Kontributor ANTARA Natuna diduga diintimidasi oknum TNI

id ANTARA, intimidasi, wartawan di intimidasi, oknum tni, dirampas kameranya, korban kecelakaan

Kontributor ANTARA Natuna diduga diintimidasi oknum TNI

Ilustrasi Aksi Solidaritas Jurnalis Palembang Poster "Tegakkan Kebebasan PERS" yang di bawa wartawan pada aksi solidaritas Jurnalis.(Antarasumsel.com/Feny Selly/Ag/17) ()

Karimun, Kepri (Antarasumsel.com) - Kontributor Kantor Berita Nasional Antara Biro Kepulauan Riau di Kabupaten Natuna, Cherman, diduga diintimidasi dan dirampas kameranya oleh oknum TNI, ketika meliput evakuasi para prajurit TNI korban kecelakaan dalam latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI, Rabu.

"Iya, saya lagi ambil gambar suasana kesibukan evakuasi korban dari ambulans ke RSUD (Natuna). Tiba-tiba kamera saya dirampas dan diinterogasi terus hp juga dirampas. Karena dia tidak bisa buka, saya diamankan di satu ruangan dan dipaksa hapus dokumen," kata Cherman yang dihubungi Antara dari Tanjung Balai Karimun, Rabu malam.

Cherman menuturkan, kronologis dugaan intimidasi disertai perampasan peralatan liputannya itu, bermula saat dia berusaha menjepret kesibukan suasana evakuasi para korban di RSUD Natuna sekitar pukul 12.30 WIB.

Diceritakannya, berawal dari melintasnya satu mobil patwal dengan bak terbuka yang membawa korban serta iring-iringan ambulans menuju RSUD, yang menarik perhatian pengguna jalan.

"Karena itulah saya mengikuti laju kendaraan untuk memastikan kejadian apa sebenarnya," kata dia.

Pada saat dia mengambil gambar kedatangan ambulans yang membawa korban kelima, tiba-tiba kamera dan ponselnya dirampas oleh seseorang berseragam TNI, untuk dihapus semua gambar di dalamnya. Dia mengaku diinterogasi dan sempat diancam akan dipukul.

"Sebelumnya, saya sempat mengabarkan ke rekan wartawan yang lain menggunakan pesan via WA (whatsapp). Kehadiran puluhan wartawan lain itu membantu saya untuk menghindar dari aksi intimidasi itu," ujarnya.

Dia juga mengaku ada tiga oknum berseragam TNI menariknya keluar dari ruangan resepsionis UGD, dan meminta untuk menghapus semua dokumen, sementara ponselnya juga diambil.

Oknum itu, kata dia, sempat melontarkan ucapan, "Kamu siapa, wartawan tidak boleh ambil gambar, izin siapa? Hapus semua, kamu saya hantam nanti".

"Saya diuntungkan dengan suasana kodisi sibuk, dan beruntung saya diserahkan ke anggota lain yang sudah saya kenal dan akhirnya saya dibiarkan pergi," tuturnya.

Latihan pada siang tadi, merupakan gladi bersih sebelum acara puncak pada 19 Mei 2017 yang rencananya akan dihadiri Presiden Joko Widodo dengan agenda pembaretan kepada gubernur se-Indonesia.

Sementara itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kepri Ramon Damora, dalam pernyataannya, mengecam dugaan intimidasi dan perampasan kamera jurnalis tersebut.

"Tanpa mengurangi simpati atas musibah yang terjadi, kami juga harus menegaskan, bahwa segala tindakan yang menghalang-halangi pers untuk mendapatkan informasi, tidak pernah bisa dibenarkan," kata Ramon Damora.

Ramon Damora menyatakan, aksi sejumlah oknum personel TNI itu, jelas-jelas melanggar hukum.

"Pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengenai insiden TNI versus wartawan, yang tahun lalu berturut-turut terjadi di Medan, Madiun, dan Makassar, agar TNI dan pers saling menghargai tugas masing-masing, kami catat dengan baik," katanya.

Untuk itu, PWI Kepri mengimbau kepada seluruh pekerja pers untuk memberitakan insiden Tanjungdatuk secara proporsional, berimbang, dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

"Kami menuntut agar TNI segera mengeluarkan pernyataan resmi atas dugaan kekerasan yang terjadi pada  wartawan Kepri, dan sekaligus menginstruksikan para personelnya untuk tidak lagi mengancam pers menginformasikan musibah Tanjungdatuk," ujarnya.