Bandarlampung (ANTARA) - Sejumlah warga di sejumlah kecamatan Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau melanda wilayah setempat dalam beberapa bulan terakhir.
"Musim kemarau tahun ini, membuat kami kesulitan mendapat air bersih karena sumber air di sumur mengering," kata salah seorang warga Kecamatan Mesuji Timur Juanda, Selasa.
Ia mengatakan lima pekan terakhir ini hampir sebagian besar penduduk di wilayah itu kesulitan mendapat air bersih karena sumur warga mengalami kekeringan akibat kemarau.
Selain sumur, lanjut dia, sumber air di kolam buatan yang ada di desa itu juga mengering sehingga terpaksa membeli untuk memperoleh air bersih.
"Terpaksa membeli karena selama ini kami mengandalkan sumber air dari sumur untuk kebutuhan mandi, minum, dan lainnya karena airnya memang jernih," kata warga Kecamatan Rawa Jitu, Parmi.
Menurut dia, untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga terpaksa membeli dari penjual yang ada di desa setempat dengan harga setiap tankinya atau 1.000 liter sebesar Rp 250 ribu.
Selama kemarau ini terpaksa menghemat penggunaan air agar tidak mengeluarkan biaya yang besar, ujarnya.
Dia berharap, musim kemarau pada 2019 tidak berlangsung lama agar warga di kecamatan Rawa Jitu tidak lagi mengalami krisis air bersih.
"Mudah-mudahan hujan segera turun sehingga desa kami tidak kekeringan lagi," katanya.
"Musim kemarau tahun ini, membuat kami kesulitan mendapat air bersih karena sumber air di sumur mengering," kata salah seorang warga Kecamatan Mesuji Timur Juanda, Selasa.
Ia mengatakan lima pekan terakhir ini hampir sebagian besar penduduk di wilayah itu kesulitan mendapat air bersih karena sumur warga mengalami kekeringan akibat kemarau.
Selain sumur, lanjut dia, sumber air di kolam buatan yang ada di desa itu juga mengering sehingga terpaksa membeli untuk memperoleh air bersih.
"Terpaksa membeli karena selama ini kami mengandalkan sumber air dari sumur untuk kebutuhan mandi, minum, dan lainnya karena airnya memang jernih," kata warga Kecamatan Rawa Jitu, Parmi.
Menurut dia, untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga terpaksa membeli dari penjual yang ada di desa setempat dengan harga setiap tankinya atau 1.000 liter sebesar Rp 250 ribu.
Selama kemarau ini terpaksa menghemat penggunaan air agar tidak mengeluarkan biaya yang besar, ujarnya.
Dia berharap, musim kemarau pada 2019 tidak berlangsung lama agar warga di kecamatan Rawa Jitu tidak lagi mengalami krisis air bersih.
"Mudah-mudahan hujan segera turun sehingga desa kami tidak kekeringan lagi," katanya.