Jakarta (ANTARA Sumsel) - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengakui banyak anggotanya yang mulai merumahkan ribuan karyawan akibat perlambatan ekonomi yang ditandai dengan turunnya kinerja ekspor dan melemahnya nilai tukar rupiah.
"Di industri logistik ini, 2-3 persen dari sekitar 175.000 - 225.000 karyawan (atau sekitar 6.750 karyawan) dari berbagai macam jenis pekerjaan itu sudah mulai dirumahkan," kata Ketua Umum ALFI Yukki N. Hanafi dalam diskusi bertajuk "Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Investasi" di Jakarta, Senin.
Yukki menuturkan, banyak pengusaha yang mengatur jam kerja karyawan akibat menurunnya laju bisnis logistik.
Secara keseluruhan, ia mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang terus terjadi belakang ini berdampak terhadap penurunan omzet di sektor logistik.
Bahkan, pihaknya mencatat arus logistik turun hingga 32 persen dan telah terjadi sejak Mei-Juni lalu.
"Angkutan darat bahkan turun hingga 50 persen. Memang penurunan itu sudah terjadi sejak awal 2015, hanya terus menurun sampai 2015. Tadinya kami harap Lebaran kemarin akan membaik, tapi ternyata tidak," tambahnya.
Kondisi yang mengkhawatirkan itu, lanjut dia, juga merupakan imbas dari pelemahan pertumbuhan industri otomotif.
"Konstruksi, semen, juga banyak melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) sehingga otomatis kegiatan logistik juga menurun baik untuk domestik maupun ekspor impor," ujarnya.
Yukki berharap perlambatan ekonomi tidak terjadi terus menerus.
Kendati pelemahan rupiah bukan tanggung jawab pemerintah semata karena ada faktor eksternal, ia berharap pemerintah memiliki strategi lain untuk bisa bertahan dan tetap tumbuh.
"Misalnya, dorong usaha kecil menengah kita. Seperti krisis dulu itu, UKM kita kan yang bantu Indonesia bisa tumbuh kembali," katanya.
"Di industri logistik ini, 2-3 persen dari sekitar 175.000 - 225.000 karyawan (atau sekitar 6.750 karyawan) dari berbagai macam jenis pekerjaan itu sudah mulai dirumahkan," kata Ketua Umum ALFI Yukki N. Hanafi dalam diskusi bertajuk "Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Investasi" di Jakarta, Senin.
Yukki menuturkan, banyak pengusaha yang mengatur jam kerja karyawan akibat menurunnya laju bisnis logistik.
Secara keseluruhan, ia mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang terus terjadi belakang ini berdampak terhadap penurunan omzet di sektor logistik.
Bahkan, pihaknya mencatat arus logistik turun hingga 32 persen dan telah terjadi sejak Mei-Juni lalu.
"Angkutan darat bahkan turun hingga 50 persen. Memang penurunan itu sudah terjadi sejak awal 2015, hanya terus menurun sampai 2015. Tadinya kami harap Lebaran kemarin akan membaik, tapi ternyata tidak," tambahnya.
Kondisi yang mengkhawatirkan itu, lanjut dia, juga merupakan imbas dari pelemahan pertumbuhan industri otomotif.
"Konstruksi, semen, juga banyak melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) sehingga otomatis kegiatan logistik juga menurun baik untuk domestik maupun ekspor impor," ujarnya.
Yukki berharap perlambatan ekonomi tidak terjadi terus menerus.
Kendati pelemahan rupiah bukan tanggung jawab pemerintah semata karena ada faktor eksternal, ia berharap pemerintah memiliki strategi lain untuk bisa bertahan dan tetap tumbuh.
"Misalnya, dorong usaha kecil menengah kita. Seperti krisis dulu itu, UKM kita kan yang bantu Indonesia bisa tumbuh kembali," katanya.