Den Haag, Belanda (ANTARA) - Tujuh wartawan Indonesia tiba di Bandar Udara Internasional Schiphol, Belanda, Sabtu, setelah terbang belasan jam dari Bandara Soekarno Hatta dengan Qatar Airways untuk memulai program kunjungan media di negara itu selama lima hari.
Seorang jurnalis Indonesia lain yang turut dalam program yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri Belanda menjelang kunjungan kenegaraan Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima ke Indonesia pada 10-13 Maret 2020 itu telah terlebih dahulu tiba.
Kedelapan jurnalis Indonesia tersebut adalah Duwi Setiya Ariyanti dari Bisnis Indonesia, Teatrika Handiko Putri (IDNTimes), Yuliasri Perdani (Jakarta Post), Kris Razianto Mada (Kompas), dan Ananda Wardhiati Teresia (Kumparan).
Seterusnya Yandhrie Arvian (Tempo), Rahmad Nasution (ANTARA), dan Haufan Hasyim Selengke (Media Indonesia). Selama mengikuti program ini, mereka didampingi Monique Boon-Habets dari RVO.nl dan Andri Astarisanna, staf Kedubes Belanda di Jakarta.
Menurut agenda acara yang diterima dari Monique Boon-Habets, manajer proyek misi RVO.nl yang bekerja atas nama Kementerian Luar Negeri Belanda ini, program kunjungan delapan jurnalis Indonesia tersebut baru resmi dibuka pada Senin (17/2).
Namun, pada Minggu sore (16/2), mereka telah dijawalkan mengunjungi infrastruktur penahan banjir Maeslantkering di Nieuwe Water-weg near Hoek van Holland. Dari sana, mereka menghadiri acara jamuan makan malam di Restoran Seinpost Indonesia.
Pada Senin (17/2), para jurnalis peserta program kunjunga media ini mengikuti acara pembukaan resmi di kantor Konfederasi Industri dan Pengusaha Belanda (VNO-NCW).
Pada acara yang berlangsung di kantor organisasi beranggotakan 160 asosiasi pengusaha yang mewakili lebih dari 185 ribu perusahaan Belanda itu, hadir Menteri Infrastruktur dan Manajemen Air Belanda Cora van Nieuwenhuizen.
Kepala Misi Dagang Belanda Hans de Boer pun dijadwalkan hadir di acara tersebut.
Suasana di salah satu sudut Den Haag, Belanda, Sabtu (15/2/2020) (Rahmad Nasution)
Dari kantor VNO-NCW, para wartawan Indonesia itu bertolak ke Verstegen untuk bertemu Marianne van Keep dan Joost van Uum yang akan memaparkan perihal geodata untuk pertanian dan proyek air, serta pertanian lada secara berkelanjutan.
Program kunjungan media itu sendiri difokuskan pada upaya menggali keterikatan sejarah kedua bangsa dan potensi kerja sama ekonomi, terutama di sektor pertanian, layanan kesehatan, perlindungan pantai dan industri maritim, serta ekonomi sirkular.
Untuk itu, para jurnalis Indonesia ini dikenalkan dengan berbagai keunggulan Belanda di sektor-sektor yang menjadi fokus misi dagang negara itu dalam kunjungan kenegaraan Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima, termasuk industri galangan kapal.
Setidaknya, ada dua industri galangan kapal yang akan dikunjungi delapan jurnalis Indonesia itu guna melihat dari dekat keunggulan teknologi kebaharian negara itu, yakni Galangan Kapal Damen dan Royal IHC di Gorinchem.
Selama di Belanda hingga 20 Februari itu, para wartawan Indonesia ini telah pun dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Stef Blok dan sejumlah mahasiswa Indonesia.
Mereka juga akan menghadiri seminar tentang masa depan hubungan Belanda-Indonesia; dan mengunjungi Institut Pendidikan Air IHE Delft. Pada Rabu (19/2), mereka mendapatkan kesempatan langka dengan bertemu Raja Willem-Alexander selama 30 menit.
Untuk menyegarkan ingatan para jurnalis peserta program kunjungan media Kemlu Belanda ini akan sejarah bersama kedua bangsa, mereka juga diberi kesempatan mengunjungi Museum Sophiahof.
Museum yang berada di Den Haag itu merekam dengan baik warisan Hindia Belanda serta sejarah migrasi dan budaya masyarakat-masyarakat yang berlatar belakang Hindia Belanda dan Indonesia.
Selama di museum itu, selain berkesempatan melakukan tur, mereka akan dikenalkan pada proyek-proyek dan organisasi-organisasi yang menjembatani sejarah, budaya, dan makanan kedua bangsa dari beragam perspektif dan lintas generasi.
Terkait dengan kunjungan kenegaraan Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima pada 10-13 Maret 2020, Kedubes Belanda di Jakarta sebelumnya menjelaskan bahwa keduanya akan mengunjungi Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Utara.
Kunjungan raja dan ratu Belanda atas undangan Presiden Joko Widodo ini difokusan pada penguatan kemitraan dan kerja sama bidang ekonomi, konservasi alam, budaya, sains, dan sejumlah sektor lain yang meneguhkan keterikatan erat kedua bangsa.
Kerja sama bidang ekonomi kedua negara akan ditekankan pada sektor pertanian, layanan kesehatan, industri bahari dan perlindungan pantai, serta ekonomi sirkular.
Dalam kunjungan empat hari yang akan diawali dengan penghormatan kepada para pahlawan Perang Kemerdekaan RI (1945-1949) di TMP Kalibata dan sambutan resmi di Istana Bogor itu, Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima akan didampingi Menlu Stef Blok.
Empat menteri Belanda lain juga turut dalam kunjungan ini bersama satu misi dagang guna menjajaki potensi kerja sama ekonomi kedua negara.
Mereka adalah Mendag dan Pembangunan Sigrid Kaag, Menteri Infrastruktur dan Manajemen Air Cora van Nieuwenhuizen, Menteri Kesehatan dan Olahraga Bruno Bruins, serta Menteri Pertanian, Lingkungan, dan Mutu Pangan Carola Schouten.
Belanda yang masuk daftar 10 negara terbaik Indeks Pembangunan Manusia di dunia (UNDP, 2019) ini tercatat sebagai salah satu mitra dagang dan investasi yang penting Indonesia.
Betapa tidak, negara berpenduduk 17,24 juta jiwa dengan tingkat kepadatan per kilometer persegi mencapai 509 jiwa (2019) itu merupakan investor terbesar kelima dengan total investasi mencapai 2,6 miliar dolar AS.
Posisi Belanda berada di bawah Singapura yang mencatat total nilai investasi mencapai 6,5 miliar dolar AS, China (4,7 miliar dolar AS), Jepang (4,3 miliar dolar AS), dan Hong Kong (2,9 miliar dolar AS).
Menurut Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns, Indonesia menikmati surplus perdagangan dengan Belanda sebesar 806 juta Euro pada 2019.
Di sektor pariwisata, kontribusi para turis Belanda terhadap kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia juga tidak dapat dianggap kecil.
Mengapa? Kedutaan Besar RI di Den Haag, misalnya, mencatat sedikitnya ada 202.116 wisatawan asal Belanda yang mengunjungi Indonesia pada 2019 dengan pengeluaran rata-rata mencapai 1.866 dolar AS dan lama kunjungan rata-rata tercatat 17,52 hari.
Banyak hal positif dari Belanda yang bisa dijadikan pelajaran yang baik oleh Indonesia. Saat dalam perjalanan dari Bandara Internasional Amsterdam Schiphol menuju Hotel Babylon, Den Haag, misalnya, terhampar lahan pertanian di beberapa titik.
Lahan-lahan pertanian yang terhampar di sisi kiri dan kanan jalan raya yang menghubungkan bandara dengan kawasan Den Haag itu tampak terpelihara dan tak tergilas oleh derap industrialisasi sebagaimana kerap terjadi di Indonesia.
Sejak lama, sektor pertanian dan hortikultura Belanda tak bisa dipandang sebelah mata. Menurut buku "The Netherlands Compared 2020", Belanda merupakan raksasa pertanian dunia dengan nilai ekspor pangan berada di posisi kedua setelah Amerika Serikat.
Seorang jurnalis Indonesia lain yang turut dalam program yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri Belanda menjelang kunjungan kenegaraan Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima ke Indonesia pada 10-13 Maret 2020 itu telah terlebih dahulu tiba.
Kedelapan jurnalis Indonesia tersebut adalah Duwi Setiya Ariyanti dari Bisnis Indonesia, Teatrika Handiko Putri (IDNTimes), Yuliasri Perdani (Jakarta Post), Kris Razianto Mada (Kompas), dan Ananda Wardhiati Teresia (Kumparan).
Seterusnya Yandhrie Arvian (Tempo), Rahmad Nasution (ANTARA), dan Haufan Hasyim Selengke (Media Indonesia). Selama mengikuti program ini, mereka didampingi Monique Boon-Habets dari RVO.nl dan Andri Astarisanna, staf Kedubes Belanda di Jakarta.
Menurut agenda acara yang diterima dari Monique Boon-Habets, manajer proyek misi RVO.nl yang bekerja atas nama Kementerian Luar Negeri Belanda ini, program kunjungan delapan jurnalis Indonesia tersebut baru resmi dibuka pada Senin (17/2).
Namun, pada Minggu sore (16/2), mereka telah dijawalkan mengunjungi infrastruktur penahan banjir Maeslantkering di Nieuwe Water-weg near Hoek van Holland. Dari sana, mereka menghadiri acara jamuan makan malam di Restoran Seinpost Indonesia.
Pada Senin (17/2), para jurnalis peserta program kunjunga media ini mengikuti acara pembukaan resmi di kantor Konfederasi Industri dan Pengusaha Belanda (VNO-NCW).
Pada acara yang berlangsung di kantor organisasi beranggotakan 160 asosiasi pengusaha yang mewakili lebih dari 185 ribu perusahaan Belanda itu, hadir Menteri Infrastruktur dan Manajemen Air Belanda Cora van Nieuwenhuizen.
Kepala Misi Dagang Belanda Hans de Boer pun dijadwalkan hadir di acara tersebut.
Dari kantor VNO-NCW, para wartawan Indonesia itu bertolak ke Verstegen untuk bertemu Marianne van Keep dan Joost van Uum yang akan memaparkan perihal geodata untuk pertanian dan proyek air, serta pertanian lada secara berkelanjutan.
Program kunjungan media itu sendiri difokuskan pada upaya menggali keterikatan sejarah kedua bangsa dan potensi kerja sama ekonomi, terutama di sektor pertanian, layanan kesehatan, perlindungan pantai dan industri maritim, serta ekonomi sirkular.
Untuk itu, para jurnalis Indonesia ini dikenalkan dengan berbagai keunggulan Belanda di sektor-sektor yang menjadi fokus misi dagang negara itu dalam kunjungan kenegaraan Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima, termasuk industri galangan kapal.
Setidaknya, ada dua industri galangan kapal yang akan dikunjungi delapan jurnalis Indonesia itu guna melihat dari dekat keunggulan teknologi kebaharian negara itu, yakni Galangan Kapal Damen dan Royal IHC di Gorinchem.
Selama di Belanda hingga 20 Februari itu, para wartawan Indonesia ini telah pun dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Stef Blok dan sejumlah mahasiswa Indonesia.
Mereka juga akan menghadiri seminar tentang masa depan hubungan Belanda-Indonesia; dan mengunjungi Institut Pendidikan Air IHE Delft. Pada Rabu (19/2), mereka mendapatkan kesempatan langka dengan bertemu Raja Willem-Alexander selama 30 menit.
Untuk menyegarkan ingatan para jurnalis peserta program kunjungan media Kemlu Belanda ini akan sejarah bersama kedua bangsa, mereka juga diberi kesempatan mengunjungi Museum Sophiahof.
Museum yang berada di Den Haag itu merekam dengan baik warisan Hindia Belanda serta sejarah migrasi dan budaya masyarakat-masyarakat yang berlatar belakang Hindia Belanda dan Indonesia.
Selama di museum itu, selain berkesempatan melakukan tur, mereka akan dikenalkan pada proyek-proyek dan organisasi-organisasi yang menjembatani sejarah, budaya, dan makanan kedua bangsa dari beragam perspektif dan lintas generasi.
Terkait dengan kunjungan kenegaraan Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima pada 10-13 Maret 2020, Kedubes Belanda di Jakarta sebelumnya menjelaskan bahwa keduanya akan mengunjungi Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Utara.
Kunjungan raja dan ratu Belanda atas undangan Presiden Joko Widodo ini difokusan pada penguatan kemitraan dan kerja sama bidang ekonomi, konservasi alam, budaya, sains, dan sejumlah sektor lain yang meneguhkan keterikatan erat kedua bangsa.
Kerja sama bidang ekonomi kedua negara akan ditekankan pada sektor pertanian, layanan kesehatan, industri bahari dan perlindungan pantai, serta ekonomi sirkular.
Dalam kunjungan empat hari yang akan diawali dengan penghormatan kepada para pahlawan Perang Kemerdekaan RI (1945-1949) di TMP Kalibata dan sambutan resmi di Istana Bogor itu, Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima akan didampingi Menlu Stef Blok.
Empat menteri Belanda lain juga turut dalam kunjungan ini bersama satu misi dagang guna menjajaki potensi kerja sama ekonomi kedua negara.
Mereka adalah Mendag dan Pembangunan Sigrid Kaag, Menteri Infrastruktur dan Manajemen Air Cora van Nieuwenhuizen, Menteri Kesehatan dan Olahraga Bruno Bruins, serta Menteri Pertanian, Lingkungan, dan Mutu Pangan Carola Schouten.
Belanda yang masuk daftar 10 negara terbaik Indeks Pembangunan Manusia di dunia (UNDP, 2019) ini tercatat sebagai salah satu mitra dagang dan investasi yang penting Indonesia.
Betapa tidak, negara berpenduduk 17,24 juta jiwa dengan tingkat kepadatan per kilometer persegi mencapai 509 jiwa (2019) itu merupakan investor terbesar kelima dengan total investasi mencapai 2,6 miliar dolar AS.
Posisi Belanda berada di bawah Singapura yang mencatat total nilai investasi mencapai 6,5 miliar dolar AS, China (4,7 miliar dolar AS), Jepang (4,3 miliar dolar AS), dan Hong Kong (2,9 miliar dolar AS).
Menurut Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns, Indonesia menikmati surplus perdagangan dengan Belanda sebesar 806 juta Euro pada 2019.
Di sektor pariwisata, kontribusi para turis Belanda terhadap kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia juga tidak dapat dianggap kecil.
Mengapa? Kedutaan Besar RI di Den Haag, misalnya, mencatat sedikitnya ada 202.116 wisatawan asal Belanda yang mengunjungi Indonesia pada 2019 dengan pengeluaran rata-rata mencapai 1.866 dolar AS dan lama kunjungan rata-rata tercatat 17,52 hari.
Banyak hal positif dari Belanda yang bisa dijadikan pelajaran yang baik oleh Indonesia. Saat dalam perjalanan dari Bandara Internasional Amsterdam Schiphol menuju Hotel Babylon, Den Haag, misalnya, terhampar lahan pertanian di beberapa titik.
Lahan-lahan pertanian yang terhampar di sisi kiri dan kanan jalan raya yang menghubungkan bandara dengan kawasan Den Haag itu tampak terpelihara dan tak tergilas oleh derap industrialisasi sebagaimana kerap terjadi di Indonesia.
Sejak lama, sektor pertanian dan hortikultura Belanda tak bisa dipandang sebelah mata. Menurut buku "The Netherlands Compared 2020", Belanda merupakan raksasa pertanian dunia dengan nilai ekspor pangan berada di posisi kedua setelah Amerika Serikat.