Sleman (ANTARA Sumsel) - Ribuan masyarakat antusias mengikuti rebutan kue apem sebanyak satu ton dalam rangkaian upacara adat "Saparan Ki Ageng Wonolelo" yang digelar warga Dusun Pondok Wonolelo, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat sore.

Masyarakat memiliki kepercayaan jika mendapatkan kue apem yang disebar dalam upacara adat tersebut akan memperoleh berkah dan kemudahan rejeki.

"Sudah beberapa kali saya mengikuti upacara adat ini, dan saya selalu mendapat kue apem. Kami percaya kue apem ini membawa berkah," kata Heri warga Selomartani, Kalasan, Sleman.

Upacara adat "Saparan dan Kirab Pusaka Ki Ageng Wonolelo tersebut digelar pada mulai pukul 14.00 WIB berupa kirab budaya dari Balai Desa Widodomartani menuju Makam Ki Ageng Wonolelo.

Kirab pusaka juga diiringi drum band SMPN 1 Ngemplak, Bregada Ganggeng Samodra, Bregada Muspika Kecamatan Ngemplak, Putri Bhayangkari, Putri Domas, Para santri dan alim ulama, gunungan apem, sesaji, bregada Ki Ageng Wonolelo, bregada ungel-ungelan dan tamu undangan.

Meskipun turun hujan gerimis, namun tidak mengurangi antusias masyarakat yang memadati sepanjang rute kirab pusaka maupun di area makam Ki Ageng Wonolelo, tempat penyebaran satu ton apem.

Selesai prosesi kirab pusaka dilanjutkan dengan penyebaran apem seberat satu ton sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas karunia Tuhan YME yang berupa rejeki, kesehatan, keselamatan dan ketenteraman.

"Apem yang disebarkan sebagai simbolisme sedekah untuk diperebutkan oleh pengunjung yang dianggap dapat mendatangkan keberkahan hidup," kata Ketua Panitia Saparan Wonolelo Tony Suryanto Purwanto.

Menurut dia, dalam prosesi kirab pusaka tersebut ditampilkan semua pusaka peninggalan Ki Ageng Wonolelo, di antaranya kitab Suci Al Quran, Baju Onto Kusuma, Kopyah, Bongkahan Mustoko Masjid dan tongkat.

Tony mengatakan, Ki Ageng Wonolelo dengan nama asli Jumadi Geno merupakan seorang keturunan Prabu Brawijaya V sekaligus sebagai tokoh penyebar agama Islam pada masa kerajaan Mataram.

Ia bermukim di Dusun Pondok Wonolelo, memiliki ilmu kebatinan yang tinggi pada masa itu.

"Karena memiliki ilmu yang tinggi, ia pernah diutus Raja Mataram ke Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang saat itu membangkan terhadap Mataram. Iapun berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Nama Ki Ageng Wonolelo atau Jumadi Geno semakin tersohor dari waktu ke waktu sehingga semakin banyak orang yang berdatangan untuk berguru dengannya," katanya.

Ia mengatakan, sebagai seorang panutan yang memiliki ilmu tinggi, Ki Ageng Wonolelo banyak mewariskan berbagai peninggalan yang berupa tapak tilas dan pusaka dan benda keramat lainnya.

"Pusaka, jimat dan berbagai benda keramat peninggalan Ki Ageng Wonolelo inilah yang kemudian dikirabkan setiap bulan Sapar pada setiap tahunnya," katanya.

Maksud dan tujuan diselenggarakannya upacara adat Saparan dan Kirab Pusaka Ki Ageng Wonolelo adalah untuk mendukung Yogyakarta dan khususnya Sleman sebagai daerah tujuan wisata.

"Selain itu juga untuk mengajak generasi muda menggali dan lebih memahami nilai-nilai seni budaya yang adiluhung dan memberikan wahana bagi pertumbuhan kesenian rakyat serta menumbuhkan rasa handarbeni dan kecintaan terhadap seni budaya bangsa sendiri. Di samping itu juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai pelaku ekonomi selama aktivitas kegiatan berlangsung," katanya.
(ANTV001/H008)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024