Mojokerto (ANTARA Sumsel) - Sendratari "Banawa Sekar" mewarnai sarasehan budaya "Majapahit Bukan Masa Silam" di Pendopo Agung Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Selasa malam.

Selain itu, seribu orang dari Ishari (Ikatan Seni Hadrah Indonesia) dan Kiai Kanjeng milik Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) juga melakukan "unjuk seni" dalam sarasehan budaya itu.

Wakil Bupati Kabupaten Mojokerto Choirun Nisa mengatakan kegiatan ini dilakukan untuk memupuk rasa kecintaan terhadap budaya leluhur khususnya budaya Kerajaan Majapahit.

"Salah satunya manajemen air yang sangat luar biasa sudah diterapkan oleh zaman Kerajaan Majapahit dulu," katanya saat memberikan sambutan di Pendopo Agung Trowulan.

Ia mengatakan sistem manajemen pengolahan air dari hulu ke hilir sangat terpelihara dengan baik dan bisa meminimalkan terjadinya banjir.

"Hal inilah yang perlu diperhatikan sebagai salah satu budaya bangsa, khususnya Kerajaan Majapahit," katanya.

Mengacu pada hal inilah, katanya, sistem tata kota harus diterapkan dengan harapan bisa menanggulangi terjadinya banjir yang saat ini seringkali terjadi di wilayah perkotaan.

"Dengan adanya sistem tata kota yang bagus dan juga didukung sistem pengairan yang bagus seperti pada zaman Kerajaan Majapahit, maka kami yakin masalah banjir yang seringkali terjadi bisa dihindari," katanya.

Sementara itu, Sejarahwan Agus Sunyoto mengatakan Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan besar dengan manajemen yang cukup bagus.

"Salah satunya dari sistem perdagangan yang mampu menembus hingga ke mancanegara dengan menggunakan kapal laut," katanya.

Ia mengatakan peradaban yang cukup bagus juga membuat Kerajaan Majapahit mampu dikenal hingga ke mancanegara dengan segala kemampuan yang ada.

"Seperti halnya dengan pembuatan kapal kayu yang cukup besar pada saat itu mampu mengarungi samudera di lautan yang luas," katanya.

Acara yang berlangsung hingga dini hari itu dihadiri ribuan masyarakat umum, budayawan, pemerhati dan para pecinta Majapahit.

Pewarta : Oleh Indra Setiawan
Editor :
Copyright © ANTARA 2025