Palembang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menjalankan program kemandirian pangan untuk menekan angka kemiskinan yang hingga kini masih di kisaran 12 persen.

Gubernur Sumsel Herman Deru di Palembang, Jumat, mengatakan, melalui program Sumsel Mandiri Pangan yang sudah diluncurkan beberapa waktu lalu diharapkan warga Sumsel dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

“Program ini kami jalankan setelah melaksanakan riset terlebih dahulu bahwa kebutuhan sehari-hari itu sebenarnya bisa dipenuhi sendiri, seperti dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah,” kata dia.
Terpenting, ia melanjutkan, bagaimana mengubah cara pandang masyarakat dari sebelumnya konsumtif menjadi produktif.

Untuk itu, semua pihak diharapkan mau menyosialisasikan program ini agar kesejahteraan masyarakat cepat tercapai.

Sebenarnya di Sumsel ini tidak layak ada warga yang miskin jika melihat berlimpahnya kandungan sumber daya alam, tapi faktanya kita masih ada 12 persen dari total jumlah penduduk, kata dia.

Ke depan, Pemprov akan mengandeng Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membuat lahan percontohan yang dapat digunakan warga atau komunitas.

Asisten II Bidang Ekonomi dan Keuangan Pemprov Sumsel Ekowati Retnaningsih mengatakan kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi keluarga itu melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumber daya setempat secara berkelanjutan.

Kemandirian pangan Sumsel dimulai dari kemandirian pangan tingkat rumah tangga, yang sasarannya adalah rumah tangga non miskin dan rumah tangga miskin.

“Dalam gerakan ini penting adanya perubahan pola pikir masyarakat, yakni bagaimana yang semula adalah konsumen (pembeli) kemudian menjadi produsen (penghasil),” kata dia.

Pemanfaatan pekarangan bisa diwujudkan dengan budidaya tanaman sayur, cabai, rempah-rempah di lahan pekarangan atau menggunakan pot.

Budidaya ikan dengan  mengunakan kolam terpal, drum, tong, atau kolam tanah. Budidaya ayam kampung petelur maupun untuk dimanfaatkan dagingnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel Ruzuan Effendi mengatakan pemenuhan pangan sangat penting sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Berbagai kajian ilmiah menunjukkan bahwa untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif maka manusia memerlukan 45 jenis zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan tingkat konsumsi dalam kategori cukup, atau tidak boleh berlebihan apalagi kekurangan, kata dia.

Menurutnya, Sumsel memiliki beragam jenis tanaman sumber karbohidrat seperti umbi-umbian, jagung, ganyong, kentang, pisang, dan berbagai jenis sayuran. Namun pemanfaatannya masih terbatas.

Oleh karena itu Pemprov Sumsel akan menumbuhkan dan mengembangkan potensi pangan lokal guna mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan daerah.

Berdasarkan data pada 2020, konsumsi padi-padian di Sumsel masih sangat tinggi yaitu berkisar 111,6 kilogram/kapita per tahun yang didominasi oleh beras sebanyak 92 kilogram/kapita per tahun.

Sedangkan untuk umbi-umbian masih rendah berkisar 15,6 kilogram/kapita per tahun yang didominasi singkong sebanyak 9,7 kilogram/kapita per tahun.

Untuk itu diperlukan peningkatan konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal dan menurunkan konsumsi pangan sumber karbohidrat yaitu beras, kata dia.

 

Pewarta : Dolly Rosana
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024