Banyuasin, Sumsel (ANTARA) - Petani di desa Daya Kesuma, Kecamatan Muara Sugihan, Banyuasin, Sumatera Selatan memiliki lahan uji coba budi daya jagung yang dikelola bersama pemerintah dan peneliti World Agroforestry (ICRAF).
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Edil Fitriadi, Sabtu, mengatakan pembuatan demonstrasi plot (demplot) ini untuk mendorong petani melakukan kegiatan pertanian berwawasan lingkungan.
Uji coba ini merupakan buah dari proses panjang penggalian data dan penggalangan kolaborasi dari berbagai pihak yang telah dilakukan sejak 2021.
Sebelumnya, peneliti dari World Agroforestry (ICRAF) Indonesia telah menggali data di desa, mengolah dan mengembalikannya sebagai bahan diskusi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.
Kegiatan ini adalah bagian dari kerja sama antara ICRAF, melalui Peat- IMPACTS Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Banyuasin/Bappeda, Dinas pertanian dan
Hortikultura, dan dinas-dinas terkait lainnya.
Melalui program ini, ia menjelaskan dua desa di Kabupaten Banyuasin diberikan pelatihan dan penguatan kapasitas pengelolaan lahan tanpa bakar.
Sebanyak 16 kelompok tani di Desa Daya Kesuma diberikan pembinaan dan pelatihan tentang pupuk organik padat dan cair guna mendorong penerapan skema Pertanian Ramah Lingkungan.
“Harapannya akan terwujud model usaha tani yang sesuai dengan kesepakatan dan harapan seluruh masyarakat,” kata dia.
Keterlibatan ICRAF di Kabupaten Banyuasin ini juga untuk bertukar pembelajaran dan merumuskan opsi-opsi pertanian ramah lingkungan guna mengurangi dampak emisi di tingkat nasional.
Desa Daya Kesuma adalah satu dari 34 desa yang menjadi lokasi penelitian Peat-IMPACTS di Sumatera Selatan.
Kabupaten Banyuasin memiliki lahan gambut seluas 295.800 hektare (Ha) atau 13 persen dari total lahan gambut di Sumatera Selatan.
Mayoritas lahan gambut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam padi.
Peneliti ahli di bidang Agroforestry System Dr Gerhard Manurung mengatakan penguatan kapasitas melalui demoplot percontohan seluas tiga hektare yang terbagi menjadi dua zona.
Zona pertama seluas 1,5 hektare untuk plot percobaan dengan perlakuan varietas jagung dan pemupukan dan zona kedua seluas 1,5 hektare untuk plot budidaya jagung mengikuti praktek lokal).
“Bukan hanya mendorong perubahan pola penanaman guna mengurangi kebakaran lahan, kami juga membantu pemasaran produk dan penguatan kelembagaan desa,” kata dia.
Peat IMPACTS atau Improving the Management of Peatlands and the Capacities of Stakeholders in Indonesia adalah bagian dari International Climate Initiative (IKI), Kementerian Federal Jerman untuk Lingkungan Hidup, Konservasi Alam dan Keselamatan Nuklir yang mendukung prakarsa ini dengan landasan keputusan yang diadopsi oleh parlemen Jerman.
Proyek ini berlangsung selama 4 tahun (2020–2023) di Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, dan Kabupaten Kubu Raya di Kalimantan Barat.
Baca juga: Korem Gapo tanam jagung serentak di 98 hektare lahan di Kabupaten OKU
Baca juga: Kementan targetkan luas tanam jagung 2022 mencapai 4,26 juta ha
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Edil Fitriadi, Sabtu, mengatakan pembuatan demonstrasi plot (demplot) ini untuk mendorong petani melakukan kegiatan pertanian berwawasan lingkungan.
Uji coba ini merupakan buah dari proses panjang penggalian data dan penggalangan kolaborasi dari berbagai pihak yang telah dilakukan sejak 2021.
Sebelumnya, peneliti dari World Agroforestry (ICRAF) Indonesia telah menggali data di desa, mengolah dan mengembalikannya sebagai bahan diskusi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.
Kegiatan ini adalah bagian dari kerja sama antara ICRAF, melalui Peat- IMPACTS Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Banyuasin/Bappeda, Dinas pertanian dan
Hortikultura, dan dinas-dinas terkait lainnya.
Melalui program ini, ia menjelaskan dua desa di Kabupaten Banyuasin diberikan pelatihan dan penguatan kapasitas pengelolaan lahan tanpa bakar.
Sebanyak 16 kelompok tani di Desa Daya Kesuma diberikan pembinaan dan pelatihan tentang pupuk organik padat dan cair guna mendorong penerapan skema Pertanian Ramah Lingkungan.
“Harapannya akan terwujud model usaha tani yang sesuai dengan kesepakatan dan harapan seluruh masyarakat,” kata dia.
Keterlibatan ICRAF di Kabupaten Banyuasin ini juga untuk bertukar pembelajaran dan merumuskan opsi-opsi pertanian ramah lingkungan guna mengurangi dampak emisi di tingkat nasional.
Desa Daya Kesuma adalah satu dari 34 desa yang menjadi lokasi penelitian Peat-IMPACTS di Sumatera Selatan.
Kabupaten Banyuasin memiliki lahan gambut seluas 295.800 hektare (Ha) atau 13 persen dari total lahan gambut di Sumatera Selatan.
Mayoritas lahan gambut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam padi.
Peneliti ahli di bidang Agroforestry System Dr Gerhard Manurung mengatakan penguatan kapasitas melalui demoplot percontohan seluas tiga hektare yang terbagi menjadi dua zona.
Zona pertama seluas 1,5 hektare untuk plot percobaan dengan perlakuan varietas jagung dan pemupukan dan zona kedua seluas 1,5 hektare untuk plot budidaya jagung mengikuti praktek lokal).
“Bukan hanya mendorong perubahan pola penanaman guna mengurangi kebakaran lahan, kami juga membantu pemasaran produk dan penguatan kelembagaan desa,” kata dia.
Peat IMPACTS atau Improving the Management of Peatlands and the Capacities of Stakeholders in Indonesia adalah bagian dari International Climate Initiative (IKI), Kementerian Federal Jerman untuk Lingkungan Hidup, Konservasi Alam dan Keselamatan Nuklir yang mendukung prakarsa ini dengan landasan keputusan yang diadopsi oleh parlemen Jerman.
Proyek ini berlangsung selama 4 tahun (2020–2023) di Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, dan Kabupaten Kubu Raya di Kalimantan Barat.
Baca juga: Korem Gapo tanam jagung serentak di 98 hektare lahan di Kabupaten OKU
Baca juga: Kementan targetkan luas tanam jagung 2022 mencapai 4,26 juta ha