Nelayan Babel sulit buat perahu kayu

id nelayan, babel

Pangkalpinang, (ANTARA News) - Nelayan tradisional Provinsi Bangka Belitung (Babel), mengalami kesulitan membuat perahu baru karena bahan baku kayu untuk perahu terbatas, sehingga perlu dicarikan alternatif bahan baku lain seperti serat kaca (fiberglass) sebagai bahan baku perahu.

"Babel merupakan wilayah kepulauan yang memiliki potensi perikanan laut besar, namun pengelolaannya belum optimal karena ketidakmampuan nelayan menyediakan perahu," ujar Kabid Industri Kecil Menengah Disperindag Babel, Darnis Rachmiyati, di Pangkalpinang, Sabtu.
        
Ia menjelaskan, semenjak larangan penebangan hutan, nelayan semakin sulit untuk membuat perahu baru, atau memperbaiki perahu yang rusak, sehingga menyulitkan pengrajin perahu untuk mendapatkan bahan baku kayu.
        
"Kami ingin meningkatkan kemampuan nelayan atau pengrajin kapal kayu dalam pembuatan perahu dengan melatih nelayan cara membuat, merawat dan memperbaiki perahu berbahan baku fiberglass," ujarnya.
   
Pelatihan
   
Sehubungan dengan itu, kata dia, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bangka Belitung (Babel), pada Juni 2012 akan melatih nelayan untuk membuat perahu berbahan baku 'fiberglass' atau kaca serat.

"Pelatihan pembuatan perahu ini merupakan aspirasi dari nelayan untuk mendapatkan keterampilan untuk mengembangkan usaha pembuatan perahu berbahan baku 'fiberglass'," ujarnya.
        
Ia mengatakan, sebanyak 21 orang nelayan tradisional akan mendapatkan pelatihan pembuatan perahu 'fiberglass' dari Kementerian Perindustrian dan para perajin pembuatan perahu 'fiberglass' dari luar daerah.    
   
"Saat ini, para nelayan kesulitan untuk membuat perahu baru, karena semakin berkurangnya bahan baku kayu untuk membuat perahu tangkap ikan tersebut," ujarnya.
        
Menurut dia, perahu tangkap ikan berbahan fiberglass ini jelas memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan perahu berbahan baku kayu, misalnya biaya perawatan yang lebih kecil.
        
Selain itu, masa pakai perahu fiberglass ini bisa mencapai 20 tahun dimana perahu kayu hanya mencapai 5 tahun dengan biaya perawatan dan potensi kerusakan yang lebih besar dan waktu pembuatan kapal pun relatif lebih singkat dan mudah.
        
"Kami ingin meningkatkan kemampuan nelayan atau pengrajin kapal kayu dalam pembuatan perahu fiberglass, dengan pelatihan ini, kami mengajarkan cara membuat, merawat dan memperbaiki perahu fiberglass," ujarnya.
        
Ia mengatakan, pelatihan yang bertema diseminasi teknologi pembuatan perahu fiberglass ini nantinya akan menghasilkan perahu fiberglass yang dibuat sendiri oleh kelompok nelayan yang tersebar di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Selatan, Bangka Tengah, Belitung, Belitung Timur dan Kota Pangkalpinang.
        
"Perahu berbahan fiberglass ini merupakan alternatif dan solusi teknologi bagi nelayan untuk mengoptimalkan hasil tangkapan ikan nelayan tersebut," ujarnya.
        
Untuk itu, kata dia, kegiatan diseminasi teknologi yang tepat guna bagi masyarakat layak mendapat dukungan baik kalangan masyarakat nelayan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat nelayan.
        
"Untuk saat ini, sambutan dari masyarakat pesisir cukup baik, seiring animo masyarakat mengikuti pelatihan ini cukup tinggi, namun karena keterbatasan anggaran, tahun ini, kami hanya melatih 21 orang nelayan saja, kegiatan pelatihan akan dilakukan tahun depan," ujarnya.    (ANT/KR-WRA)