Bandung Barat (ANTARA) - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, tak hanya berfungsi menyediakan energi terbarukan, tetapi juga menjadi penyaring air di Sungai Citarum.
General Manager PLTA Saguling Rusdiansyah mengatakan pihaknya memasang trash boom untuk menyaring sampah dan eceng gondok yang mengapung, sehingga dapat membersihkan sungai.
"Sepanjang aliran kami pasang trash boom untuk menyaring sampah yang mengapung maupun enceng gondok," ujarnya saat ditemui di PLTA Saguling, Kamis.
Rusdiansyah mengungkapkan saat musim hujan tiba banyak masyarakat membuang sampah ke waduk sungai dan sampah-sampah itu sampai ke pembangkit.
Menurutnya, penyaringan itu dilakukan agar sampah tidak menghambat pengoperasian PLTA Saguling.
PLN bekerja sama dengan Sektor IX Satgas Citarum Harum untuk menarik sampah yang tertahan pada filter trash boom.
Sampah yang terkumpul itu kemudian diolah menjadi briket oleh penduduk sekitar. Briket itu dipakai untuk bahan baku co-firing PLTU batu bara supaya tidak banyak karbon yang terbuang ke udara.
Beroperasi sejak 1985, pembangkit yang dikelola dan dioperasikan oleh PT Indonesia Power sebagai anak usaha PLN ini merupakan pembangkit pendukung beban puncak di sistem Jawa-Bali.
Direktur Utama Indonesia Power Ahsin Sidqi menjelaskan PLTA Saguling berperan penting dalam sistem kelistrikan Jawa Bali.
Pembangkit berkapasitas 700,72 megawatt ini berkontribusi sebesar 2,5 persen dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 megawatt.
Tiga fungsi utama yang diemban PLTA Saguling, yaitu baseload, stabilizer, dan mengurangi emisi karena menggunakan energi baru terbarukan.
Listrik ramah lingkungan dari PLTA Saguling disalurkan melalui Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Saguling dan diinterkonesikan ke jaringan se-Jawa dan Bali melalui Saluran Utama Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kilovolt.
Saat terjadi kendala listrik, Ahsin memaparkan pembangkit listrik yang memasok kebutuhan Cibinong, Cirata, dan Bandung Selatan tersebut akan dialihkan ke jaringan Jawa dan Bali.
Selain itu, PLTA Saguling juga berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan load frequency control (LFC).
"Ketika terjadi gangguan, PLTA Saguling masih dapat dioperasikan sebagai black start sekaligus berperan menjadi pengisian tegangan untuk menopang pembangkit listrik PLTU Suralaya," pungkas Ahsin.
General Manager PLTA Saguling Rusdiansyah mengatakan pihaknya memasang trash boom untuk menyaring sampah dan eceng gondok yang mengapung, sehingga dapat membersihkan sungai.
"Sepanjang aliran kami pasang trash boom untuk menyaring sampah yang mengapung maupun enceng gondok," ujarnya saat ditemui di PLTA Saguling, Kamis.
Rusdiansyah mengungkapkan saat musim hujan tiba banyak masyarakat membuang sampah ke waduk sungai dan sampah-sampah itu sampai ke pembangkit.
Menurutnya, penyaringan itu dilakukan agar sampah tidak menghambat pengoperasian PLTA Saguling.
PLN bekerja sama dengan Sektor IX Satgas Citarum Harum untuk menarik sampah yang tertahan pada filter trash boom.
Sampah yang terkumpul itu kemudian diolah menjadi briket oleh penduduk sekitar. Briket itu dipakai untuk bahan baku co-firing PLTU batu bara supaya tidak banyak karbon yang terbuang ke udara.
Beroperasi sejak 1985, pembangkit yang dikelola dan dioperasikan oleh PT Indonesia Power sebagai anak usaha PLN ini merupakan pembangkit pendukung beban puncak di sistem Jawa-Bali.
Direktur Utama Indonesia Power Ahsin Sidqi menjelaskan PLTA Saguling berperan penting dalam sistem kelistrikan Jawa Bali.
Pembangkit berkapasitas 700,72 megawatt ini berkontribusi sebesar 2,5 persen dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 megawatt.
Tiga fungsi utama yang diemban PLTA Saguling, yaitu baseload, stabilizer, dan mengurangi emisi karena menggunakan energi baru terbarukan.
Listrik ramah lingkungan dari PLTA Saguling disalurkan melalui Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Saguling dan diinterkonesikan ke jaringan se-Jawa dan Bali melalui Saluran Utama Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kilovolt.
Saat terjadi kendala listrik, Ahsin memaparkan pembangkit listrik yang memasok kebutuhan Cibinong, Cirata, dan Bandung Selatan tersebut akan dialihkan ke jaringan Jawa dan Bali.
Selain itu, PLTA Saguling juga berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan load frequency control (LFC).
"Ketika terjadi gangguan, PLTA Saguling masih dapat dioperasikan sebagai black start sekaligus berperan menjadi pengisian tegangan untuk menopang pembangkit listrik PLTU Suralaya," pungkas Ahsin.