Jakarta (ANTARA) - Aktris Hollywood Sharon Stone memiliki pandangan dan dukungan soal peran wanita di banyak bidang, tak terkecuali di bidang industri kreatif seperti perfilman.
Menurut Sharon, wanita memiliki kekuatan dan inspirasi yang bisa berdampak bagi banyak orang dan sektor. Namun tentu saja, keterlibatan wanita harus sepenuhnya didukung oleh pihak lain, yang dalam hal ini adalah pria, yang di Hollywood, cukup mendominasi.
"Inklusivitas di Hollywood sendiri sudah cukup extraordinary, walaupun tak dipungkiri kesenjangan masih ada, banyak sudah mulai memahami pentingnya peran, sudut pandang, talenta, dan dampak dari wanita di industri ini," kata Sharon melalui Mola Living Live, Sabtu.
Bicara soal kesenjangan, aktris nomine Oscar itu pernah menyinggung bahwa aktris di Hollywood memiliki "masa berlaku" tertentu. Jika aktris sudah mencapai usia 40 tahun ke atas, bisa dibilang ia tidak terlalu "dibutuhkan" lagi di industri.
Aktris Sharon Stone dalam Mola Living Live, Sabtu (7/11/2020). (ANTARA/Mola TV)
"Tentu rasanya frustrating, ketika melihat para aktor yang bahkan sudah di atas 60 tahun masih bisa bekerja di film, bahkan mendapatkan nominasi Oscar," kata Sharon.
Namun, ia mengaku senang bisa melihat begitu banyak keterlibatan, keberagaman, dan representasi wanita dari berbagai macam budaya dan latar belakang, untuk diangkat ceritanya menjadi sebuah film dari waktu ke waktu.
Lebih lanjut, ia mengatakan, keberagaman dan keterlibatan wanita juga mulai merambah ke bidang lain termasuk politik. Di Amerika Serikat, banyak wanita yang menjadi anggota kongres dan mampu menjadi representasi untuk ras dan masyarakat.
"Sekarang akhirnya kita bisa melihat wanita dari banyak hal, mulai dari asal, bentuk tubuh, warna, semuanya bisa kita lihat di layar, dan ini sangat sehat, karena kita tidak melihat adanya sudut pandang aneh tertentu. Kita melihat keberagaman yang dimiliki dunia," jelas Sharon.
Peran ayah
Suaranya yang vokal tentang pemberdayaan wanita dilatarbelakangi oleh didikan sang ayah. Sharon mengenang ayahnya sebagai sosok yang percaya bahwa wanita seharusnya memiliki hak yang sama selayaknya pria.
Ia mengenang bagaimana ayahnya dulu menyaksikan neneknya harus banting tulang menghidupi keluarga, karena tidak bisa mendapatkan warisan setelah ditinggal wafat kakek.
Warisan itu lari ke tangan saudara laki-laki kakeknya. Nenek Sharon tidak mendapatkan sepersen pun hanya karena ia merupakan seorang wanita.
Menurut pemaparan Sharon, hal itu menjadi pengaruh terbesar ayahnya menganggap bahwa wanita semestinya memiliki hak istimewa sebagaimana pria.
"Saya sangat beruntung karena bisa dibesarkan oleh ayah saya. Salah satu hal yang benar-benar berdampak pada saya adalah karena ayah saya percaya bahwa anak perempuannya harus memiliki hak dan privilese yang sama dengan anak-anak lelakinya," kenang Sharon.
Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, aktris yang memulai karir modelnya di usia 19 tahun itu kemudian mengibaratkan wanita seperti bunga.
"Wanita itu seperti bunga, bermacam-macam dan bunga mawar bukanlah satu-satunya bunga yang paling cantik. Semuanya cantik, dan saya senang bahwa perlahan kita akhirnya mulai memahami hal itu," kata dia.
"Self-worth"
Sharon yang merupakan seorang single mother itu meyakinkan para wanita, yang bekerja di bidang apa pun, yang tengah mengejar mimpi apa pun, untuk berhenti melakukan apa yang mereka kerjakan hanya karena mendapatkan label atau penilaian tertentu dari orang lain.
Aktris pemenang Golden Globe itu pun tak menampik bahwa di zamannya, menjadi wanita agar dipandang setara secara talenta dan nilai cukup berat. Ia sempat merasa memerlukan validasi tertentu agar merasa diterima di industri.
"Butuh waktu lama bagi saya untuk memvalidasi diri sendiri. Namun saya menyadari bahwa wanita harus bisa berkata 'tidak' ketika diminta untuk menjadi 'kurang' di pekerjaan tertentu," kata Sharon.
"Mengatakan 'tidak', bukan berarti karena takut, tapi karena kita sebagai wanita tahu bahwa kita lebih dari (standar) itu," ujarnya melanjutkan.
Pemain film "Basic Instinct" (1992) itu memiliki "mantra" yang ia pegang, yaitu "I am enough," atau "Aku cukup". Seorang wanita tak perlu merasa kurang, karena setiap wanita memiliki keunikan, semangat, dan pemikiran sendiri yang bisa berdampak bagi orang lain maupun pekerjaan yang ia lakoni.
Perlindungan untuk wanita pun menjadi topik yang ia singgung. Menurut Sharon, wanita dan pria memiliki hak untuk melindungi diri dan tubuhnya dari ancaman kejahatan dan pelecehan.
"Kita harus menjadi lebih terbuka dan berani berbicara tentang isu ini selayaknya isu-isu lain. Hal ini agar kita sebagai manusia bisa mencintai dan menghormati satu sama lain," kata Sharon.
"Kita semestinya bisa lebih menerima, tidak judgemental, lebih mencintai satu sama lain. Karena bagaimana pun, kita memiliki hak untuk dicintai dan dihormati," pungkas aktris berusia 62 tahun itu.
Menurut Sharon, wanita memiliki kekuatan dan inspirasi yang bisa berdampak bagi banyak orang dan sektor. Namun tentu saja, keterlibatan wanita harus sepenuhnya didukung oleh pihak lain, yang dalam hal ini adalah pria, yang di Hollywood, cukup mendominasi.
"Inklusivitas di Hollywood sendiri sudah cukup extraordinary, walaupun tak dipungkiri kesenjangan masih ada, banyak sudah mulai memahami pentingnya peran, sudut pandang, talenta, dan dampak dari wanita di industri ini," kata Sharon melalui Mola Living Live, Sabtu.
Bicara soal kesenjangan, aktris nomine Oscar itu pernah menyinggung bahwa aktris di Hollywood memiliki "masa berlaku" tertentu. Jika aktris sudah mencapai usia 40 tahun ke atas, bisa dibilang ia tidak terlalu "dibutuhkan" lagi di industri.
"Tentu rasanya frustrating, ketika melihat para aktor yang bahkan sudah di atas 60 tahun masih bisa bekerja di film, bahkan mendapatkan nominasi Oscar," kata Sharon.
Namun, ia mengaku senang bisa melihat begitu banyak keterlibatan, keberagaman, dan representasi wanita dari berbagai macam budaya dan latar belakang, untuk diangkat ceritanya menjadi sebuah film dari waktu ke waktu.
Lebih lanjut, ia mengatakan, keberagaman dan keterlibatan wanita juga mulai merambah ke bidang lain termasuk politik. Di Amerika Serikat, banyak wanita yang menjadi anggota kongres dan mampu menjadi representasi untuk ras dan masyarakat.
"Sekarang akhirnya kita bisa melihat wanita dari banyak hal, mulai dari asal, bentuk tubuh, warna, semuanya bisa kita lihat di layar, dan ini sangat sehat, karena kita tidak melihat adanya sudut pandang aneh tertentu. Kita melihat keberagaman yang dimiliki dunia," jelas Sharon.
Peran ayah
Suaranya yang vokal tentang pemberdayaan wanita dilatarbelakangi oleh didikan sang ayah. Sharon mengenang ayahnya sebagai sosok yang percaya bahwa wanita seharusnya memiliki hak yang sama selayaknya pria.
Ia mengenang bagaimana ayahnya dulu menyaksikan neneknya harus banting tulang menghidupi keluarga, karena tidak bisa mendapatkan warisan setelah ditinggal wafat kakek.
Warisan itu lari ke tangan saudara laki-laki kakeknya. Nenek Sharon tidak mendapatkan sepersen pun hanya karena ia merupakan seorang wanita.
Menurut pemaparan Sharon, hal itu menjadi pengaruh terbesar ayahnya menganggap bahwa wanita semestinya memiliki hak istimewa sebagaimana pria.
"Saya sangat beruntung karena bisa dibesarkan oleh ayah saya. Salah satu hal yang benar-benar berdampak pada saya adalah karena ayah saya percaya bahwa anak perempuannya harus memiliki hak dan privilese yang sama dengan anak-anak lelakinya," kenang Sharon.
Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, aktris yang memulai karir modelnya di usia 19 tahun itu kemudian mengibaratkan wanita seperti bunga.
"Wanita itu seperti bunga, bermacam-macam dan bunga mawar bukanlah satu-satunya bunga yang paling cantik. Semuanya cantik, dan saya senang bahwa perlahan kita akhirnya mulai memahami hal itu," kata dia.
"Self-worth"
Sharon yang merupakan seorang single mother itu meyakinkan para wanita, yang bekerja di bidang apa pun, yang tengah mengejar mimpi apa pun, untuk berhenti melakukan apa yang mereka kerjakan hanya karena mendapatkan label atau penilaian tertentu dari orang lain.
Aktris pemenang Golden Globe itu pun tak menampik bahwa di zamannya, menjadi wanita agar dipandang setara secara talenta dan nilai cukup berat. Ia sempat merasa memerlukan validasi tertentu agar merasa diterima di industri.
"Butuh waktu lama bagi saya untuk memvalidasi diri sendiri. Namun saya menyadari bahwa wanita harus bisa berkata 'tidak' ketika diminta untuk menjadi 'kurang' di pekerjaan tertentu," kata Sharon.
"Mengatakan 'tidak', bukan berarti karena takut, tapi karena kita sebagai wanita tahu bahwa kita lebih dari (standar) itu," ujarnya melanjutkan.
Pemain film "Basic Instinct" (1992) itu memiliki "mantra" yang ia pegang, yaitu "I am enough," atau "Aku cukup". Seorang wanita tak perlu merasa kurang, karena setiap wanita memiliki keunikan, semangat, dan pemikiran sendiri yang bisa berdampak bagi orang lain maupun pekerjaan yang ia lakoni.
Perlindungan untuk wanita pun menjadi topik yang ia singgung. Menurut Sharon, wanita dan pria memiliki hak untuk melindungi diri dan tubuhnya dari ancaman kejahatan dan pelecehan.
"Kita harus menjadi lebih terbuka dan berani berbicara tentang isu ini selayaknya isu-isu lain. Hal ini agar kita sebagai manusia bisa mencintai dan menghormati satu sama lain," kata Sharon.
"Kita semestinya bisa lebih menerima, tidak judgemental, lebih mencintai satu sama lain. Karena bagaimana pun, kita memiliki hak untuk dicintai dan dihormati," pungkas aktris berusia 62 tahun itu.