Mahasiswa ITB rancang solusi atasi kemacetan Jakarta

id kemacetan Jakarta, layanan transportasi publik, Mahasiswa ITB, Atika Rahmawati Yuliantoputri, Erick Chandra, Fachriyan Husaini, Mahardhika Adjie Kurni

Mahasiswa ITB rancang solusi atasi kemacetan Jakarta

Intitut Teknologi Bandung. (id.wikipedia.org))

Jakarta (Antarasumsel.com) - Tim mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung merancang aplikasi telepon pintar untuk memperbaiki layanan transportasi publik dan mengurai kemacetan di Jakarta sehingga pada Selasa menjuarai lomba inovasi digital Ericsson Smartnovation Indonesia Hackathon 2017.

Tim yang beranggotakan para mahasiswa Sekolah Teknik Elektro dan Informatikan ITB yaitu Atika Rahmawati Yuliantoputri, Erick Chandra, Fachriyan Husaini, Mahardhika Adjie Kurniya dan Rahmadi Rikki S. Pandia keluar sebagai yang terbaik dari 60 mahasiswa universitas terkemuka di Indonesia yang mengikuti kompetisi yang digelar oleh raksasa perusahaan komunikasi asal Swedia, Ericsson itu.

Atika, di Jakarta, Selasa, menyatakan timnya diberi waktu kurang lebih 20 jam untuk merancang solusi bekerja sama dengan pakar dari Ericsson untuk menhadapi tantangan sektor transportasi di Jakarta.

"Kami mulai dengan mencari permasalahan dan peluang yang terjadi di sistem transportasi kita," kata Atika.

Kemudian muncul lah beberapa hal yang menjadi masalah utama di sistem transportasi publik di Jakarta dan Indonesia pada umumnya.

Pertama, kurang lebih hanya 15 persen masyarakat Indonesia yang menggunakan sarana transportasi publik di Indonesia.

Kemudian, ketika masyarakat sudah memilih sarana transportasi publik seperti bus kota atau angkutan kota, mereka dihadapkan dengan masalah lain yaitu waktu tunggu.

"Kita memiliki sistem transportasi publik yang unik di mana para pengemudi angkutan mempunyai waktu tersendiri yang digunakan untuk menunggu penumpang lain manakala sudah ada penumpang berada di dalam kendaraan," kata Atika mengacu pada angkutan kota dan bus yang hobi "ngetem" di jalanan.    
   Sebagai contoh, jarak yang bisa ditempuh selama 15 menit dengan kendaraan pribadi, bisa ditempuh lebih lama dari 30 menit hingga satu jam jika menggunakan transportasi publik.

Belum lagi masalah tidak jelasnya ketersediaan kursi penumpang, harga yang tidak konsisten serta keamanan berkendara.

"Hal ini sangat sangat membuang waktu dan uang," kata Atika.

Atika dan tim kemudian merancang suatu aplikasi untuk telepon pintar yang bisa digunakan untuk mempertemukan pengemudi angkutan publik dan penumpang untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

Aplikasi tersebut memungkinkan para pengguna sarana transportasi publik untuk mengetahui daftar trayek angkutan kota maupun bus berikut posisi kendaraan terdekat lewat GPS, tarif serta jumlah ketersediaan kursi penumpangnya.

Untuk pengendara, aplikasi tersebut bisa mengidentifikasi lokasi para calon penumpang, yang sudah memilih tempat tujuan, sehingga para pengendara angkutan umum tidak perlu membuang waktu untuk "ngetem" menunggu penumpang.

Banyaknya rute dan sosialisasi kepada para pengguna dan pengendara menjadi tantangan utama dalam pengembangan dan penerapan aplikasi tersebut ke depannya selain juga dukungan dari pemerintah dan koperasi-koperasi angkutan umum, kata Atika.

Para pemenang menerima pengharagaan dari Ericsson dan disaksikan oleh Raja Swedia Carl XVI Gustaf dalam rangkaian kunjungan kenegaraannya ke Indonesia.

Para pemenang kompetisi tersebut menerima total uang tunai Rp50 juta dan memperoleh kesempatan untuk mengikuti program magang Ericsson Indonesia.

Selain itu, Ericsson, yang berulangtahun ke-110 tahun ini, menerima "lifetime achievement award" dari Pemerintah Indonesia yang disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam acara tersebut sebagai penghargaan atas pelayanan yang telah diberikan di Indonesia.