Kendari (Antarasumsel.com) - Kawasan mangrove atau hutan bakau di Teluk Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, seluas satu hektare berkembang menjadi objek wisata.
Masyarakat di Sultra menjadikan kawasan tersebut tujuan wisata, setelah Pemkot Kendari mulai membangun sarana dan prasarana di lokasi tersebut.
"Sampai sekarang pemerintah kota masih terus membangun mangrove menjadi kawasan wisata andalan," kata Sartika Dewi, pemandu wisata di Kendari, Kamis, di sela mengantar rombongan tamunya dari Pemkot Magelang ke Ibu Kota Provinsi Sultra itu, dalam rangka program kemitraan bersama wartawan dari berbagai media massa yang bertugas di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Ia menyebut juga tentang kawasan mangrove lainnya di Bungkutoko, Kecamatan Kendari Barat, seluas sekitar dua hektare yang juga menjadi daya tarik wisata.
Di kawasan mangrove setempat, kata Sartika yang juga Duta Wisata Kota Kendari 2010 itu, oleh Pemkot Kendari telah dibangun, antara lain pusat kuliner dan sarana memadai untuk wisatawan berjalan-jalan mengelilingi tempat itu.
"Juga dalam proses membangun gazebo dan informasinya akan dibangun juga sarana bermain 'flying fox'," ujarnya.
Mereka yang berkunjung ke kawasan mangrove Kota Kendari umumnya masyarakat daerah itu dan sekitarnya. Aktivitas wisata mangrove oleh masyarakat setempat terjadi setiap hari. Akan tetapi, keramaian semakin meningkat saat hari libur dan akhir pekan.
Aktivitas para wisatawan yang mengunjungi mangrove setempat, antara lain memancing, berswafoto, dan menikmati kuliner.
"Sering juga menjadi pilihan tempat foto 'pre-wedding'. Kalau setiap hari, terutama anak-anak muda yang berwisata di mangrove, sedangkan saat hari libur, ada juga dari kalangan keluarga," katanya.
Ia menyebut tanaman mangrove di Kendari sebagai masih asli, sedangkan promosi wisata objek tersebut, antara lain melalui dalam jaringan atau "online" serta kegiatan tahunan berupa pemilihan duta wisata kota setempat.
Sebelum Pemkot Kendari mengembangkan tempat itu dengan sarana dan prasarana wisata, katanya, kawasan mangrove telah menjadi objek kunjungan masyarakat.
Namun, katanya, saat ini semakin ramai kunjungan dan terlihat makin memikat wisatawan, setelah beberapa tahun terakhir, objek tersebut dilengkapi sejumlah sarana dan prasarana oleh Pemkot Kendari.
"Sampai sekarang belum ada penarikan retribusi untuk masuk kawasan mangrove," katanya.
Berita Terkait
Karena sakit hati, pencari kepiting di bunuh
Kamis, 28 Maret 2024 11:37 Wib
Budi daya kepiting bakau wagra suku Sawang
Sabtu, 10 Juni 2023 11:31 Wib
Kepiting bakau bakal jadi primadona desa pesisir Bangka Tengah
Minggu, 21 Mei 2023 21:06 Wib
Seribuan kepiting bakau ditebar di hutan mangrove Kepri
Sabtu, 21 Januari 2023 13:36 Wib
Dua spesies kepiting baru ditemukan di area kerja Freeport
Rabu, 21 Oktober 2020 10:54 Wib
Kinerja ekspor ikan Sumatera Selatan anjlok
Jumat, 6 Maret 2020 18:50 Wib
Mangrove Tanjungpunai cocok untuk budi daya kepiting belangkas
Selasa, 28 Januari 2020 13:57 Wib
Warga temukan mayat dugaan dimangsa buaya
Selasa, 10 Desember 2019 8:03 Wib