemerintahan Orde Baru, secara praktis peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang ditandai dengan pemutaran film G30S PKI tidak ada lagi sehingga tidak menjadi perhatian masyarakat.

Seiring dengan tidak adanya lagi pemutaran film tersebut, gaung peringatan Hari Kesaktian Pancasila nyaris tidak terdengar dan terkesan masyarakat melupakan peristiwa bersejarah itu.    

Lemahnya gaung peringatan hari bersejarah itu, berdampak anak-anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa tidak terlalu memahami apa sebenarnya Pancasila itu.

Bahkan anak muda di Kota Palembang sekarang ini banyak yang tidak hafal Pancasila secara utuh padahal sebagai warga negara Indonesia wajib memahami dasar negara itu.

Kondisi tersebut mendapat perhatian sejumlah dosen dan praktisi hukum di Palembang.

Salah seorang dosen perguruan tinggi swasta di kawasan Plaju Palembang Normaliathy Fitri MM mengatakan, sangat disayangkan program yang bertujuan menggaungkan suasana peringatan Hari Kesaktian Pancasila dan penanaman nilai-nilai dasar negara itu dihilangkan.

Sesuatu yang diprogramkan oleh Pemerintahan Orde Baru tidak semuanya buruk, dan sebagian masih relevan diterapkan di era reformasi.

"Alangkah baiknya program yang masih relevan dicoba dijalankan kembali dengan modifikasi penyesuaian dengan kondisi sekarang," ujarnya.

Menurut Norma, sejak penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) tidak lagi diwajibkan kepada pelajar dan mahasiswa, perkembangan sekarang sepertinya remaja sudah melupakan Pancasila sebagai dasar negara.

Bukti nilai-nilai Pancasila mulai dilupakan atau kurang dipahami remaja bisa dilihat dari gambaran mahasiswa di kampusnya, hanya sebagian kecil yang hafal butir-butir Pancasila secara utuh.

Bahkan beberapa pejabat publik diungkap dalam suatu wawancara media massa juga tidak hafal dengan lima sila yang terkandung dalam Pancasila.

Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena alangkah bahayanya remaja dan pejabat publik di negeri ini dalam sikap dan tingkahlakunya tidak berdasarkan ajaran dasar moral yang terkandung dalam Pancasila.

Sangat disayangkan semakin lunturnya pemahaman remaja di daerah ini terhadap arti pentingnya Pancasila sebagai sebuah ideologi dan falsafah negara.

Untuk meningkatkan pemahaman remaja terhadap ideologi bangsa  itu perlu segera dibuat program pembelajaran yang tepat dan merupakan tanggung jawab bersama merumuskan formula yang sesuai dengan kondisi zaman sekarang bukan ditumpuhkan pada satu pihak tertentu saja, kata dia.

Sementara salah seorang praktisi hukum senior Hifzon Firdaus SH  mengatakan, prihatin melihat kondisi remaja di Bumi Sriwijaya ini banyak yang tidak hafal Pancasila secara utuh.

Kelima sila dalam Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sila Pancasila itu sekarang ini banyak masyarakat secara umum yang menyebutkannya tidak lengkap, susunan atau urutannya terbalik, bahkan  ada yang tidak hafal sama sekali.

Remaja sebagai generasi penerus bangsa bagaimana mungkin bisa diandalkan menjadi pemimpin di masa depan tanpa memiliki bekal pemahaman ideologi dan falsafah negara yang kuat, kata Hibzon pula.

Melalui peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada setiap tanggal 1 Oktober dan upaya menerapkan program-program pendidikan Pancasila kepada generasi penerus bangsa ini, diharapkan ke depan masyarakat Indonesia akan lebih bermoral.  (T.Y009/Kaswir)