Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Daerah Jawa Timur, Ismail Lutfi mengatakan bahwa pihaknya belum bisa memastikan letak pasti dari bata berhias tersebut. Namun, dari wujud fisik bata itu, merupakan serpihan salah satu sudut bangunan yang ada di Situs Sekaran.
"Serpihan temuan terakhir ini, disebut sebagai bata berhias. Kebetulan posisinya bagian pojok, dan bata ini sudah ada ukiran atau pahatannya," katanya saat ditemui di area Situs Sekaran, Kabupaten Malang.
Ketua tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho
menyatakan pihak Balai Arkeologi Yogyakarta telah melakukan peninjauan langsung di lokasi temuan, yang ditengarai merupakan situs peninggalan era pra-Majapahit.
Ia menambahkan, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan guna memastikan jenis bangunan tersebut. Sementara pihak BPCB Trowulan Jawa Timur, bertugas untuk memastikan batasan situs kaitannya dengan pembangunan jalan tol Pandaan-Malang.
Situs Sekaran, diprediksi merupakan kompleks bangunan suci yang berasal dari era pra-Majapahit. Hal tersebut diperkuat dengan temuan lepas berupa fragmen porselen, dan mata uang kuno asal Tiongkok yang berasal dari masa Dinasti Song.
Ismail Lutfi menjelaskan, dengan adanya temuan bata berhias tersebut, maka pada salah satu bangunan yang ada di Situs Sekaran sudah bisa diprediksi rampung pembangunannya pada masa lampau. Namun, belum bisa dipastikan apakah seluruh bangunan yang ada memiliki ukiran serupa.
Pada Situs Sekaran, terdapat kluster-kluster dari beberapa bangunan. Pada kluster pertama, terdapat dua bangunan dan sebuah gapura, serta reruntuhan, dan pada kluster kedua, ditemukan dinding pembatas, yang diperkirakan menjadi pembatas terhadap bangunan lainnya di wilayah selatan.
"Jadi, ukiran tersebut, tidak akan dilakukan saat strukturnya belum selesai. Dengan adanya data ini, kita boleh menduga, sangat mungkin dulu bangunan tersebut sudah selesai dibangun, terutama pada bagian yang memiliki ukiran tersebut," katanya.
Menurut Lutfi, bata berhias yang ditemukan pada area pembangunan Tol Pandaan-Malang Seksi V tersebut memiliki dua fungsi. Pertama, hanya sekadar mempercantik bangunan, dan yang kedua adalah terkait hubungan simbol-simbol tertentu yang ingin dihadirkan pada bangunan tersebut.
"Apalagi kalau relief, pasti ada pesan yang ingin disampaikan pada khalayak," katanya.
Pihaknya belum bisa memastikan bata tersebut berasal dari bagian atas, tengah, atau bawah dari bangunan yang ada. Namun, dirinya meyakini bahwa bangunan pada masa Hindu Budha yang memiliki ukiran, tidak hanya yang berbahan batu.
Salah satu contoh bangunan berbahan bata dan memiliki ukiran adalah Situs Trowulan, di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Pada situs tersebut, terdapat Gapura Bajang Ratu, yang memiliki ukiran dari bawah hingga ke atas.
"Di Malang belum ada, tapi ada di Trowulan. Di sana, terdapat gapura Bajang Ratu, yang memiliki ukiran dari bawah. Kemudian, ukiran Sri Tanjung, yang semakin di atas makin muncul lagi, sampai puncak ada ukir-ukirannya. Itu juga berbahan bata," demikian Ismail Lutfi.
Warga temukan serpihan bata berukir di situs Sekarang
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat Daerah Jawa Timur Ismail Lutfi menunjukkan serpihan bata berhias yang ditemukan di Situs Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Minggu, (14/4/2019) (ANTARA/Vicki Febrianto)
Malang (ANTARA) - Serpihan bata berhias atau berukir ditemukan di Situs Sekaran, di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, oleh salah seorang warga pada Minggu (14/4) siang saat melihat timbunan tanah yang ada di sekitaran lokasi situs.