Keluarga Buddhayana Indonesia kutuk kekerasan di Rakhine

id buddha, umat, Keluarga Buddhayana Indonesia, demo, myanmar, Rohingyang

Keluarga Buddhayana Indonesia kutuk kekerasan di Rakhine

dokumentasi- Saat umat Buddha merayaan Waisak Di Palembang . (Antarasumsel.com/Feny Selly/Ag/17) ()

Jakarta (ANTARA Sumsel)-  Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) mengutuk keras kekerasan terhadap etnis Rohingyang kembali terjadi di Rakhine, Myanmar.  

"Tindakan yang dilakukan oleh satuan keamanan Myanmar adalah biadab dan pengecut. Bagaimana mungkin pasukan bersenjata lengkap beraninya hanya dengan wanita, anak-anak bahkan bayi," ujar Ketua Dewan Pengawas KBI, Sudhamek AWS, di Jakarta, Minggu.

Sudhamek mengatakan kejadian itu membuat Myanmar tidak pantas lagi mengklaim sebagai negara Buddhis.  Perbuatan tersebut  akan memetik karma.

Oleh karena itu, KBI mengimbau agar semua umat Buddha di Indonesia untuk turut bahu-membahu dengan segenap komponen masyarakat dan komunitas lintas agama di tiap daerah untuk mengumpulkan bantuan  kemanusiaan guna membantu etnis Rohingya.

"KBI juga mendorong pemerintah agar turut aktif memfasilitasi perdamaian di Myanmar melalui forum ASEAN dan PBB sehingga kekerasan dapat segera dihentikan sehingga tercapai keamanan, perdamaian dan stabilitas berkelanjutan di Myanmar demi kepentingan umat manusia".

KBI juga menilai kekerasan dan kejahatan kemanusiaan adalah musuh bersama semua agama. KBI tidak mendukung segala tindak kekerasan atas nama agama apa pun dan dimana pun.

"KBI juga mengajak semua komponen masyarakat untuk  bersama-sama memikirkan langkah lanjutan untuk membantu krisis kemanusiaan ini antara lain dengan turut meringankan beban para pengungsi korban-korban kekerasan tersebut dengan bekerja sama dengan komunitas lintas agama dan pemerintah, " jelas Sudhamek.

Dia juga menjelaskan bahwa KBI sebagai komponen agama Buddha Indonesia  sejak dahulu hingga sekarang telah mempraktikkan hidup bersama dalam keanekaragaman sebagaimana yang dijadikan semboyan persatuan bangsa yakni Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa.

"Karya leluhur  yang diwariskan oleh leluhur bangsa Indonesia lewat karya Mpu Tantular ini menjadi panutan umat Buddha yang hidup dengan penuh harmonis dengan agama agama lain serta semua komponen bangsa lainnya di Indonesia".

Konflik di Myanmar yang melibatkan agama dan etnis, lanjut dia, sama sekali telah menabrak budaya luhur bangsa dan kehidupan beragama yang telah lama dibangun di Indonesia.  

"Perbuatan jahanam dan pengecut yang dilakukan oleh aparat keamanan Myanmar lebih dari pantas untuk dihukum  sebagai kejahatan internasional atas kemanusiaan," tegas dia.