Jakarta (ANTARA) - Film “Naga Naga Naga”, yang akan tayang di bioskop pada 16 Juni, tidak hanya menampilkan komedi yang menghibur penonton tetapi juga menyelipkan pesan penting dalam kemasan yang disampaikan secara ringan.
“Saya pribadi waktu lagi baca skripnya, saya lihat ini menarik banget ya karena film ‘Naga Naga Naga’ bukan hanya komedi saja dan bukan cuma drama saja, tapi dia banyak pesan yang menyentil,” kata Uli Herdiansyah yang berperan Ronny dalam film tersebut saat menghadiri gala premiere di bioskop XXI Epicentrum, Jakarta, Rabu (8/6) malam.
Menurut Uli, sekuel ketiga dari “Nagabonar” itu turut menyentil permasalahan-permasalahan seperti kesenjangan generasi (generation gap) dalam sebuah keluarga serta memotret keadaan ekonomi dan politik.
“Banyak pesan-pesannya. Tapi saya rasa benang merahnya adalah film ini bicara banyak mengenai kemanusiaan. Itu yang menarik dari film ‘Naga Naga Naga’,” ujarnya.
Sekuel ketiga dari “Nagabonar” ini berfokus pada konflik keluarga yang dipicu dari keengganan Monaga (diperankan oleh Beby Tsabina) untuk melanjutkan dan mendapatkan sekolah menengah yang baru. Pertemuannya dengan Nira (diperankan oleh Zsa Zsa Utari) mendorongnya untuk bersekolah kembali.
Di tengah-tengah sikap yang ditunjukkan Monaga, pertentangan antar-generasi dalam keluarga Naga pun terjadi. Sang kakek, Nagabonar (diperankan oleh Deddy Mizwar), membantu cucunya memilih sekolah baru.
Namun di sisi lain, pilihan Monaga tidak disetujui oleh ibunya, Monita (diperankan oleh Wulan Guritno). Sementara sang ayah, Bonaga (diperankan oleh Tora Sudiro), harus berdiri di antara pertentangan-pertentangan dalam keluarganya.
Merespon konflik cerita dalam “Naga Naga Naga”, Wulan berpendapat bahwa permasalahan mengenai pola pengasuhan anak serta perbedaan pandangan dengan pasangan yang tergambar di film tersebut juga pernah dialami oleh dirinya sebagai ibu, termasuk juga dapat dialami oleh orang tua manapun.
“Tapi kan yang terpenting adalah gimana akhirnya kita mencari jalan tengah dan yang terutama adalah yang terbaik untuk anaknya. Bisa dilihat di filmnya, akhirnya mereka dapat solusi bersama dan semuanya bahagia,” katanya.
Pada kesempatan yang sama dalam gala premiere, politikus Fahri Hamzah juga turut memberikan komentar mengenai film “Naga Naga Naga”. Menurutnya, kehebatan dari film tersebut yaitu dapat merangkum percakapan tiga generasi yang acapkali terasa rumit.
“Saya kira dirangkum oleh film yang satu setengah jam sangat padat sekali, luar biasa. Makanya, banyak dialog yang buat terharu karena ini menyangkut perasaan setiap generasi,” katanya.
Sementara itu, Deddy Mizwar selaku sutradara sekaligus pemain menekankan pentingnya kolaborasi antar-generasi atau apapun latar belakangnya untuk mencintai tanah air dan membangun bangsa yang terepresentasi dalam film “Naga Naga Naga”.
“Jadi cintai tanah air ini bukan hanya laki-laki, perempuan juga. Bukan hanya orang tua, kaum milenial juga,” ujarnya.
“Saya pribadi waktu lagi baca skripnya, saya lihat ini menarik banget ya karena film ‘Naga Naga Naga’ bukan hanya komedi saja dan bukan cuma drama saja, tapi dia banyak pesan yang menyentil,” kata Uli Herdiansyah yang berperan Ronny dalam film tersebut saat menghadiri gala premiere di bioskop XXI Epicentrum, Jakarta, Rabu (8/6) malam.
Menurut Uli, sekuel ketiga dari “Nagabonar” itu turut menyentil permasalahan-permasalahan seperti kesenjangan generasi (generation gap) dalam sebuah keluarga serta memotret keadaan ekonomi dan politik.
“Banyak pesan-pesannya. Tapi saya rasa benang merahnya adalah film ini bicara banyak mengenai kemanusiaan. Itu yang menarik dari film ‘Naga Naga Naga’,” ujarnya.
Sekuel ketiga dari “Nagabonar” ini berfokus pada konflik keluarga yang dipicu dari keengganan Monaga (diperankan oleh Beby Tsabina) untuk melanjutkan dan mendapatkan sekolah menengah yang baru. Pertemuannya dengan Nira (diperankan oleh Zsa Zsa Utari) mendorongnya untuk bersekolah kembali.
Di tengah-tengah sikap yang ditunjukkan Monaga, pertentangan antar-generasi dalam keluarga Naga pun terjadi. Sang kakek, Nagabonar (diperankan oleh Deddy Mizwar), membantu cucunya memilih sekolah baru.
Namun di sisi lain, pilihan Monaga tidak disetujui oleh ibunya, Monita (diperankan oleh Wulan Guritno). Sementara sang ayah, Bonaga (diperankan oleh Tora Sudiro), harus berdiri di antara pertentangan-pertentangan dalam keluarganya.
Merespon konflik cerita dalam “Naga Naga Naga”, Wulan berpendapat bahwa permasalahan mengenai pola pengasuhan anak serta perbedaan pandangan dengan pasangan yang tergambar di film tersebut juga pernah dialami oleh dirinya sebagai ibu, termasuk juga dapat dialami oleh orang tua manapun.
“Tapi kan yang terpenting adalah gimana akhirnya kita mencari jalan tengah dan yang terutama adalah yang terbaik untuk anaknya. Bisa dilihat di filmnya, akhirnya mereka dapat solusi bersama dan semuanya bahagia,” katanya.
Pada kesempatan yang sama dalam gala premiere, politikus Fahri Hamzah juga turut memberikan komentar mengenai film “Naga Naga Naga”. Menurutnya, kehebatan dari film tersebut yaitu dapat merangkum percakapan tiga generasi yang acapkali terasa rumit.
“Saya kira dirangkum oleh film yang satu setengah jam sangat padat sekali, luar biasa. Makanya, banyak dialog yang buat terharu karena ini menyangkut perasaan setiap generasi,” katanya.
Sementara itu, Deddy Mizwar selaku sutradara sekaligus pemain menekankan pentingnya kolaborasi antar-generasi atau apapun latar belakangnya untuk mencintai tanah air dan membangun bangsa yang terepresentasi dalam film “Naga Naga Naga”.
“Jadi cintai tanah air ini bukan hanya laki-laki, perempuan juga. Bukan hanya orang tua, kaum milenial juga,” ujarnya.