Kelelawar dikaitkan dengan virus MERS

id kelelawar, virus mers

Kelelawar dikaitkan dengan virus MERS

Kelelawar (FOTO ANTARA)

Washington (ANTARA/AFP) – Seekor kelelawar dikaitkan dengan koronavirus MERS yang mewabah di Timur Tengah, menurut sebuah penelitian terbaru.

Para peneliti mengatakan bahwa mereka mendeteksi kesesuaian gen 100 persen dalam seekor kelelawar pemakan serangga di dekat rumah korban pertama yang diketahui terkena penyakit tersebut di Arab Saudi.

Middle East Respiratory Syndrome (MERS) telah menewaskan 47 orang di seluruh dunia, 39 di antaranya di Arab Saudi.

“Ada beberapa laporan yang menemukan virus seperti MERS pada hewan. Namun tidak ada satu pun kesamaan genetik,” kata Ian Lipkin, salah satu penulis studi dan kepala Columbia University Center for Infection and Immunity.

“Dalam hal ini kami menemukan virus pada hewan yang identik dalam urutan gen dengan virus yang ditemukan dalam kasus pertama pada manusia,” katanya dalam sebuah pernyataan. “Yang paling penting, itu berasal dekat dengan kasus pertama.”



Temuan dari penelitian tersebut, yang juga melibatkan peneliti dari Ecohealth Alliance dan kementerian kesehatan Arab Saudi, diterbitkan Rabu secara online dalam jurnal “Emerging Infectious Diseases” dari Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

MERS dianggap sepupu dari virus SARS yang mewabah di Asia pada 2003.

Seperti SARS, virus itu diperkirakan melompat dari hewan ke manusia, dan menunjukkan gejala seperti flu yang sama seperti SARS – namun berbeda dalam menyebabkan kegagalan ginjal.

Antara Oktober 2012 dan April 2013, peneliti mengumpulkan lebih dari seribu sampel dari tujuh spesies kelelawar di wilayah Arab Saudi tempat kasus MERS diidentifikasi.

Setelah serangkaian analisis, sampel tinja yang diambil dari kelelawar Tom Mesir beberapa kilometer dari sekitar rumah korban pertama yang mengidap MERS “mengandung urutan virus yang sama dengan yang ditemukan” dari orang tersebut.

Tapi “tidak ada bukti adanya kontak langsung dengan kelelawar di sebagian besar kasus pengidap MERS,” kata Ziad Memish, wakil menteri kesehatan Arab Saudi dan peneliti studi tersebut.

“Mengingat bahwa penularan antarmanusia tidak efisien, kami berspekulasi bahwa indung tingkat menengah (yang belum diketahui) memainkan peran penting dalam penyakit manusia tersebut.”(dh/ik)