Menteri PPPA resmikan sekolah Srikandi Sungai

id Yohana Yembise, Sekolah Srikandi Sungai, peresmian sekolah, ramah anak, ramah perempuan

Menteri PPPA resmikan sekolah Srikandi Sungai

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise (KemenPPPA)

Yogyakarta (Antarasumsel.com) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise meresmikan Sekolah Srikandi Sungai Indonesia yang berlokasi di bantaran Kali Code, Yogyakarta, Sabtu sore.

"Kami berharap program ini mampu mendorong kepedulian perempuan untuk menjadikan daerah aliran sungai ramah anak dan ramah perempuan," kata Menteri Yohana di sela peresmian sekolah itu.

Sekolah Srikandi Sungai Indonesia digagas oleh Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) UGM, Pusat Studi Wanita (PSW) UGM, Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana, Fakultas Geografi UGM dan didukung Srikandi Sungai Indonesia.

Yohana mengatakan sepanjang kawasan aliran sungai merupakan salah satu kawasan yang selama ini rentan terjadi kekerasan perempuan dan anak. Hal ini dipicu banyaknya masyarakat yang tinggal di bantaran sungai yang masih memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci, kakus.

"Sehingga di kawasan itu banyak terjadi kekerasan atau pelecehan, korbannya kebanyakan perempuan dan anak-anak," kata dia.

Oleh sebab itu, Yohana berharap program Sekolah Srikandi Sungai Indonesia itu bisa menjadi contoh dan dilanjutkan di daerah-daerah lain di Indonesia. "Saya berharap bisa melaunching Sekolah Srikandi Sungai di daerah-derah lain yang belum merasa perlu menjaga daerah aliran sungai," kata dia.

Menurut Yohana, dalam "Sustainable Development Goals (SDGs)" lingkungan dinyatakan sebagai salah satu di antara 6 elemen esensial, yaitu planet, people, dignity, prosperity, justice, and partnership.  Di sini terlihat keterkaitan yang erat antara planet dan manusia untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan.

Sementara dalam kondisi sosial dan budaya di daerah tertentu, menurut Yohana, tidak jarang meminggirkan perempuan, terutama dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan domestik (rumah tangga), masyarakat, terhadap keterlibatan mereka dalam proses penentuan kebijakan air dan sanitasi di tingkat nasional.

Tidak adanya layanan air bersih dan sanitasi yang memadai, kata dia, dapat menyebabkan perempuan dan anak-anak rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan.

Ketua Srikandi Sungai Indonesia (SSI), Surati Hasanati berharap Sekolah Srikandi Sungai atau "Konferensi Smart Women in River" itu mampu mengingatkan semua pihak bahwa pengelolaan lingkungan, khususnya sungai, yang partisipatif, inovatif, dan berkelanjutan menjadi hal utama atau prioritas nasional guna mendukung terwujudnya SDGs.

Dalam Sekolah Srikandi Sungai, kata dia, memiliki sejumlah kegiatan pokok di antaranya edukasi, kampanye, pelatihan serta pendampingan bukan hanya untuk perempuan tetapi juga anak-anak demi terwujudnya lingkungan sungai yang sehat.

"Hampir seluruh perwakilan srikandi sungai di Indonesia ikut dalam program yang diselenggarakan di bantaran Kali Code ini," kata Surati.