Tokyo (ANTARA) - Para pemimpin dari negara-negara industri Kelompok Tujuh (G7) akan mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) darurat secara daring pada Selasa, sehari setelah Rusia melancarkan serangan rudal terbesarnya ke Ukraina sejak invasi pada Februari.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga dijadwalkan menghadiri KTT tersebut dalam rangka untuk memperkuat kerja sama Ukraina dengan negara-negara anggota G7.
KTT darurat itu diadakan di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir taktis dalam perang melawan Ukraina.
Pertemuan darurat G7 sedang diatur setelah Moskow membalas serangan pada akhir pekan lalu di jembatan Kerch yang menghubungkan Rusia dengan Krimea. Rusia menuduh serangan itu dilakukan oleh Ukraina.
Rusia mengatakan serangan rudalnya pada Senin (10/10) terhadap Kiev dan kota-kota Ukraina lainnya menargetkan fasilitas militer dan energi, sementara Ukraina mengatakan setidaknya 14 warga tewas di seluruh negeri akibat serangan rudal itu.
Pada September, Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan pencaplokan empat wilayah Ukraina yang diduduki Rusia, yakni sekitar 15 persen dari wilayah Ukraina.
Deklarasi itu disampaikan Putin setelah Moskow mengklaim bahwa penduduk lokal dalam suatu referendum telah memilih untuk bergabung dengan Rusia.
Namun, Ukraina dan negara-negara Barat mengecam referendum itu dan menganggapnya sebagai tidak sah.
Jerman, yang saat ini memimpin G7, mengatakan Zelenskyy diharapkan untuk berpartisipasi dalam KTT darurat pada Selasa, dan menyebutkan bahwa Zelenskyy kemungkinan akan muncul pada awal konferensi virtual itu.
Dari Jepang, Perdana Menteri Fumio Kishida juga dijadwalkan untuk mengambil bagian dalam pertemuan virtual itu, beberapa hari setelah Jepang membuka kembali kedutaan besarnya di Kiev pada Rabu (5/10) setelah sempat tutup selama tujuh bulan karena invasi Rusia.
Enam negara G7 lainnya -- Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia dan Amerika Serikat -- juga melanjutkan operasi kantor diplomatiknya di Ukraina pada awal tahun ini.
Sumber: OANA-Kyodo
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga dijadwalkan menghadiri KTT tersebut dalam rangka untuk memperkuat kerja sama Ukraina dengan negara-negara anggota G7.
KTT darurat itu diadakan di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir taktis dalam perang melawan Ukraina.
Pertemuan darurat G7 sedang diatur setelah Moskow membalas serangan pada akhir pekan lalu di jembatan Kerch yang menghubungkan Rusia dengan Krimea. Rusia menuduh serangan itu dilakukan oleh Ukraina.
Rusia mengatakan serangan rudalnya pada Senin (10/10) terhadap Kiev dan kota-kota Ukraina lainnya menargetkan fasilitas militer dan energi, sementara Ukraina mengatakan setidaknya 14 warga tewas di seluruh negeri akibat serangan rudal itu.
Pada September, Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan pencaplokan empat wilayah Ukraina yang diduduki Rusia, yakni sekitar 15 persen dari wilayah Ukraina.
Deklarasi itu disampaikan Putin setelah Moskow mengklaim bahwa penduduk lokal dalam suatu referendum telah memilih untuk bergabung dengan Rusia.
Namun, Ukraina dan negara-negara Barat mengecam referendum itu dan menganggapnya sebagai tidak sah.
Jerman, yang saat ini memimpin G7, mengatakan Zelenskyy diharapkan untuk berpartisipasi dalam KTT darurat pada Selasa, dan menyebutkan bahwa Zelenskyy kemungkinan akan muncul pada awal konferensi virtual itu.
Dari Jepang, Perdana Menteri Fumio Kishida juga dijadwalkan untuk mengambil bagian dalam pertemuan virtual itu, beberapa hari setelah Jepang membuka kembali kedutaan besarnya di Kiev pada Rabu (5/10) setelah sempat tutup selama tujuh bulan karena invasi Rusia.
Enam negara G7 lainnya -- Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia dan Amerika Serikat -- juga melanjutkan operasi kantor diplomatiknya di Ukraina pada awal tahun ini.
Sumber: OANA-Kyodo