Jambi (ANTARA Sumsel) - Sedikitnya tiga kecamatan di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, dinilai rawan banjir dadakan saat musim hujan tiba, kata Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Lintas Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Tebo, Iskandar.
"Ke tiga kecamatan itu, yakni Kecamatan Sumay, Tebo Ilir dan Muara Tabir, rawan banjir karena lokasinya berdekatan dengan aliran Sungai Batanghari," kata Iskandar di Muaratebo, Ibu Kota Kabupaten Tebo, Sabtu.
Untuk itu, ia mengimbau warga yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Batanghari itu waspada banjir, mengingat musim hujan diprediksi terjadi pada Oktober.
"Apalagi struktur tanah di daerah itu cukup rawan apabila terjadi hujan lebat dan air sungai meluap," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk mengantisipasi hal itu, Pemkab Tebo terus melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait. Aparat desa juga diharapkan cepat melakukan laporan akan kondisi terkini ditiap daerahnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Jambi, Rakhmat Hidayat menyatakan, daerah aliran Sungai Batanghari di Jambi termasuk dalam salah satu daerah paling rawan akan bencana banjir dan tanah longsor.
Kondisi itu, kata dia, disebabkan oleh maraknya alih fungsi kawasan hutan di sepanjang sungai terpanjang di Jambi itu.
"Alih fungsi ini terjadi di kawasan tutupan hutan yang sebenarnya berfungsi sebagai bagian ekosistem sungai yakni sebagai penahan sekaligus penyerap air disaat hujan. Hanya saja, pembukaan hutan oleh perusahaan perkebunan maupun HTI di Jambi sangat mengancam bahaya ekologi, belum masalah sosial yang ditimbulkan," jelasnya.
Lebih lanjut ia juga menyayangkan, pembukaan kawasan hutan di DAS Batanghari itu, justru terjadi di kawasan hulu sungai. Sehingga potensi banjir dan tanah longsor menjadi semakin besar.
"Buktinya, sudah seringkali dan hampir setiap tahun bencana banjir selalu terjadi di Jambi, termasuk di Tebo, yang mengakibatkan ribuan rumah dan kawasan pertanian maupun perkebunan terendam banjir," tambahnya.(ANT/KR-BS)
"Ke tiga kecamatan itu, yakni Kecamatan Sumay, Tebo Ilir dan Muara Tabir, rawan banjir karena lokasinya berdekatan dengan aliran Sungai Batanghari," kata Iskandar di Muaratebo, Ibu Kota Kabupaten Tebo, Sabtu.
Untuk itu, ia mengimbau warga yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Batanghari itu waspada banjir, mengingat musim hujan diprediksi terjadi pada Oktober.
"Apalagi struktur tanah di daerah itu cukup rawan apabila terjadi hujan lebat dan air sungai meluap," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk mengantisipasi hal itu, Pemkab Tebo terus melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait. Aparat desa juga diharapkan cepat melakukan laporan akan kondisi terkini ditiap daerahnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Jambi, Rakhmat Hidayat menyatakan, daerah aliran Sungai Batanghari di Jambi termasuk dalam salah satu daerah paling rawan akan bencana banjir dan tanah longsor.
Kondisi itu, kata dia, disebabkan oleh maraknya alih fungsi kawasan hutan di sepanjang sungai terpanjang di Jambi itu.
"Alih fungsi ini terjadi di kawasan tutupan hutan yang sebenarnya berfungsi sebagai bagian ekosistem sungai yakni sebagai penahan sekaligus penyerap air disaat hujan. Hanya saja, pembukaan hutan oleh perusahaan perkebunan maupun HTI di Jambi sangat mengancam bahaya ekologi, belum masalah sosial yang ditimbulkan," jelasnya.
Lebih lanjut ia juga menyayangkan, pembukaan kawasan hutan di DAS Batanghari itu, justru terjadi di kawasan hulu sungai. Sehingga potensi banjir dan tanah longsor menjadi semakin besar.
"Buktinya, sudah seringkali dan hampir setiap tahun bencana banjir selalu terjadi di Jambi, termasuk di Tebo, yang mengakibatkan ribuan rumah dan kawasan pertanian maupun perkebunan terendam banjir," tambahnya.(ANT/KR-BS)