Jakarta (ANTARA) - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengatakan dirinya tak menemukan korelasi motif sakit hati Ronny Bugis dan Rahmat Kadir atas penyiraman air keras terhadap dirinya terkait dengan kasus-kasus korupsi di Kepolisian selama ia menjabat sebagai penyidik KPK.
"Saya juga mendapat penjelasan itu dari media (motif penyerangan Novel karena sakit hati telah mengkhianati Polri). Bahwa ada anggota Polri yang merupakan brigadir yang kecewa sama saya. Terus jika saya menangani perkara korupsi terkait petinggi Polri yaitu penggunaan dana Korlantas untuk dipakai pribadi. Saya tidak melihat ada korelasi anggota Polri yang marah," ujar Novel dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Utara secara langsung lewat kanal Youtube PN Jakarta Utara, Kamis.
Novel justru mengungkapkan ia justru mendapatkan apresiasi karena telah mengungkap kasus korupsi di Kepolisian RI selama bertemu dengan petugas kepolisian di daerah-daerah.
"Justru ketika saya bertemu anggota Polri yang lain di daerah-daerah justru mereka mendukung. Ini fakta. Saya juga masih ketemu mantan anggota saya, tapi mereka komunikasi dengan cara baik," ujar pria yang juga sempat berprofesi sebagai polisi itu.
Menurutnya, seorang polisi berpangkat brigadir biasanya bersikap sederhana dan tidak mungkin merasa sakit hati jika terjadi pengungkapan kasus penyelewengan kekuasaan yang dilakukan oleh orang-orang penting di Kepolisian RI.
"Harusnya yang khawatir adalah anggota Polri yang berbuat serupa (korupsi) atau yang kaya karena menggunakan kekuasaannya atau kewenangannya. Sehingga dia bisa menyerang saya. Tapi kalau dia anggota brigadir dan bukan orang kaya raya yang biasanya ditempatkan di daerah. Sederhana, tidak mungkin akan berpikir seperti itu," ujar Novel.
Hingga saat ini pun Novel masih belum dapat menemukan alasan yang melandasi rasa sakit hati yang dirasakan oleh pelaku penyiraman air keras terhadap dirinya itu.
Untuk diketahui pada saat ditetapkan sebagai tersangka penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, salah satu pelaku yaitu Ronny Bugis mengatakan dirinya sakit hati terhadap Novel karena dianggap mengkhianati Kepolisian RI.
Butuh waktu hampir tiga tahun untuk mengungkapkan identitas Ronny dan Rakhmat sebagai pelaku penyiraman air keras yang menyebabkan Novel mengalami kerusakan permanen di bagian matanya.
"Saya juga mendapat penjelasan itu dari media (motif penyerangan Novel karena sakit hati telah mengkhianati Polri). Bahwa ada anggota Polri yang merupakan brigadir yang kecewa sama saya. Terus jika saya menangani perkara korupsi terkait petinggi Polri yaitu penggunaan dana Korlantas untuk dipakai pribadi. Saya tidak melihat ada korelasi anggota Polri yang marah," ujar Novel dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Utara secara langsung lewat kanal Youtube PN Jakarta Utara, Kamis.
Novel justru mengungkapkan ia justru mendapatkan apresiasi karena telah mengungkap kasus korupsi di Kepolisian RI selama bertemu dengan petugas kepolisian di daerah-daerah.
"Justru ketika saya bertemu anggota Polri yang lain di daerah-daerah justru mereka mendukung. Ini fakta. Saya juga masih ketemu mantan anggota saya, tapi mereka komunikasi dengan cara baik," ujar pria yang juga sempat berprofesi sebagai polisi itu.
Menurutnya, seorang polisi berpangkat brigadir biasanya bersikap sederhana dan tidak mungkin merasa sakit hati jika terjadi pengungkapan kasus penyelewengan kekuasaan yang dilakukan oleh orang-orang penting di Kepolisian RI.
"Harusnya yang khawatir adalah anggota Polri yang berbuat serupa (korupsi) atau yang kaya karena menggunakan kekuasaannya atau kewenangannya. Sehingga dia bisa menyerang saya. Tapi kalau dia anggota brigadir dan bukan orang kaya raya yang biasanya ditempatkan di daerah. Sederhana, tidak mungkin akan berpikir seperti itu," ujar Novel.
Hingga saat ini pun Novel masih belum dapat menemukan alasan yang melandasi rasa sakit hati yang dirasakan oleh pelaku penyiraman air keras terhadap dirinya itu.
Untuk diketahui pada saat ditetapkan sebagai tersangka penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, salah satu pelaku yaitu Ronny Bugis mengatakan dirinya sakit hati terhadap Novel karena dianggap mengkhianati Kepolisian RI.
Butuh waktu hampir tiga tahun untuk mengungkapkan identitas Ronny dan Rakhmat sebagai pelaku penyiraman air keras yang menyebabkan Novel mengalami kerusakan permanen di bagian matanya.