Jakarta (ANTARA) - Pasien yang didiagnosis kanker kelenjar getah bening jenis limfoma hodgkin banyak terjadi pada kelompok usia muda antara 15-30 tahun dan usia tua antara 55 tahun ke atas sebab penyakit itu berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh.
"(Faktor risiko limfoma hodgkin) berhubungan dengan umur. Karena limfoma ini berhubungan dengan imun," kata dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik dari RSCM Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM saat webinar di Jakarta, Kamis.
Sistem kekebalan tubuh atau imun rentan mengalami perubahan pada rentang usia tersebut.
Pada kelompok usia muda, sistem imun yang dimiliki belum matang sehingga akan mudah mengalami perubahan. Sementara pada kelompok usia tua, sistem imun mulai terganggu seiring dengan penuaan termasuk juga akibat nutrisi yang kurang.
Meski begitu, usia bukan satu-satunya faktor risiko seseorang mengalami limfoma hodgkin. Penderita penyakit autoimun, seperti lupus, serta penderita penyakit yang menyerang sistem imun seperti HIV/AIDS juga rentan mengalami perubahan kondisi yang bisa bertransformasi menjadi limfoma hodgkin.
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan metabolik atau sindrom resistensi insulin seperti kolesterol tinggi dan diabetes tinggi juga menjadi salah satu "gerbang" mempermudah terjadinya limfoma hodgkin.
"Dengan adanya sindrom resistensi insulin, gula tinggi terus, kolesterol tinggi terus, obesitas, itu akan mengganggu sel yang tadinya normal. Meskipun ada tidak normal sedikit, dia akan berubah sifat menjadi ganas," kata Andhika.
Infeksi virus Epstein-Barr, yang mudah masuk di makanan yang diawetkan seperti ikan asin, ikan asap, dan daging asap, juga dapat memicu timbulnya limfoma hodgkin. Selain itu, limfoma hodgkin juga berisiko pada orang-orang yang menyalahgunakan zat-zat tertentu seperti narkoba.
Adapun gejala limfoma hodgkin umumnya ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha. Gejala itu dapat disertai B symptoms yaitu demam lebih dari 38 derajat celcius, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot badan lebih dari 10 persen bobot badan selama 6 bulan, dan gejala lain seperti gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami intoleransi terhadap alkohol.
"Gejala-gejala ini harus berada dalam satu (rangkaian). Tidak bisa satu-satu saja, artinya nggak hanya demam 38 derajat saja atau berkeringat saja," ujar Andhika.
"(Faktor risiko limfoma hodgkin) berhubungan dengan umur. Karena limfoma ini berhubungan dengan imun," kata dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik dari RSCM Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM saat webinar di Jakarta, Kamis.
Sistem kekebalan tubuh atau imun rentan mengalami perubahan pada rentang usia tersebut.
Pada kelompok usia muda, sistem imun yang dimiliki belum matang sehingga akan mudah mengalami perubahan. Sementara pada kelompok usia tua, sistem imun mulai terganggu seiring dengan penuaan termasuk juga akibat nutrisi yang kurang.
Meski begitu, usia bukan satu-satunya faktor risiko seseorang mengalami limfoma hodgkin. Penderita penyakit autoimun, seperti lupus, serta penderita penyakit yang menyerang sistem imun seperti HIV/AIDS juga rentan mengalami perubahan kondisi yang bisa bertransformasi menjadi limfoma hodgkin.
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan metabolik atau sindrom resistensi insulin seperti kolesterol tinggi dan diabetes tinggi juga menjadi salah satu "gerbang" mempermudah terjadinya limfoma hodgkin.
"Dengan adanya sindrom resistensi insulin, gula tinggi terus, kolesterol tinggi terus, obesitas, itu akan mengganggu sel yang tadinya normal. Meskipun ada tidak normal sedikit, dia akan berubah sifat menjadi ganas," kata Andhika.
Infeksi virus Epstein-Barr, yang mudah masuk di makanan yang diawetkan seperti ikan asin, ikan asap, dan daging asap, juga dapat memicu timbulnya limfoma hodgkin. Selain itu, limfoma hodgkin juga berisiko pada orang-orang yang menyalahgunakan zat-zat tertentu seperti narkoba.
Adapun gejala limfoma hodgkin umumnya ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha. Gejala itu dapat disertai B symptoms yaitu demam lebih dari 38 derajat celcius, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot badan lebih dari 10 persen bobot badan selama 6 bulan, dan gejala lain seperti gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami intoleransi terhadap alkohol.
"Gejala-gejala ini harus berada dalam satu (rangkaian). Tidak bisa satu-satu saja, artinya nggak hanya demam 38 derajat saja atau berkeringat saja," ujar Andhika.