Palembang (ANTARA Sumsel) - Bank Indonesia (BI) mengimbau masyarakat mewaspadai peredaran uang palsu seiring dengan peningkatan transaksi menjelang Idul Fitri, kata Asisten Direktur Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Herry Irman.
"Masyarakat diminta waspada karena peredaran uang palsu ini memang ada dan akan semakin marak menjelang lebaran," ujarnya ketika menjawab pers terkait imbauan Kepolisian Republik Indonesia mengenai sindikat uang palsu di Palembang, Sabtu.
Peredaran uang palsu itu kerap kali mengenai pedagang-pedagang kecil yang beraktivitas pada malam hari, seperti nelayan, pedagang buah dan pedagang kelontong.
"Masyarakat harus waspada ketika berbelanja di toko pinggir jalan yang khusus beroperasi pada malam hari karena sering kedapatan sebagai penyebar uang palsu. Cahaya lampu yang temaram terkadang membuat sulit untuk mendeteksi uang palsu," ujarnya.
Ia mengingatkan, cara yang paling ampuh untuk mendeteksi uang palsu dengan melakukan tindakan 3D yakni dilihat, diraba dan diterawang.
"Terkadang memang sulit, apalagi sindikat pemalsuan uang juga menerapkan teknologi yang tinggi. Malahan saya sempat menemukan uang yang mirip sekali dengan aslinya, tapi baru bisa diketahui ketika ditetesi air ternyata luntur," katanya.
Ia menuturkan, pecahan uang palsu yang banyak beredar yakni nominal Rp50.000 dan Rp100.000.
"Selain di toko, para pengedar uang palsu biasanya melancarkan modusnya dengan membeli bensin di SPBU," ujarnya menambahkan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII mencatat sejak Januari-Juni 2012 memperoleh 342 lebar uang palsu dengan nilai nominal Rp19.405.000.
Sementara, total uang palsu tahun 2011 sebanyak 613 lembar atau Rp43.690.000.
"Ini belum termasuk temuan pada bank pemerintah dan swasta lainnya. Kami meminta pihak kepolisian untuk segera memburu sindikat uang palsu agar tidak merugikan masyarakat," ujarnya. (ANT-Dolly)
"Masyarakat diminta waspada karena peredaran uang palsu ini memang ada dan akan semakin marak menjelang lebaran," ujarnya ketika menjawab pers terkait imbauan Kepolisian Republik Indonesia mengenai sindikat uang palsu di Palembang, Sabtu.
Peredaran uang palsu itu kerap kali mengenai pedagang-pedagang kecil yang beraktivitas pada malam hari, seperti nelayan, pedagang buah dan pedagang kelontong.
"Masyarakat harus waspada ketika berbelanja di toko pinggir jalan yang khusus beroperasi pada malam hari karena sering kedapatan sebagai penyebar uang palsu. Cahaya lampu yang temaram terkadang membuat sulit untuk mendeteksi uang palsu," ujarnya.
Ia mengingatkan, cara yang paling ampuh untuk mendeteksi uang palsu dengan melakukan tindakan 3D yakni dilihat, diraba dan diterawang.
"Terkadang memang sulit, apalagi sindikat pemalsuan uang juga menerapkan teknologi yang tinggi. Malahan saya sempat menemukan uang yang mirip sekali dengan aslinya, tapi baru bisa diketahui ketika ditetesi air ternyata luntur," katanya.
Ia menuturkan, pecahan uang palsu yang banyak beredar yakni nominal Rp50.000 dan Rp100.000.
"Selain di toko, para pengedar uang palsu biasanya melancarkan modusnya dengan membeli bensin di SPBU," ujarnya menambahkan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII mencatat sejak Januari-Juni 2012 memperoleh 342 lebar uang palsu dengan nilai nominal Rp19.405.000.
Sementara, total uang palsu tahun 2011 sebanyak 613 lembar atau Rp43.690.000.
"Ini belum termasuk temuan pada bank pemerintah dan swasta lainnya. Kami meminta pihak kepolisian untuk segera memburu sindikat uang palsu agar tidak merugikan masyarakat," ujarnya. (ANT-Dolly)