Marine Heritage Gallery: Ruang pamer harta karun bawah laut

id Susi Pudjiastuti, Marine Heritage Gallery, artifak, benda muatan kapal tenggelam, barang antik

Marine Heritage Gallery: Ruang pamer harta karun bawah laut

Lebih dari 1.500 BMKT di galeri ini termasuk vas Liao abad 10 dan botol hijau Dinasti Fatimiyah. Pemerintah memiliki 200 ribu koleksi abad 9-18 M. Terdapat : 463 titik kapal tenggelam tersebar di perairan Kep.Riau, Selat Karimata, Bangka-Belitung&Lau

Jakarta (Antarasumsel.com) -  Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berinisiatif meresmikan dibukanya "Marine Heritage Gallery" yang menampilkan artifak dari sejumlah kawasan perairan Republik Indonesia yang diambil dari benda muatan kapal tenggelam (BMKT).

"Meski museum ini masih kecil hanya satu lantai, saya harapkan suatu saat nanti ada gedung khusus sepuluh lantai untuk museum artefak," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat meresmikan "Marine Heritage Gallery" di Gedung Mina Bahari (GMB) IV Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Senin (13/3).

Menurut Susi, pendirian galeri yang menampilkan harta karun BMKT itu adalah dalam rangka melestarikan kekayaan kelautan yang ada di kawasan perairan Indonesia, sekaligus memberdayakan visi masa depan bangsa sebagai poros maritim dunia.

Menteri Kelautan dan Perikanan memaparkan, pihaknya tidak hanya bertujuan untuk menjaga tetapi juga mengelola secara berkelanjutan untuk seluruh pemangku kepentingan sektor kelautan dan perikanan.

"Indonesia adalah bagian dari konektivitas dunia sejak masa lalu dan kami ingin melestarikannya," kata Menteri Susi.

Diperkirakan terdapat ratusan kapal tenggelam yang tersebar di sejumlah kawasan perairan seperti di Kepulauan Riau, Selat Karimata, dan Laut Jawa.

Berbagai BMKT itu memiliki baik nilai ekonomi maupun nilai historis atau kesejahteraan tinggi, sehingga pemerintah juga berkomitmen untuk mengelolanya serta tidak menyerahkannya ke pihak lain.

"BMKT adalah identitas bangsa," katanya dan menambahkan bahwa peresmian galeri tersebut juga sebagai respons terhadap beragam aktivitas yang dilakukan terhadap BMKT.

Menteri Susi juga mengemukakan bahwa pengelolaan BMKT ke depannya akan lebih maksimal dengan lebih terintegrasi sehingga bakal membuka wawasan bahari dan menimbulkan semangat untuk Indonesia menuju poros maritim dunia.

Dalam acara tersebut juga ditandatangani perjanjian kerja sama antara Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan KKP dengan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Perjanjian itu merupakan sinergi antara KKP dengan Kemendikbud tentang riset, pengelolaan dan pemanfaatan BMKT dan sumber daya arkeologi maritim.

         Didominasi China
Sementara itu, arkeolog Pusat Riset Kelautan Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan Ira Dillenia mengatakan, artefak BMKT kebanyakan berasal dari China.

"Koleksi yang paling terkenal pada koleksi di galeri BMKT KKP adalah kargo dari China dari abad ke-6 dan 7 yang ditemukan di perairan Bangka Belitung," kata Ira Dillenia.

Berdasarkan pantauan di galeri tersebut, memang banyak ditemukan koleksi barang antik seperti artefak kaca, tembikar, tempayan, teko, guci, cepuk, mangkuk, piring, dan juga vas.

Berbagai koleksi artefak itu diketahui berasal dari barang beragam dinasti China seperti Dinasti Tang pada abad ke-9, Dinasti Song pada abad ke-11 dan ke-12, Dinasti Yuan pada abad ke-13 dan ke-14, Dinasti Ming pada abad ke-16, dan Dinasti Qing pada abad ke-17 dan 18.

Menurut Ira Dillenia, mengapa banyak ditemukan barang dari Dinasti China antara lain karena kapal dari negara Oriental tersebut adalah yang kerap membawa artefak keramik sebagai kargo yang diproduksi untuk diperdagangkan dengan banyak bangsa.

Sementara pedagang dari negara-negara Barat, seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda, biasanya tidak membawa kargo keramik untuk diperdagangkan, tetapi lebih banyak untuk keperluan mereka sehari-hari seperti piring dan gelas untuk makan minum.

Kepala Badan Riset dan SDM KKP Zulficar Muchtar mengatakan, riset arkeologi maritim yang dilakukan dalam lingkup pihaknya melibatkan multidisiplin keilmuan yaitu geologi-geofisika, oseanografi, ekologi laut, serta arkeologi maritim.

Aktivitas yang dilakukan melingkupi antara lain pengkajian awal, survei dan eksplorasi, identifikasi dan penentuan lokasi, analisis data dan nilai penting, serta pendokumentasian.

        Susun kurikulum
Badan Riset dan SDM KKP juga akan menyusun kurikulum, metodologi dan modul sebagai bahan untuk menggelar pendidikan dan pelatihan, serta rekomendasi terkait BMKT.

"Terkait dengan bentuk rekomendasi nantinya dapat berupa rekomendasi untuk pengelolaan dan pemanfaatan secara pelestarian insitu dengan gagasan Taman Wisata Eko-Arkeologi Bawah Laut yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir di sekitarnya," katanya.

Selain itu, ujar dia, rekomendasi ke arah eskavasi atau pengangkatan akan dilakukan apabila BMKT dan sumber daya arkeologi maritim mendapatkan ancaman baik dari pihak kalangan manusia maupun dari faktor alam.

Zulficar juga mengungkapkan, ke depan pihaknya juga akan meriset tata ruang laut terkait sumber daya arkeologi maritim, riset pemanfaatan BMKT untuk wisata bahari, dan ekskavasi di Pulau Laut Natuna serta membangun museum maritim di Belitung Timur.

KKP juga dinilai perlu untuk mengembangkan infrastruktur dalam rangka meningkatkan fungsi galeri benda muatan kapal tenggelam (BMKT) agar selaras dengan visi poros maritim dunia.

"Menarik untuk diapresiasi apabila galeri BMKT ditindaklanjuti dengan penyiapan sarana infrastruktur pencerdasan bangsa," kata Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim.

Menurut Abdul Halim, hal tersebut dapat dilakukan antara lain bisa dimulai dengan pengkajian riset, publikasi, dan gerakan pembangunan karakter sejak masa sekolah dasar.

Dengan melakukan kajian yang mendalam dinilai juga akan memperkaya budaya bangsa Nusantara yang selama berabad-abad dikenal sebagai pelaut yang tangguh.