Palembang (ANTARA) - Harga karet kadar kering (KKK) 100 persen bertahan di atas Rp18.000/Kilogram karena dipengaruhi belum membaiknya permintaan industri ban secara global.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Rudi Aprian di Palembang, Selasa, mengatakan, selain permintaan pasar global yang belum ada peningkatan signifikan, kestabilan harga sejak awal tahun ini juga dipengaruhi suplai karet yang masih belum pulih.
Negara-negara besar produsen karet juga belum pulih pasca cuaca ekstrem La Nina dan penyakit gugur daun pohon karet.
“Saat ini sejumlah daerah penghasil karet di Indonesia, masih belum pulih dari penyakit gugur daun yang terjadi sejak dua tahun lalu. Jadi produksi memang agak menurun dibandingkan sebelumnya,” kata Rudi.
Oleh karena itu, harga karet di pasar internasional untuk KKK 100 persen bertahan di kisaran Rp18.000/Kg.
Walau demikian, harga yang terbentuk ini memenuhi harapan petani karena telah terjadi kenaikan jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Namun, seberapa lama harga ini bertahan, dirinya tidak dapat memperkirakan karena harga karet dapat berubah dengan cepat jika dipengaruhi faktor iklim dan gangguan kondisi alam.
Saat suplai karet alam di pasar global terganggu hingga adanya permainan spekulan maka akan berimbas pasar pasar karet alam di bursa Singapore dan bursa Shanghai.
Sementara itu, berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan dan Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel yang bersumber dari Singapore Commodity diketahui per 2 Februari 2021, harga karet kadar kering KKK 100 persen Rp18.733/Kg, KKK 70 persen Rp13.133, KKK 60 persen 11.240/Kg, KKK 50 persen 9.367/Kg, KKK 40 persen Rp7.493/Kg.
Harga ini relatif tidak terlalu berbeda dengan harga yang tercipta pada pekan kedua Januari 2021, yakni harga karet kadar kering KKK 100 persen Rp18.363/Kg, KKK 70 persen Rp12.854, KKK 60 persen 11.018/Kg, KKK 50 persen 9.182/Kg, KKK 40 persen Rp7.345/Kg.
“Harga ini sudah mulai membaik, setelah pada akhir tahun sempat bergejolak menjadi Rp17.797/Kg untuk karet KKK 100 persen. Sejak awal harga terus menanjak kembali,” kata Rudi.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Rudi Aprian di Palembang, Selasa, mengatakan, selain permintaan pasar global yang belum ada peningkatan signifikan, kestabilan harga sejak awal tahun ini juga dipengaruhi suplai karet yang masih belum pulih.
Negara-negara besar produsen karet juga belum pulih pasca cuaca ekstrem La Nina dan penyakit gugur daun pohon karet.
“Saat ini sejumlah daerah penghasil karet di Indonesia, masih belum pulih dari penyakit gugur daun yang terjadi sejak dua tahun lalu. Jadi produksi memang agak menurun dibandingkan sebelumnya,” kata Rudi.
Oleh karena itu, harga karet di pasar internasional untuk KKK 100 persen bertahan di kisaran Rp18.000/Kg.
Walau demikian, harga yang terbentuk ini memenuhi harapan petani karena telah terjadi kenaikan jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Namun, seberapa lama harga ini bertahan, dirinya tidak dapat memperkirakan karena harga karet dapat berubah dengan cepat jika dipengaruhi faktor iklim dan gangguan kondisi alam.
Saat suplai karet alam di pasar global terganggu hingga adanya permainan spekulan maka akan berimbas pasar pasar karet alam di bursa Singapore dan bursa Shanghai.
Sementara itu, berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan dan Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel yang bersumber dari Singapore Commodity diketahui per 2 Februari 2021, harga karet kadar kering KKK 100 persen Rp18.733/Kg, KKK 70 persen Rp13.133, KKK 60 persen 11.240/Kg, KKK 50 persen 9.367/Kg, KKK 40 persen Rp7.493/Kg.
Harga ini relatif tidak terlalu berbeda dengan harga yang tercipta pada pekan kedua Januari 2021, yakni harga karet kadar kering KKK 100 persen Rp18.363/Kg, KKK 70 persen Rp12.854, KKK 60 persen 11.018/Kg, KKK 50 persen 9.182/Kg, KKK 40 persen Rp7.345/Kg.
“Harga ini sudah mulai membaik, setelah pada akhir tahun sempat bergejolak menjadi Rp17.797/Kg untuk karet KKK 100 persen. Sejak awal harga terus menanjak kembali,” kata Rudi.