Mendikbud: tindak bimbel nakal

id mendikbud, mendikbud muhadjir

Mendikbud: tindak bimbel nakal

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi. (ANTARA/Widodo S. Jusuf)

Jakarta (Antarasumsel.com) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy berjanji akan menindak bimbingan belajar nakal yang membocorkan soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) di Jakarta.

"Kalau memang terdapat bukti - bukti kuat,  bimbel yang menjadi biang pembocor yang membocorkan atau pihak manapun pasti kita proses secara hukum," ujar Muhadjir saat dihubungi dari Jakarta,  Kamis.

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menduga bahwa pembocor soal  USBN adalah bimbingan belajar. Dalam laporan FSGI terungkap bahwa para siswa memperoleh bocoran dengan membeli dari bimbel yang berinisial Q dan IS.

Kisaran harga bocoran soal itu adalah Rp10 jutaan untuk enam paket kunci jawaban, esai maupun pilihan ganda. Umumnya para siswa berkelompok, sehingga bisa patungan antara Rp100 ribu - Rp150 ribu per orang. Kelompok maksimal yang bisa ditoleransi adalah 70 orang per kelompok.

"Kami segera akan menindaklanjuti temuan tersebut," cetus dia.

Sekjen FSGI,  Retno Listyarti, Modus pembocoran sama polanya dengan pembocoran kunci jawaban UN selama ini, yaitu kunci jawaban dikirim melalui aplikasi whatsApp dan line.

"Bedanya, kalau UN baru dikirim beberapa jam menjelang soal diuji, tetapi USBN siswa sudah memperolehnya satu hari sebelumnya, tidak hanya jawaban pilihan ganda, tetapi juga jawaban esai lengkap dengan qlue soal sesuai paket yang diterima siswa bersangkutan.  USBN menyediakan empat paket soal, yaitu dua paket soal utama dan dua paket soal susulan," cetus Retno.

Kondisi berbeda dialami saat Ujian Sekolah (US) yang dilaksanakan secara bersamaan, namun US tidak mengalami kebocoran.

"Hal ini merupakan salah satu  indikasi bahwa guru dan sekolah bukanlah pelaku pembocor soal. Guru Indonesia masih memiliki integritas. US dibuat guru sekolah yang bersangkutan, disusun dan dipersiapkan dalam waktu yang cukup. Tidak pernah ada cerita bahwa seorang guru akan membocorkan soal yang dibuatnya sendiri," kata Retno.

Sementara USBN, bukanlah soal yang dibuat guru dan sekolah. Meskipun menggunakan istilah ujian sekolah, pada pihak utama yang merancang USBN bukanlah sekolah. Sekolah lebih berperan sebagai pelaksana USBN, khususnya dari aspek yang sifatnya lebih teknis seperti mensosialisasikan USBN, menerima master soal USBN dan menggandakannya, menyiapkan sarana pendukung USBN dan melaksanakannya, serta memeriksa hasil USBN. USBN dirancang oleh banyak pihak.

Kisi-kisi USBN ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), penyusunan kisi-kisi USBN dilakukan oleh Kemendikbud, 20 persen - 25 persen soal USBN disusun oleh Kemdikbud, sementara 75 persen  - 80 persen soal USBN disusun oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) provinsi/ kabupaten/kotamadya. Menurut Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan USBN Tahun Pelajaran 2016 -2017, USBN berupa ujian yang terdiri dari 40 soal pilihan ganda dan lima soal uraian.

Proses desain USBN (dimulai dari penetapan kisi-kisi sampai penyusunan soal USBN hingga bisa digunakan) berlangsung selama tidak lebih dari dua bulan, sementara tenggat waktu antara selesainya penyusunan soal dengan penyelenggaraan kurang dari dua minggu. Belum ada dokumen publik yang menjelaskan proses uji validasi dan uji reliabilitas USBN.

"USBN rentan bocor karena banyak celah kebocoran, UN yang dijaga ketat hingga melibatkan aparat kepolisian saja masih bocor, apalagi USBN yang tanpa pengaman sama sekali kecuali bermodal penandatanganan Pakta Integritas. Kerahasiaan/keamanan soal USBN kurang terjamin   karena dibagikan ke sekolah beberapa hari sebelum pelaksanaan ujian dengan menggunakan CD/flashdisk. Soal digandakan sekolah. Sekolah kemungkinan besar menjaga kerahasiaan karena terikat pakta integritas diatas materai 6000, namun transfer ke ratusan flashdisk akan sangat sulit terdekteksi jaminan keamanannya," kata Presidium FSGI wilayah Indonesia Timur, Fahmi Hatib.

Berbeda dengan soal US (Ujian Sekolah) yang sepenuhnya diserahkan guru/sekolah, yang justru  relatif  aman dan tidak ada kebocoran padahal US berlangsung secara bersamaan dengan USBN. Para guru pengawas juga yang menangkap para siswa yang mencontek  yang kemudian terungkap bahwa para siswa tersebut mendapatkan kunci jawaban dari bimbel dengan cara membeli.