Pendidikan karakter bukan jargon

id Pendidikan karakter, sekolah, siswa, siswi, guru, penerus bangsa, genersai muda, kelas,

Pendidikan karakter bukan jargon

Dokumentasi Peluncuran Pendidikan Karakter. Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy (kanan) bersiap memberikan bantuan buku cerita kepada siswa SD saat membuka Pameran Pendidikan di Purwokerto, Banyumas, Jateng (ANTARA /Idhad Zakaria)

....akivitas senam pagi itu dilakukan untuk sebagai salah satu cara untuk menguatkan pendidikan berkarakter di sekolah....
Medan (ANTARA Sumsel) - Ratusan siswa SMP Negeri 1 Medan   mengikuti senam pagi di halaman sekolah yang beralamat di Jalan Bunga Asoka itu dengan antusias pada Kamis (10/8) sekitar pukul 07.00 WIB    

Beberapa siswa yang datang hampir terlambat langsung menaruh tas di teras kelas dan segera bergabung di halaman untuk melaksanakan senam pagi.Bahkan ada yang setengah berlari dan langsung mengikuti gerakan senam yang dipandu oleh dua siswa.

Salah satu sekolah paling diminati di Kota Medan itu menggelar senam pagi pada setiap Selasa, Rabu, dan Kamis yang dilaksanakan segera bergiliran oleh kelas IX, VIII dan VII.

Di saat kelas VII melakukan senam, sejumlah guru terus menyambut kedatangan siswa di pintu gerbang sekolah . Semua siswa bersalaman dan mencium tangan guru sebagai tanda bahwa guru menyayangi murid dan siswa menghormati guru di sekolah.

"Jangan lupa besok pakai ikat rambut ya," kata seorang guru yang bersalaman dengan siswi berambut melebihi sebahu yang agak berurai.    

Sejumlah  anak memakai dasi kurang pas atau belum sempat memakai dasi diminta untuk merapikan dulu sebelum masuk ke kelas yang mewajibkan semua anak masuk kelas pukul 07.30 WIB.

Seorang guru sekolah, Siti Hafsa mengatakan akivitas senam pagi itu dilakukan untuk sebagai salah satu cara untuk menguatkan pendidikan berkarakter di sekolah itu.

Dia mengatakan sekolah itu sudah lama menanamkan pendidikan berkarakter di sela-sela aktivitas belajar mengajar sebagaimana sekolah pada umumnya.

Usai senam, para siswa masuk ke dalam kelas lalu menyanyikan lagu-lagu nasional dan membaca 20 menit sebelum belajar dimulai.   Kalau senam dilakukan seminggu sekali, maka menyanyi lagu nasional dan membaca dilakukan setiap pagi.  

"Membaca diam selama 20 menit itu  mendukung kegiatan literasi agar anak gemar membaca. Semua hening termasuk penjaga dan yang ada di kantin sekolah," kata Siti Hafsa saat memberikan paparan di hadapan 147 kepala sekolah dari Sumatera Utara dan Aceh yang mengikuti bimbingan teknis  program penguatan pendidikan karakter (PPK) bagi kepala sekolah di Kota Medan.

Kegiatan penguatan karakter yang telah berjalan di SMP Negeri 1 Medan  itu antara lain shalat dhuhur berjamaah dan shalat Jumat bagi siswa  Muslim sedangkan yang beragama lain berdoa atau menyesuaikan.

Sekolah itu juga menggelar peringatan hari besar keagamaan, menari, Pramuka, gerakan menabung, penyuluhan bahaya narkoba, bahkan memperoleh Penghargaan Adiwiyata sebagai sekolah berawasan lingkungan.

Tidak hanya di SMPN 1, SDN Percobaan di Jl Sei Petani, Kota Medan juga telah memberikan penguatan pendidikan karakter lama.

Kedua sekolah ini menjadi tempat bagi 147 kepala sekolah dari Aceh dan Sumatera Utara studi banding pendidikan berkarakter.

Kepala Sekolah SDN Percobaan Paujiah Rosmini mengatakan sekolah membiasakan 5 S yakni salam, senyum, sapa, sopan, dan santun dalam menjalin interaksi di lingkungan sekolah.

"Guru wajib menyapa anak. Guru menyambut siswa. Tiap Jumat ada ibadah menurut agamanya,   shalat dhuha dan yasinan," katanya saat berbicara di hadapan ratusan kepala sekolah.

Dia juga menertibkan seragam sepatu anak-anak yakni berwarna hitam dan harganya sekitar Rp50 ribu yang ada pita perekat karena pernah ada anak yang memakai sepatu seharga jutaan rupiah.

"Pakai pita perekat agar mudah dipakai dan praktis. Kalau pakai tali kan kurang praktis," katanya.

Sekolah membiasakan anak Muslim shalat tiap hari dan  berinfak dengan menyerahkan langsung ke Rumah Zakat Buku.

"Kami tidak pening dengan nilai ujian akhir. Kami tidak mengejar nilai, tapi kami masuk 10 besar di Kota Medan. Sekolah kami gratis namun tidak kalah dengan sekolah swasta yang mahal. Kami sering terima studi banding dari sekolah lain bahkan dari Malaysia," katanya menegaskan.

    
             Bukan Jargon
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  Sumarna Surapranata  mengatakan pendidikan karakter  yang saat ini mulai digalakkan di sekolah bukanlah jargon.

"Penguatan pendidikan karakter kan bukan jargon, harus dipraktikkan dan diamalkan di sekolah," kata Dirjen Sumarna usai membuka "Bimbingan Teknis Program Penguatan Pendidikan Karakter bagi Kepala Sekolah" di Medan,  Rabu (9/8) sore.

Dia mengharapkan 147 kepala sekolah tingkat SD dan SMP di Aceh dan Sumatera Utara yang sedang mengikuti bimbingan teknis  penguatan pendidikan karakter untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada guru dan murid di sekolah.

Sumarna juga resah dengan adanya perdukunan atau penipuan praktik penggandaan uang yang sangat merusak karakter masyarakat. Untuk itu, sekolah harus memberikan penguatan pendidikan berkarakter.        
"Segala sesuatu itu harus diusahakan  dan diikhtiarkan. Ini yang harus ditanamkan kepada anak. Jangan biarkan anak percaya dengan Kanjeng Dimas. Kalau sampai percaya, maka anak-anak tidak bisa mandiri," katanya,

Kanjeng Dimas adalah "tokoh spiritual" yang menjadi terdakwa kasus penipuan dengan menggandakan di  Probolinggo, Jawa Timur dengan jumlah korban mencapai ratusan orang.

Sumarna mengatakan salah satu contoh sederhana pendidikan karakter adalah meminta siswa memimpin doa secara bergiliran setiap hari sehingga semua siswa satu kelas mendapatkan giliran.

"Ajarkan anak jadi pemimpin. Tidak setiap orang bisa memimpin  doa kalau  tidak dibiasakan,  diajarkan, dan  dilatih," katanya menegaskan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berharap para kepala sekolah nanti bisa menerapkan penguatan pendidikan karakter di sekolahnya dan menularkan kepada setidaknya tiga sekolah terdekat agar pendidikan karakter bukan jargon semata.