Padang (ANTARA) - Raungan knalpot sepeda motor memecah keheningan perkampungan Kayu Aro, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat pada Minggu (11/3) siang.

Puluhan sepeda motor semitrail yang tergabung dalam Komunitas Semi Trail Koto Taratak (Kostra) itu tengah berjuang menembus jalanan sempit bergelimang lumpur.

Banjir bandang yang terjadi pada Kamis (7/3) telah menyisakan genangan lumpur bak "danau" yang melumuri jalan-jalan, kebun, sawah, hingga rumah-rumah warga.

Namun medan sarat rintangan tersebut tidak menyurutkan semangat anggota Kostra untuk terus melaju. Siang itu "kuda besi" yang mereka tunggangi baru saja melesat menuju Nagari Langgai, Kecamatan Sutera.

Perjalanan itu membawa misi kemanusiaan,  membantu para korban bencana alam di sana.

Langgai merupakan salah satu nagari yang cukup parah kondisinya setelah diterjang banjir bandang dan tanah longsor yang menimpa kawasan Kabupaten Pesisir Selatan pada Kamis (7/3).

Akibatnya, rumah-rumah berikut barang di dalamnya luluh lantak tanpa bisa diselamatkan. Bencana alam juga telah memutus akses utama menuju ke Nagari Langgai.

Yang tersisa setelah bencana hanyalah akses alternatif yang membelah ladang-ladang, persawahan, hingga pekarangan rumah warga. Basah, licin, dan penuh lumpur.

Jalur tersebut tidak bisa dilalui kendaraan biasa apalagi kendaraan roda empat, maka di sanalah para anggota Kostra menjalankan misinya.

Komunitas turun ke lokasi bencana dengan sukarela atas nama kepedulian dan kemanusiaan. Mereka mengirimkan bantuan ke Langgai bermodalkan sepeda motor semitrail yang dimiliki.

Masing-masing sepeda motor yang jumlahnya 40 unit lebih itu membawa berbagai bantuan untuk korban bencana, seperti beras, pakaian, air mineral, serta bahan makanan lainnya.

Bantuan diikat di bagian jok belakang sepeda motor dan ada juga sebagian yang diikat pada bagian badan motor supaya tidak jatuh dalam perjalanan.

"Jarak tempuh ke sana cukup jauh dan medan juga berat karena jalanan basah dan berlumpur. Jika tidak hati-hati bisa membahayakan keselamatan," kata Ketua Komunitas Kostra Nurdi.

Jarak tempuh yang dilalui oleh para anggota komunitas Kostra siang itu mencapai 3,5 jam perjalanan untuk sampai ke Langgai. Nyaris di sepanjang jalan mereka bergelut dengan lumpur.

Meski raungan kian keras karena mesin bekerja dalam putaran tinggi, atau ban dicengkeram lekat oleh lumpur, roda sepeda motor terus bergerak maju mengarungi medan yang berat.

Sepanjang jalan, laju sepeda motor juga terus diadang oleh lumpur di mana-mana, bercampur lubang, belokan, tanjakan, serta turunan tajam.

Perjalanan harus ekstrahati-hati agar medan berat yang dilalui tidak mencelakai pengendara  karena, bagaimanapun mereka tidak memiliki peranti lengkap layaknya pesepeda motor trail profesional.

 

Jangankan untuk pengaman tubuh (body protector), brace neck, atau sepatu boots, tubuh para pengendara pun hanya ditutupi oleh baju dan pakaian biasa.

Oleh karena itu kehati-hatian benar-benar harus dijaga dan pada saat bersamaan, bantuan-bantuan yang mereka bawa juga harus dipastikan keselamatannya.

Jangan sampai secercah harapan bagi warga Langgai untuk menyambung hidup serta bertahan di tengah kondisi bencana gagal di tengah jalan.

Berbekal semangat yang tinggi dan dorongan rasa kemanusiaan, medan yang berat akhirnya berhasil ditaklukkan oleh puluhan  pesepeda motor semitrail selama 3,5 jam.

Dari kejauhan pintu masuk Nagari Langgai sudah terlihat, namun perjuangan Nurdi dan kawan-kawan tidak berhenti begitu saja. Akses jembatan di sana putus akibat longsor dan tidak bisa dilalui sama sekali.

Mau tidak mau sepeda motor harus ditinggal di ujung jalan, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki. Sebab bantuan harus diantarkan ke tangan Wali Nagari Langgai.

Puluhan anggota komunitas menapaki jalanan tanah sambil memikul bantuan sejauh 1,5 kilometer. Mereka juga harus melintasi sungai yang menguras banyak tenaga.

Setelah berjalan kaki sejauh itu, akhirnya rombongan sampai di Nagari Langgai. Bantuan yang mereka bawa langsung diserahkan kepada wali nagari (setingkat lurah) setempat.

Bisa dikatakan itu adalah bantuan pertama yang sampai ke Nagari Langgai sejak kawasan setempat dilanda bencana pada Kamis (7/3), yang mengakibatkan nagari setempat terisolasi dari dunia luar.

Anggota komunitas Kosra, Ganesh, mengisahkan bagaimana perjalanan menuju  Langgai untuk mengantarkan bantuan.

Situasinya bagaikan lautan lumpur, warna kuning gelap dan cokelat terbentang di jalanan, dinding-dinding rumah warga, fasilitas umum, pekarangan, dan sudut-sudut nagari.

Rumah warga juga rusak dihantam oleh bencana banjir bandang dan longsor, yang disusul listrik mati, dan akses air bersih sulit didapatkan.

Kantor Pertolongan dan Pencarian (Basarnas) Padang mencatat bencana banjir bandang serta tanah longsor yang terjadi di Langgai telah merenggut tujuh korban jiwa, tiga lainnya hingga Rabu (13/3) masih dalam pencarian.

Komunitas Kostra yang mayoritas adalah warga Koto Taratak dan bertetangga dengan Langgai berharap bantuan yang mereka bawa itu bisa bermanfaat dan meringankan beban warga di sana.

Bantuan yang mereka bawa pada hari itu merupakan sumbangan swadaya dari masyarakat serta para perantau asal Koto Taratak yang masih satu kecamatan dengan Langgai.

Setelah bantuan sampai ke Wali Nagari, pemilik sepeda motor semitrail yang telah berangkat pada Minggu siang itu bertolak pulang. Walaupun lelah, mereka mengaku lega karena bisa meringankan beban sesama.
 

Penggantian kerugian petani

Banjir merendam sebagian besar wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada Kamis, 7 Maret, akibat tingginya curah hujan yang mulai terjadi sejak pukul 14.30 WIB hingga pukul 23.30 WIB.

Peristiwa itu turut merendam ribuan rumah warga di delapan seperti di Kecamatan Koto IV Taruan, Bayang, IV Nagari Bayang Utara, IV Jurai, Batang Kapas, Sutera, Lengayang dan Kecamatan Ranah Pesisir.

Selain merendam ribuan rumah, banjir turut meluluhlantakkan lahan pertanian, ternak, dan perkebunan warga. Sejumlah fasilitas umum dan fasilitas sosial pun tak luput dari rendaman banjir, namun tidak sampai mengganggu pelayanan publik.

Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, banjir turut merusak infrastruktur seperti jalan dan juga jembatan. Kondisi ini menyebabkan sejumlah permukiman warga terisolasi.

Tidak hanya itu, sejumlah ruas jalan nasional Padang--Bengkulu pun sempat putus, mengakibatkan akses lumpuh total untuk kedua arah.

Bupati Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rusma Yul Anwar mengupayakan kerugian akibat lahan pertanian terdampak banjir agar masuk pembiayaan tanggap darurat BPBD sehingga petani dapat penggantian.

Menurut Bupati, petani -- khususnya tanaman pangan -- layak mendapat penggantian akibat bencana alam karena usaha pertanian yang mereka lakukan berkaitan dengan kebutuhan orang banyak.

"Bayangkan kalau mereka beralih profesi, bagaimana dengan pangan? Jadi, sangat wajar mereka dapat penggantian," kata Rusma.

Tingginya curah hujan pada Kamis 7 Maret memicu banjir di sebagian besar wilayah Pesisir Selatan. Dari 15 kecamatan yang ada, hanya Kecamatan IV Nagari Bayang Utara dan Lunang yang tidak terdampak.

Selain itu pemerintah daerah setempat juga memastikan tenaga kesehatan (nakes) siap siaga memantau kondisi kesehatan warga di tenda pengungsian, khususnya ibu hamil dan balita.

Hal itu dilakukan demi memastikan warga menerima layanan kesehatan yang memadai, tanpa harus pergi ke fasilitas kesehatan di luar nagari di tengah kondisi bencana.

Pemerintah kabupaten setempat telah menetapkan masa tanggap darurat bencana banjir bandang selama 14 hari terhitung sejak 8 Maret 2024. Sejumlah Menteri juga telah datang langsung ke Pesisir Selatan untuk memantau kondisi serta mengupayakan pemulihan. 





 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kisah Komunitas Kostra antarkan bantuan ke korban banjir Langgai


Pewarta : Rahmatul Laila-Fathul Abdi
Editor : Syarif Abdullah
Copyright © ANTARA 2024