Sejarawan tinjau kota pusaka Muntok

id sejarawan, lipi, kota muntok, babel

Muntok (ANTARA Sumsel) - Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Doktor Erwiza Erman bersama Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia Sumatera bagian Selatan Doktor Farida, meninjau Kota Pusaka Muntok yang diharapkan sebagai awal pengungkitan sejarah kota tua tersebut.

"Peninjauan ini merupakan tahap awal. Kami harapkan ditindaklanjuti dengan penelitian mengenai berbagai peninggalan yang mampu mengungkit sejarah panjang Kota Pusaka Muntok," ujar Ketua Muntok Heritage Community Chairul Amri Rani di Muntok, Jumat.

Ia menjelaskan, selain meninjau beberapa peninggalan bersejarah, para sejarawan itu juga hadir dalam rangka pembentukan Komisariat Masyarakat Sejarah Indonesia Bangka Barat dan audiensi dengan Bupati setempat Zuhri M Syazali.

Menurut dia, momen kedatangan para sejarawan ini merupakan salah satu hal penting untuk mengangkat dan mengungkit sejarah Kota Muntok yang selama ini tidak pernah terekspos.

"Kalau sejarah ini Katumenggungan Muntok, sejarah pertambangan bijih timah dan pengasingan Bung Karno dan para pejuang kemerdekaan sudah tercatat dan tersusun dengan rinci, kami yakin akan mampu menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Kota Muntok," ujarnya.

Menurut dia, dipilihnya Kota Muntok sebagai salah satu Kota Pusaka di Indonesia dan mendeklarasikan diri untuk mengembangkan wisata sejarah, bukan tanpa dasar karena memang kota di ujung barat Pulau Bangka tersebut pernah menjadi kota besar pada zaman dahulu.

Sementara itu, Erwiza Erman mengatakan Kota Muntok pernah mengalami masa kejayaan sekitar abad 19 dan menjadi pusat perdagangan serta dikunjungi kapal-kapal besar dari berbagai penjuru dunia.

"Pada masa itu banyak yang datang mencari timah ke Muntok. Bukan hanya itu bahkan banyak kapal dari luar negeri singgah untuk berdagang," katanya.

Dari situ, kata dia, terjadi adanya kawin campur dari berbagai suku bangsa di Pulau Bangka sehingga banyak ditemui beberapa etnis di daerah itu seperti dari Siantan, Arab, China, Jawa, Benggali.

"Pulau Bangka sudah multietnis dari zaman dahulu dan ini merupakan kekayaan tersendiri baik dari segi budaya, adat, tradisi, peninggalan sejarah, bahkan sampai jenis masakannya," kata dia.

Kekayaan akan nilai sejarah dan budaya yang ada, kata dia, merupakan salah satu modal berharga untuk mengembangkan sektor pariwisata terutama wisata sejarah dan kuliner yang sudah dimiliki dan mengakar sejak zaman dahulu.

"Kami yakin jika pemerintah dan masyarakat setempat mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Daerah ini akan semakin maju dan tidak kalah dengan kota-kota sejarah lain di Indonesia," kata dia.