Jakarta (ANTARA) - Kanker limfoma Hodgkin pada sistem kelenjar getah bening sering terjadi pada laki-laki, tapi bukan berarti penyakit ini tak akan menimpa perempuan.
"Itu data statistik, lebih banyak (pria) bukan berarti tidak bisa dialami perempuan," kata Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Yogyakarta, dr. Johan Kurnianda, Sp.PD KHOM, dalam webinar, Selasa.
Faktanya, limfoma Hodgkin memang lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, namun belum ada studi khusus yang bisa menjelaskan fenomena tersebut.
Faktor risiko lain yang bisa memicu timbulnya limfoma Hodgkin antara lain infeksi virus Epstein-Barr. Sebanyak 40 persen pasien limfoma Hodgkin punya riwayat terinfeksi virus Epstein-Barr. Faktor lainnya adapah penurunan sistem imun. Mereka yang punya penyakit autoimun atau mengonsumsi obat penekan sistem imun lebih berisiko. Risiko lainnya adalah riwayat keluarga. Orang yang keluarga intinya menderita limfoma Hodgkin punya risiko lebih tinggi terkena penyakit yang sama.
Dari segi usia, sebagian besar yang terdiagnosis limfoma Hodgkin ada rentang usia produktif, yakni 15-30 tahun, dan pada usia 55 tahun ke atas.
"Oleh karena itu, Limfoma Hodgkin sering disebut sebagai suatu kanker untuk penderita dengan usia muda dan ini memerlukan suatu penanganan khusus karena penderita dengan usia muda tentu masih punya masa depan panjang dan penuh harapan," kata Johan dalam webinar kesehatan, Selasa.
Pada umumnya gejala yang muncul berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha. Jika menemukan benjolan di tubuh, coba diraba dan digoyangkan.
"Benjolan itu serius dan perlu ditindak kalau cenderung terfiksasi atau terikat dengan dasarnya, ketika digoyang itu tidak goyang," kata Johan.
Jika benjolannya terasa kenyal dan ukurannya cepat membesar, segera periksakan diri kepada dokter.
Seseorang juga dapat merasakan gejala lain seperti demam lebih dari 38 derajat celcius, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot badan lebih dari 10 persen bobot badan selama 6 bulan. Gejala lainnya adalah gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami reaksi yang buruk terhadap alkohol.
Penegakan diagnosis limfoma Hodgkin dilakukan melalui beberapa pengujian yaitu pengecekan riwayat kesehatan, pemeriksaan lab darah, biopsi dan uji imunohistokimia serta pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk mendeteksi adanya penanda (biomarker) spesifik yang dapat membantu diagnosis, terapi, dan prognosis kanker. Pemeriksaan radiologi digunakan untuk mengetahui stadium kanker berdasarkan area penyebaran sel kanker dan respons pasien terhadap pengobatan.
Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), jenis pengobatan limfoma Hodgkin diantaranya adalah kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi.
"Itu data statistik, lebih banyak (pria) bukan berarti tidak bisa dialami perempuan," kata Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Yogyakarta, dr. Johan Kurnianda, Sp.PD KHOM, dalam webinar, Selasa.
Faktanya, limfoma Hodgkin memang lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, namun belum ada studi khusus yang bisa menjelaskan fenomena tersebut.
Faktor risiko lain yang bisa memicu timbulnya limfoma Hodgkin antara lain infeksi virus Epstein-Barr. Sebanyak 40 persen pasien limfoma Hodgkin punya riwayat terinfeksi virus Epstein-Barr. Faktor lainnya adapah penurunan sistem imun. Mereka yang punya penyakit autoimun atau mengonsumsi obat penekan sistem imun lebih berisiko. Risiko lainnya adalah riwayat keluarga. Orang yang keluarga intinya menderita limfoma Hodgkin punya risiko lebih tinggi terkena penyakit yang sama.
Dari segi usia, sebagian besar yang terdiagnosis limfoma Hodgkin ada rentang usia produktif, yakni 15-30 tahun, dan pada usia 55 tahun ke atas.
"Oleh karena itu, Limfoma Hodgkin sering disebut sebagai suatu kanker untuk penderita dengan usia muda dan ini memerlukan suatu penanganan khusus karena penderita dengan usia muda tentu masih punya masa depan panjang dan penuh harapan," kata Johan dalam webinar kesehatan, Selasa.
Pada umumnya gejala yang muncul berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha. Jika menemukan benjolan di tubuh, coba diraba dan digoyangkan.
"Benjolan itu serius dan perlu ditindak kalau cenderung terfiksasi atau terikat dengan dasarnya, ketika digoyang itu tidak goyang," kata Johan.
Jika benjolannya terasa kenyal dan ukurannya cepat membesar, segera periksakan diri kepada dokter.
Seseorang juga dapat merasakan gejala lain seperti demam lebih dari 38 derajat celcius, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot badan lebih dari 10 persen bobot badan selama 6 bulan. Gejala lainnya adalah gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami reaksi yang buruk terhadap alkohol.
Penegakan diagnosis limfoma Hodgkin dilakukan melalui beberapa pengujian yaitu pengecekan riwayat kesehatan, pemeriksaan lab darah, biopsi dan uji imunohistokimia serta pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk mendeteksi adanya penanda (biomarker) spesifik yang dapat membantu diagnosis, terapi, dan prognosis kanker. Pemeriksaan radiologi digunakan untuk mengetahui stadium kanker berdasarkan area penyebaran sel kanker dan respons pasien terhadap pengobatan.
Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), jenis pengobatan limfoma Hodgkin diantaranya adalah kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi.