Wall Street bervariasi setelah Inggris memulai proses Brexit

id wall street, saham amerika serikat, aksi ambil untung, setelah kenaikan, Indeks Dow Jones, Industrial Average, indeks komposit

Wall Street bervariasi setelah Inggris memulai proses Brexit

Index saham naik . (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo/Ang/17)

New York (Antara/Xinhua) - Saham-saham di Wall Street berakhir bervariasi pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena para investor mempertimbangkan dimulainya proses secara resmi keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 42,18 poin atau 0,20 persen menjadi ditutup pada 20.659,32 poin. Sementara indeks S&P 500 meningkat 2,56 poin atau 0,11 persen menjadi berakhir di 2.361,13 poin dan indeks komposit Nasdaq naik 22,41 poin atau 0,38 persen menjadi 5.897,55 poin.

Duta Besar Inggris untuk Uni Eropa, Tim Barrow, menyerahkan surat resmi pengunduran negaranya dari Uni Eropa kepada Presiden Dewan Eropa Donald Tusk. Ini memulai proses keluarnya negara itu selama dua tahun dari blok perdagangan.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan pada Rabu (29/3) bahwa ia ingin Inggris muncul sebagai yang lebih berwawasan ke luar dari sebelumnya sekaligus menanggapi Dewan Perwakilan untuk mengkonfirmasi dimulainya proses Brexit.

Pernyataan dari beberapa pejabat Federal Reserve juga dalam fokus. Presiden Fed Chicago Charles Evans mengatakan Rabu (29/3) bahwa fundamental ekonomi meningkat pada 2017, menurut Market Watch.

Presiden Fed Boston Eric Rosengren mengatakan bank sentral harus menetapkan kenaikan suku bunga di setiap pertemuan lainnya tahun ini, sementara Presiden Fed San Francisco John Williams mengatakan ia melihat tiga kenaikan suku bunga lebih tahun ini.

Di sisi ekonomi, penjualan "pending home" (rumah yang pengurusannya belum selesai) di AS "rebound" tajam pada Februari ke level tertinggi dalam hampir satu tahun dan tingkat tertinggi kedua dalam lebih dari satu dekade, menurut National Association of Realtors, Rabu (29/3).

"The Pending Home Sales Index" melonjak 5,5 persen dari 106,4 pada Januari menjadi 112,3 pada Februari, mengalahkan konsensus pasar.