"Petan" senjata khas suku dayak Ma'anyan

id Petan, sumpit, senjata khas, suku Dayak, Ma'anyan, Kabupaten Barito Selatan, untuk berperang, berburu hewan, Borneo

"Petan" senjata khas suku dayak Ma'anyan

Dua orang lelaki Dayak Balangan, sub etnis Dayak Meratus melakukan atraksi meniup sumpit dalam sebuah acara . (ANTARA/Rusmanadi/Ang)

"Petan" sejenis sumpit merupakan senjata khas suku Dayak Ma'anyan yang berada di Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah.

Salah satu senjata khas dari suku Ma'anyan tersebut pada zaman dahulu digunakan untuk berperang maupun berburu hewan di dalam hutan belantara di Pulau Kalimantan atau Borneo.

Adapun cara menggunakan senjata ini dengan mengandalkan kekuatan tiupan dan sasaran tembaknya pun cukup jauh yakni antara 20 hingga 40 meter apabila ditembakan secara vertikal maupun horizontal.

Salah seorang tokoh suku Ma'anyan yang berada di Desa Bundar, Darlen M Linda (72 tahun), menuturkan, pada zaman dahulu "petan" merupakan salah satu senjata paling dahsyat yang digunakan suku Ma'anyan.

Menurut dia, dengan senjata ini orang dayak Ma'anyan dapat melumpuhkan musuh dan hewan buruan, baik yang berada di atas pohon seperti burung maupun hewan buas yang didarat dari jarak yang relatif jauh.

Untuk mengefektifkan fungsi senjata itu, lanjut dia, anak petannya dilumuri racun dari getah tumbuhan yang menurut cerita racun yang dioleskan pada ujung anak petan tersebut tidak ada penawarnya.

"Apabila orang ataupun binatang buas terkena senjata petan meskipun hanya tergores dapat menyebabkan kematian," ucap dia.

Menurut kakek yang berusia 72 tahun itu, uniknya lagi, binatang apa saja yang mati oleh senjata ini, dagingnya tidak beracun dan hewan buruan itu aman untuk dikonsumsi.

    
Cara Membuat Petan
Darlen M Linda menyampaikan, dalam pembuatan petan atau sumpit ini relatif sangat sulit, karena yang membuatnya harus orang yang berpengalaman agar hasilnya bagus dan benar-benar bisa diandalkan.

"Dalam membuat petan, harus mencari kayu keras dan lurus karena bahan baku untuk membuatnya tidak sembarangan kayu," tambah dia.

Adapun jenis kayu yang umumnya bisa digunakan untuk membuat petan yakni, kayu tawadien atau ulin, kayu tampang dan kayu rasak.

"Ada juga sebagian kecil membuat petan dari bambu, namun untuk hasil yang bagus harus dibuat dari kayu tawadien atau ulin, kayu tampang dan kayu rasak," jelas dia.

Sedangkan untuk membuat anak petannya, bisa digunakan bilah bambu, lidi dari aren ataupun sirap. Kemudian anak petan ini diolesi dengan getah racun.

Ia menjelaskan, petan terbagi tiga bagian, yakni kayu yang dihaluskan, anak petan dan besi atau batu gunung yang dibuat tajam yang diikatkan pada anak petan tersebut.

Pada zaman dahulu selain mandau, petan merupakan senjata andalan untuk berperang melawan musuh apabila mengusik suku Dayak Ma'anyan.

Kenapa senjata ini merupakan senjata andalan? Karena senjata ini bisa digunakan dari jarak jauh dan digunakan secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh musuh atau hewan buruan di dalam hutan.

"Pada ujung anak petan yang terbuat dari bilah bambu, lidi dari aren ataupun sirap yang diolesi dengan racun dari getah tumbuh-tumbuhan tersebut tidak ada penawarnya," ungkap Darlen M Linda.

Oleh sebab itu, lanjut dia, petan merupakan senjata paling mematikan yang digunakan suku Dayak Ma'anyan pada zaman dahulu dalam berperang maupun berburu binatang di dalam hutan.