Jakarta (ANTARA) -
Dokter spesialis neurologi RSUD Sawah Besar dr. Andre Sp.N mengatakan bermain yang merangsang stimulasi seperti bermain puzzle dan belajar bahasa baru direkomendasikan untuk dapat mencegah Demensia Frontotemporal (FTD).
 
"Direkomendasikan melakukan aktivitas yang menstimulasi seperti puzzle, belajar bahasa baru atau instrumen musik, dan terlibat dalam percakapan sebanyak 30 menit atau lebih dalam sehari," tulisnya dalam pesan singkat yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat. 
 
Demensia Frontotempora biasa dikenal dengan sebutan FTD, adalah salah satu jenis demensia yang disebabkan oleh penurunan fungsi otak sisi bagian depan dan sisi samping otak, yang dalam bahasa medis disebut frontal dan temporal.
 
Biasanya FTD banyak dijumpai pada pasien dengan rentang usia 45 sampai 65 tahun.
 
Andre menyebut penyakit ini berbeda dengan demensia alzheimer. Jika demensia alzheimer banyak dijumpai pada usia di atas 65 tahun dan dengan gejala gangguan daya ingat, gejala demensia frontotemporal yang sering ditemukan adalah perubahan perilaku dan kesulitan dalam menemukan kosa kata dalam berbicara.
 
"Gejala utama yang sering dijumpai adalah perubahan perilaku, kesulitan memahami perintah, kesulitan menemukan kosa kata dalam berbicara, gangguan dalam perencanaan, hilangnya minat untuk mengerjakan sesuatu yang sebelumnya disukai. Berbeda dengan alzheimer yang lebih dominan gangguan daya ingat," katanya.
 
Hingga saat ini, dokter yang juga praktek di RS Atmajaya ini mengatakan belum ada obat yang dapat menghentikan FTD.
 
Penanganan yang tepat jika pasien mengalami FTD adalah utamanya dengan terapi non-obat (non farmakologis) seperti terapi fisik, dukungan sosial, terapi okupasi, terapi wicara, terapi perilaku kognitif dan layanan rehabilitasi.
 
Terapi ini melibatkan multidisiplin, baik dari dokter Neurologi, dokter Psikiatri, dokter Rehabilitasi Medis dan terapis wicara.
 
Sedangkan terapi obat (farmakologi) lebih diutamakan untuk mengurangi atau mengatasi gejala yang timbul dan mengganggu seperti gelisah, tindakan agresif yang kadang mengganggu orang di sekitarnya seperti obat antidepresan atau antipsikotik.
 
Ia juga menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik sebanyak 150 menit per minggu dengan aerobik intensitas sedang seperti jalan cepat, bersepeda, dan menari. Selain itu juga bisa latihan kekuatan (strengthening exercises) setidaknya 2 kali seminggu seperti yoga dan berkebun.
 
"Makan-makanan sehat dengan diet seimbang, kurangi meminum alkohol, tidak merokok dan tidak lupa mulai dibiasakan brain check up untuk pemeriksaan fungsi otak secara dini," tambahnya.
 
Kemarin, aktor senior Bruce Willis dikabarkan menderita penyakit demensia frontotemporal (FTD) yang membuatnya harus pensiun dari dunia akting yang membesarkan namanya. Menurut pernyataan dari keluarganya yang dikutip dari situs The Association for Frontotemporal Degeneration (AFTD) pada Kamis (16/02) waktu setempat, Bruce Willis mengalami kesulitan berbicara yang menjadi salah satu gejalanya.
 
Sebelumnya, aktor berusia 67 tahun itu didiagnosis menderita afasia pada Maret tahun lalu.

Pewarta : Fitra Ashari
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024