Darmin: Layak tidak layak investasi terserah S&P

id Darmin Nasution, Standard and Poors, pemeringkat internasional, investment grade, layak investasi

Darmin: Layak tidak layak investasi terserah S&P

Darmin Nasution (ANTARA)

Jakarta (Antarasumsel.com) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada lembaga pemeringkat internasional Standard and Poors (S&P) untuk menilai layak atau tidaknya Indonesia mendapatkan "investment grade" atau layak investasi.

Darmin tidak mau mengira-ngira apakah S&P akan mengganjar surat utang Indonesia dengan layak investasi atau tidak. Pemerintah hanya menjelaskan perbaikan dan reformasi yang sudah diupayakan selama ini.

"Itu tebak-tebakan begitu gak lucu. Nanti bilang iya dibilang jumawa, kalau tidak dibilang pesimis. Pokoknya kita sudah tunjukkan bahwa tidak ada alasan lagi tidak menaikkan rating Indonesia. Keputusannya di mereka," ujar Darmin ditemui saat acara FinTechStage Inclusion Forum di Jakarta Convention Centre (JCC), Kamis.

Pada Rabu (22/3), S&P memang menyambangi Kantor Kemenko Perekonomian. Namun Darmin menuturkan kedatangan S&P banyak menanyakan soal fiskal dan kondisi perekonomian Indonesia.

"Kemarin yang mereka banyak tanyakan itu soal 'fiscal reform'. Mengapa fiskal? Tahun lalu kita memang ada problem dan mereka memang mengkritisi soal itu. Mereka ingin tahu lebih persis. Tapi secara garis besar sudah kita jelaskan dan mereka sudah mengerti," kata Darmin.

Pemerintah Indonesia memang mengharapkan S&P segera menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi, karena pemerintah telah melakukan perbaikan terhadap struktur APBN agar menjadi lebih sehat.

Dari tiga lembaga pemeringkat internasional, yakni S&P, Fitch dan Moodys, hanya S&P yang belum memberikan peringkat layak investasi (investment grade) kepada Indonesia.

S&P hanya memberikan peringkat BB+ untuk peringkat surat utang jangka panjang dan B untuk surat utang jangka pendek. Prospek untuk peringkat jangka panjang bagi Indonesia adalah positif.

S&P menekankan jika kerangka fiskal yang sudah disusun pemerintah mampu diiringi dengan perbaikan performa fiskal, dengan penurunan defisit anggaran dan jumlah pinjaman, tidak menutup kemungkinan peringkat Indonesia akan naik.

S&P sendiri dinilai seharusnya sudah mengganjar Indonesia dengan peringkat layak investasi, namun hal tersebut terhambat karena mekanisme internal.

Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan bahkan menyebut lembaga asal New York tersebut terjebak di sistem yang mereka buat sendiri dimana mereka terlambat dibanding lembaga pemeringkat lain. Para investor justru sudah menganggap Indonesia sudah masuk layak investasi.