Palembang (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menekankan bahwa keluarga yang berkualitas merupakan modal utama bagi Indonesia untuk bisa bersaing dalam berbagai bidang di kancah internasional.

“Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif, serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, telah kami lakukan percepatan penurunan stunting,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo pada Apresiasi dan Penghargaan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa.

Hasto menuturkan Indonesia mempunyai kesempatan bersaing lebih besar karena proporsi penduduk negara pada hari ini didominasi oleh usia produktif 16 hingga 64 tahun.


Situasi itu amat membantu meringankan beban tanggungan negara bagi penduduk usia non-produktif yang berusia 65 tahun ke atas, kata dia, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat meningkat karena kemampuan tenaga kerja dapat dimaksimalkan dan potensinya untuk jadi lebih produktif semakin tinggi.


Indonesia bahkan dengan kerja kerasnya berhasil mewujudkan Angka Kelahiran Total (TFR) menjadi 2,16 persen pada 2022.

Sayangnya, kata dia, seiring dengan pertumbuhan penduduk itu timbul pula potensi meningkatnya masalah kesehatan, seperti lahirnya bayi stunting yang merupakan salah satu permasalahan gizi utama Indonesia yang belum teratasi.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, prevalensi stunting turun dari 24,4 persen tahun 2021 menjadi 21,6 persen pada 2022.

“Angka ini tentunya masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 14 persen pada tahun 2024 dan untuk mencapai target tersebut diperlukan komitmen multi pihak karena percepatan penurunan angka stunting ini harus dilaksanakan secara holistik, integratif, dan berkualitas, melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi, dengan berbagai pihak mulai dari pusat sampai daerah,” ucap Hasto.

Guna menjaga pertumbuhan itu tetap sehat dan seimbang, menurut dia, status gizi anak bangsa perlu ditingkatkan lewat pemberian nutrisi yang cukup, terutama dalam tahap pertumbuhan, pendidikan gizi serta edukasi kepada orang tua dan pemenuhan akses air bersih.
 

Hal itu, lanjutnya, merupakan salah satu cara dalam menekan penyebab faktor risiko anak stunting dan tidak kalah penting adalah pendampingan bagi para calon pengantin agar memiliki kesehatan yang baik sebelum memiliki keturunan.

Pada kesempatan itu Hasto mengapresiasi semua pihak yang telah bekerja sama memutuskan stigma buruk ataupun mitos terhadap Program Bangga Kencana maupun Percepatan Penurunan Stunting.

Ia berharap peningkatan akses layanan kesehatan di Indonesia bisa terus ditingkatkan, sehingga semua layanan menjadi paripurna yang mampu menopang kesehatan masyarakat untuk hidup sehat, sejahtera dan produktif hingga usia tua.

“Hasil ini merupakan kerja bersama antara pemerintah pusat, daerah, dan mitra kerja, dan mari kita upayakan bersama-sama untuk mencapai angka prevalensi stunting 14 persen pada tahun 2024. Atas hasil tersebut membuktikan bahwa bapak dan ibu sekalian merupakan tulang punggung dalam menciptakan perubahan sosial yang signifikan,” ujar Hasto.
 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Keluarga berkualitas modal utama RI bersaing di kancah internasional


Pewarta : Hreeloita Dharma Shanti
Editor : Syarif Abdullah
Copyright © ANTARA 2024