Seniman Malaysia ingin filmkan kisah heroik Aceh

id film, seniman malaysia

Seniman Malaysia ingin filmkan kisah heroik Aceh

Ilustrasi (Antarasumsel.com/Grafis/Aw)

Banda Aceh (ANTARA Sumsel) - Penulis atau seniman asal Malaysia Mansor bin Puteh berkeinginan menceritakan kisah heroik rakyat Aceh tempo dulu untuk difilmkan.

"Dunia Melayu dan Islam banyak kisah heroik yang bisa dibuat film dan ini bisa dimulai dari Aceh," kata Mansor bin Puteh pada diskusi usai pemutaran film garapan sutradara legendaris Malaysia P Ramlee di Banda Aceh, Senin (21/1) malam.

Pada diskusi yang diprakarsai Forum Alumni Muharram Journalism Collage (FAMJC) itu, Mansor berpendapat, kebudayaan Melayu, khususnya Malaysia tak lepas dari peranan Aceh.

"Kita tidak hanya mengkaji dari film, Melayu di Malaka itu mungkin tidak menjadi Islam tanpa adanya Aceh. Kenapa kita orang Melayu tidak memfilmkan kisah heroik itu?" tanya Mansor yang juga insan film tersebut.

Apalagi, katanya, film-film karya P Ramlee asal Aceh yang bernama lengkap Teuku Zakaria bin Teuku Nyak Puteh itu juga sangat maju di Malaysia.

Kancah perfilman Melayu memang dikuasai oleh pasarnya Hollywood dan Bollywood, padahal menurut Mansor, film Bollywood merupakan adaptasi negeri Arab pra-Islam masa Nabi Muhammad SAW, yaitu zaman jahiliyah, di mana, perempuan-perempuan menari dengan pakaian minim di depan Ka'bah, tempat suci umat Islam.

"Sekarang kita semua tonton film itu," kata Mansor bin Puteh.

Ia juga menyayangkan pengaruh film Hollywood di melayu nusantara yang begitu kental, sehingga bisa mempengaruhi otak anak muda di Malaysia dan Indonesia.

"Padahal, kalau kita kaji, film mereka tidak lebih dari propaganda," ujarnya.

Ia memberi contoh Amerika yang banyak mengisahkan kisah heroik seorang korban penculikan. Hal tersebut, ketika difilmkan berhasil menarik simpati para penonton.

"Padahal dalam dunia Melayu dan Islam banyak kisah heroik yang sangat patut kita bikin, misalnya Palestina, kalau kisah itu kita filmkan, luar biasa. Membesarkan sebuah negara ya dengan film, tidak bisa dengan batu," ujar Mansor memberi kiasan.

Ia menilai bangsa Melayu mempunyai kelemahan, dimana membanggakan kejayaan orang lain, dan sering melihat kejayaan diri sendiri sebagai suatu hal yang biasa.

Padahal, sebut Mansor, tugas bersama memajukan bangsa, dalam hal ini perfilman Melayu.

Karenanya, ia bersama beberapa pengkaji sinema Melayu mencanangkan sebuah perkumpulan berbentuk sinema melayu nusantara sebagai pusat untuk mengembangkan film-film melayu.

"Kita harus bersama-sama saling mendukung. Ini bukan hanya film Malaysia atau Indonesia, tapi ini filmnya kita orang melayu. Dengan begitu kita sudah mencoba. Untuk pemerintah selaku orang yang punya kepentingan harus mendukung," tegasnya.(ANT)