Ikan tapa 6,2 Kg masih ada di Sungai Musi

id ikan tapa, lomba memancing, musi International Fishing Tournament

Ikan tapa 6,2 Kg masih ada di Sungai Musi

Panitia lomba memancing Internasional di Sungai Musi Palembang memeriksa ikan hasil pancingan peserta. (Foto Antarasumsel.com/Nila Fuadi)

....Sayang sekali sungai yang membelah Palembang ini kotor padahal mestinya masyarakat sadar tidak membuang sampah....
"Wah, masih ada ya, ikan tapa seberat 6,2 kilogram di Sungai Musi," ujar Muhammad warga Kota Palembang.

"Iya kak, itu ikan tapa bukti yang menang pada lomba memancing atau Musi International Fishing Tournament 2012, 1-2 Desember lalu," ujarku.

Awalnya, tidak percaya kalau di Sungai Musi masih ada ikan tapa besar tapi ketika melihat fotonya baru percaya.

Ternyata di Sungai Musi masih ada ikan besar dan langka. Khusus ikan tapa, ukuran kecil saja jarang ditemukan dijual di pasar-pasar tradisional di Bumi Sriwijaya.

Berbeda dengan ikan jenis lain, seperti ikan lais yang masih banyak dijual meski tidak bisa dibudidayakan.

Ikan tapa kini sulit didapat di pasaran kota pempek ini. Karena itu, wajar saja kalau warga kota yang dibelah Sungai Musi, kaget dan terkesan dan tidak menyangka ikan tapa seberat 6,2 kilogram berhasil dipancing peserta "Musi International Fishing Tournament 2012"

Ketua Tim Banksumselbabel, Herman mengatakan mereka juga tidak menyangka akan mendapat hasil pancingan ikan tapa seberat 6,2 kilogram.

"Kami sengaja memancing di kawasan Pulau 'Salah Nama' atau batas lokasi paling hilir sungai", katanya.

Tidak mudah mendapatkan ikan ditengah arus sungai yang luar biasa deras dan hujan turun.

Bukan arus sungai saja yang menjadi kendala bagi mereka yang selama ini lebih sering memancing di laut lepas itu.

Berbagai sampah mulai dari plastik sampai dengan kayu-kayu besar juga kendala yang menyulitkan mereka.
Karena itu, pihaknya menyarankan agar ajang tersebut hendaknya dilakukan lagi tahun depan saat musim kemarau.

Peserta juga harus membekali diri dengan alat pancing yang berat minimalnya 20 kilogram agar mudah mendapatkan ikan besar.

Dia bercerita, ikan tapa yang mereka dapat tersebut berhasil dinaikan ke kapal setelah memakan waktu hampir satu jam menarik joran karena tenaga ikan luar biasa.

Tepat pukul 03.00 WIB ikan tapa berhasil mereka taklukan dan menjadi ikan terbesar hasil pancingan dari tiga ekor yang diperoleh.

Sementara Jeki (25) peserta dari tim lain mengatakan ikan di Sungai Musi cenderung sudah menurun jumlahnya.

Banyak faktor yang membuat ikan-ikan mulai berkurang, seperti pencemaran dan minimnya tempat mereka berkembang biak dalam sungai.

Ia mencontohkan, maraknya pencarian harta karun yang dilakukan warga kota ini, seperti di sekitar perairan tepat di depan Plaza Benteng Kuto Besak tak jauh dari Jembatan Ampera.

Penggalian harta karun juga mempengaruhi perkembangan ikan di sungai. Padahal kalau dibiarkan barang-barang yang tenggelam, seperti kapal akan menjadi tempat yang cocok untuk berkembangnya beragam ikan.

Sergiocassius peserta dari Brasil mengatakan lintasan pancing di Sungai Musi sungguh menantang. Apalagi memancing dikala arus sungai sedang deras membuat mereka harus bekerja keras.

Meski tidak mendapatkan ikan besar tetapi sangat senang bisa ikut bersama-sama ratusan orang lain memancing.

Memancing di Sungai Musi menjadi pengalaman menyenangkan yang akan dibawa dan menjadi cerita di negara Amerika Latin itu.

Kotornya Sungai Musi menjadi salah satu yang mesti dievaluasi karena bukan hanya peserta lokal yang terhalang sampah.

Adalah Muzaidy Mustaffa pemancing profesional asal Malaysia menyarankan masyarakat aktif berperan menjaga kebersihan sungai.

"Sayang sekali sungai yang membelah Palembang ini kotor padahal mestinya masyarakat sadar tidak membuang sampah," katanya.

Dia mengumpamakan Sungai Gelam Klang dan Gombak di Malaysia juga tercemar tetapi masih banyak ikan di sana.

Masyarakat di tepian sungai itu dengan dukungan kerajaan kini mulai aktif menjaga kebersihan sungai.
Secara rutin mereka menjaga kebersihan sungai dengan tidak membuang sampah dan mengangkat sampah yang ada di aliran air tersebut.

Sungai Musi lebih panjang dan luas sehingga sangat cocok untuk menjadi arena memancing.

               Peserta dari lima benua
 Lomba memancing internasional di Sungai Musi tahun 2012 ini merupakan terbesar meskipun kegiatan serupa sudah enam kali dilaksanakan.

Sebanyak 100 tim peserta lomba memancing, tujuh tim diantaranya berasal dari luar negeri.

Ketua Penyelenggara Musi International Fishing Tournament 2012, Sudirman Tegoeh mengatakan peserta bukan hanya dari Sumsel dan sejumlah daerah di Indonesia.

Lomba kali ini peserta lengkap mewakili lima benua yaitu Australia, Afrika, Amerika dan Eropa dan tentunya Asia.

Dia menjelaskan, setiap tim beranggotakan empat orang. Peserta diwajibkan menggunakan kapal kayu tradisional yang dilengkapi pelampung saat memancing.

Lintasan lomba memancing tersebut sepanjang 15 kilometer dari Pulau "Salah Nama" di bagian hilir sampai ke Pulokerto hulu Sungai Musi.

Pemancing mesti mendapatkan ikan sungai paling berat agar menjadi pemenang. Ikan-ikan khas Sungai Musi di antaranya, tapa, baung, juaro dan patin serta belida.

Lomba memancing menjadi salah satu upaya pemkot setempat menarik wisatawan berkunjung ke daerah.

Namun, target utama kegiatan itu ialah bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melestarikan sungai dan biota yang berkembang biak dalam perairan.

 Menjaga kebersihan sungai merupakan cara melestarikan ikan khas Musi.

Sudirman menambahkan, peserta lomba memancing tahun 2012 tidak dipungut biaya dan berlangsung mulai pukul 17.00 WIB, Sabtu (1/12) sampai pukul 09.00 WIB, Minggu (2/12).

Panitia menyediakan hadiah berupa uang tunai Rp15 juta dan satu unit sepeda motor untuk pemenang pertama.

Pemenang kedua dan ketiga masing-masing mendapatkan uang sebesar Rp10 juta dan Rp5 juta per tim serta piala.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengatakan, lomba memancing
dipromosikan menjadi agenda wisata tahunan khas Indonesia.

"Sungai Musi menjadi salah satu lokasi memancing yang sangat representatif untuk ditawarkan kepada turis," katanya ketika membuka "Musi International Fishing Tournament 2012" pekan lalu.

Kementerian akan terus mendorong terciptanya wisata unggulan di Indonesia termasuk di Palembang dengan Sungai Musi yang unik dan memiliki keragaman ikan dan biota lainnya.

Ia mengatakan, perkembangan wisata akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi  masyarakat di daerah itu.

Warga bisa merasakan dampak langsung dari perkembangan objek wisata, seperti peningkatan permintaan makanan khas dan kerajinan serta industri perhotelan yang berkembang pesat.

Sementara Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra menjelaskan, lomba memancing internasional ditetapkan sebagai kegiatan wisata setiap tahun.

"Kali ini bukan hanya peserta Asia tetapi kegiatan itu diikuti juga perwakilan dari empat benua lainnya," ujarnya.

Eddy menambahkan, lomba mancing ini juga menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak melakukan "illegal fishing".

Memancing dengan cara alami menjadi salah satu upaya melestarikan biota sungai. Pemkot setempat juga menyebarkan 50.000 anakan ikan patin dan puluhan ikan belida.

Penebaran ikan tersebut menjadi simbol menjaga kelestarian ikan khas Sungai Musi, salah satunya belida. (Nila)