Tokyo (ANTARA) - Tinjauan pertahanan tahunan Jepang menuduh China mendorong klaim teritorialnya di tengah pandemi corona dan mencurigai Beijing menyebarkan propaganda dan disinformasi karena memberikan bantuan medis kepada negara-negara yang memerangi COVID-19.
China "terus berupaya mengubah status quo di Laut China Timur dan Laut China Selatan," kata Jepang dalam buku putih pertahanan yang disetujui pemerintah Perdana Menteri Shinzo Abe pada hari Selasa.
Buku tinjauan pertahanan itu menggambarkan intrusi tanpa henti di perairan sekitar sekelompok pulau yang diklaim oleh kedua negara di Laut China Timur, yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China.
Baca juga: Kapal tenggelam diterjang ombak, Tim SAR temukan belasan ABK KM Samena 02 terapung di laut
Di Laut China Selatan, dikatakan bahwa Beijing menegaskan klaim teritorial dengan mendirikan distrik administratif di sekitar pulau-pulau yang disengketakan, yang memaksa negara-negara yang terganggu oleh wabah virus corona untuk merespons.
Baca juga: AS kirim kapal induk ke Laut China Selatan saat China gelar latihan
Kritik Jepang terhadap Cina menggemakan komentar serupa yang dibuat oleh Amerika Serikat, dan muncul ketika ketegangan di wilayah itu meningkat ketika Beijing dan Washington melakukan latihan militer terpisah di Laut China Selatan yang kaya sumber daya di saat hubungan dua ekonomi terbesar dunia itu memburuk.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Senin (13/7) menolak klaim China untuk sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut Cina Selatan, dengan mengatakan mereka "benar-benar melanggar hukum".
Beijing menegaskan niatnya di Laut China Selatan, yang merupakan jalur perdagangan global.
Baca juga: Bareskrim sita 159 kg sabu-sabu asal China yang diselundupkan lewat laut
Jepang melihat China sebagai ancaman jangka panjang dan lebih serius daripada Korea Utara yang bersenjata nuklir. Beijing sekarang menghabiskan empat kali lebih banyak dari Tokyo untuk pertahanan karena membangun militer modern besar.
Tinjauan pertahanan Jepang juga mengklaim China tampaknya bertanggung jawab atas "propaganda" dan "disinformasi" di tengah "ketidakpastian sosial dan kebingungan" yang disebabkan oleh wabah virus corona.
Baca juga: "Realme" bertahan di tengah krisis ekonomi global
Kekeliruan informasi tersebut termasuk klaim bahwa virus corona dibawa ke China oleh anggota militer AS , atau bahwa obat herbal China dapat mengobati COVID-19, kata seorang pejabat kementerian pertahanan.
Ancaman lain yang dihadapi oleh Jepang termasuk pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara yang sedang berlangsung serta kebangkitan aktivitas militer oleh Rusia di langit dan perairan di Jepang dalam latihan bersama dengan China, kata tinjauan pertahanan.
Reuters
China "terus berupaya mengubah status quo di Laut China Timur dan Laut China Selatan," kata Jepang dalam buku putih pertahanan yang disetujui pemerintah Perdana Menteri Shinzo Abe pada hari Selasa.
Buku tinjauan pertahanan itu menggambarkan intrusi tanpa henti di perairan sekitar sekelompok pulau yang diklaim oleh kedua negara di Laut China Timur, yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China.
Baca juga: Kapal tenggelam diterjang ombak, Tim SAR temukan belasan ABK KM Samena 02 terapung di laut
Di Laut China Selatan, dikatakan bahwa Beijing menegaskan klaim teritorial dengan mendirikan distrik administratif di sekitar pulau-pulau yang disengketakan, yang memaksa negara-negara yang terganggu oleh wabah virus corona untuk merespons.
Baca juga: AS kirim kapal induk ke Laut China Selatan saat China gelar latihan
Kritik Jepang terhadap Cina menggemakan komentar serupa yang dibuat oleh Amerika Serikat, dan muncul ketika ketegangan di wilayah itu meningkat ketika Beijing dan Washington melakukan latihan militer terpisah di Laut China Selatan yang kaya sumber daya di saat hubungan dua ekonomi terbesar dunia itu memburuk.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Senin (13/7) menolak klaim China untuk sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut Cina Selatan, dengan mengatakan mereka "benar-benar melanggar hukum".
Beijing menegaskan niatnya di Laut China Selatan, yang merupakan jalur perdagangan global.
Baca juga: Bareskrim sita 159 kg sabu-sabu asal China yang diselundupkan lewat laut
Jepang melihat China sebagai ancaman jangka panjang dan lebih serius daripada Korea Utara yang bersenjata nuklir. Beijing sekarang menghabiskan empat kali lebih banyak dari Tokyo untuk pertahanan karena membangun militer modern besar.
Tinjauan pertahanan Jepang juga mengklaim China tampaknya bertanggung jawab atas "propaganda" dan "disinformasi" di tengah "ketidakpastian sosial dan kebingungan" yang disebabkan oleh wabah virus corona.
Baca juga: "Realme" bertahan di tengah krisis ekonomi global
Kekeliruan informasi tersebut termasuk klaim bahwa virus corona dibawa ke China oleh anggota militer AS , atau bahwa obat herbal China dapat mengobati COVID-19, kata seorang pejabat kementerian pertahanan.
Ancaman lain yang dihadapi oleh Jepang termasuk pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara yang sedang berlangsung serta kebangkitan aktivitas militer oleh Rusia di langit dan perairan di Jepang dalam latihan bersama dengan China, kata tinjauan pertahanan.
Reuters